Mohon tunggu...
Hayunda Lail Zahara
Hayunda Lail Zahara Mohon Tunggu... Penulis - Author

Peramu rasa, peracik kata, pencipta nuansa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Berkah Gaya Hidup Minim Sampah

2 Februari 2024   11:12 Diperbarui: 2 Februari 2024   11:41 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melon berusia dua minggu (dokpri).

Menatap dari balkon, api telah menguasai langit sore itu (dokpri).
Menatap dari balkon, api telah menguasai langit sore itu (dokpri).

Seumur hidup, baru kali itu saya menyaksikan adegan menegangkan api berkobar-kobar persis dari balik balkon rumah saya. Sirine DAMKAR menyala tak henti-henti selama 3 hari 2 malam. Kabarnya, ini lantaran gudang tersebut menampung sampah ban bekas dan plastik yang mudah terbakar.

Jika ditanya saat itu rasanya bagaimana? Waduh, gemetar seperti hidup akan tamat esok hari. Semua orang berusaha menyelamatkan diri, tetapi lupa bahwa yang mesti diselamatkan terlebih dahulu adalah pikiran manusia itu sendiri agar tak lagi memperalat alam. Begitulah kira-kira testimoni saya selaku saksi mata kebakaran ini.

Air yang Juga Merana

Selain kebakaran, masalah kelas wahid lain yang mendera permukiman tempat saya tinggal ialah soal pencemaran air dan mampetnya selokan.

Saya perhatikan bahwa pemerintah selama ini hanya memfasilitasi penanganan black water atau limbah kakus saja. Sementara, grey water yang merupakan limbah domestik cairan bekas cucian baju, peralatan masak, air basuhan mandi dan keramas ini terabaikan. Berdasar PP No. 22 Tahun 2021, grey water ini perlu diolah terpisah dengan aliran air yang lain. Mengapa?

Karena grey water mengandung lemak dan fosfat. Lemak dari hasil cucian peralatan masak akan membuat mampet pipa pembuangan. Sedangkan, fosfat asalnya dari surfaktan (bahan penstabil campuran minyak-air) yang ada di deterjen dan sabun komersial.

Fosfat yang terlarut dalam aliran selokan tak hanya mengeluarkan aroma kurang sedap dan mengurangi estetika lingkungan, melainkan juga memicu eutrofikasi, pengasaman air, kematian ikan, dan penurunan mutu air yang dampaknya terasa hingga Sungai Bengawan yang bermuara ke Laut Jawa.

Saat musim kemarau tahun lalu, saya nyaris tak bisa mandi lantaran aliran PDAM menuju rumah saya disetop imbas pencemaran air kelas berat di Sungai Bengawan. Sebaliknya, saat musim penghujan, kami kerap menjadi pelanggan banjir setinggi mata kaki akibat sumbatan sampah plastik yang dibuang seenaknya di selokan.

Kondisi limbah buangan domestik di Solo (foto oleh Dian Desa Solo).
Kondisi limbah buangan domestik di Solo (foto oleh Dian Desa Solo).

Apalagi, kami juga serasa dihadapkan dengan risiko kesehatan yang serius. Pernah dengar BPA?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun