"Saya seorang yang profesional dan saya telah menunjukkan loyalitas terbaik di masa lalu. Saya cinta klub ini, saya tidak tahu berapa lama saya akan berada di sini, tapi saya punya sikap yang jelas di kepala saya, itulah hal terpenting. Keputusan akan segera dibuat," ujar Wenger.
Hari minggu kemaren (2/4) Arsenal yang memang sedang membutuhkan kemenangan untuk dapat kembali ke jalur kemenangan menghadapi Manchester City di kandangnya Emirate Stadion. Dari Sembilan laga sebelumnya disemua kompetisi Arsenal hanya menang tiga kali sementara enam pertandingan lainnya berakhir dengan kekalahan untuk The Gunners.
Sementara di kompetisi lokal Premier League, Arsenal sudah mengalami empat kali kekalahan, satu kali menang dari lima pertandingan terakhirnya. Yang teraktual, tim arahan Arsene Wenger itu menelan kekalahan beruntun masing-masing dari Liverpool dan West Bromwich Albion.
Rangkaian kekalahan tersebut tentu menjadi ancaman bagi Arsenal terlempar dari empat besar. Peluang Arsenal untuk kembali ke jalur kemenangan, seharusnya terbuka pada laga kemaren. Karena kalau dilihat dari catatan statistik, Arsenal punya rekor bagus saat menghadapi City di kandangnya sendiri.
Namun, apa yang terjadi? laga terebut ternyata tak berjalan sesuai ekspektasi banyak pihak. City walau berstatus tim tamu, malah sempat lebih dulu ungul melalui Leroy Sane pada menit kelima dan Sergio Aguero pada menit ke-42. Sayangnya keunggulan City tersebut tak mampu membawa City tampil sebagai pemenang dilaga tersebut setelah Arsenal berhasil dua kali membalas gol lewat Theo Walcott (40’) dan Shkodran Mustafi (53’).
Hasil 2-2 itu tentunya terasa adil bagi kedua tim yang sama-sama sedang berada dalam masa sulit ini. Hasil Imbang kemaren itu juga sekaligus menggambarkan kondisi sesungguhnya kedua tim yang memang bisa dikataka saat ini “seimbang” walau dari statistic pertandingan pada laga itu City dikatakan unggul 56% dibanding Arsenal yang hanya 44%. Hasil imbang itu membuat Arsenal tak tergeser dari posisi keenam papan klasemen sementara dengan koleksi 51 poin. Adapun City menempati urutan keempat dengan 58 poin.
Padahal kalau dilihat dari kesiapan tim, City sebetulnya berpeluang untuk dapat menyulitkan tuan rumah dan bahkan untuk menang sekalipun. Karena City tampil dengan kekuatan penuh dan komplit sehingga menjadi wajar kalau City lebih difavoritkan.
Bermain menggunakan formasi 4-2-3-1, City langsung menekan sejak pertandingan dimulai. Berbeda dengan City, Arsenal, yang juga memainkan formasi 4-2-3-1, namun mereka kehilangan beberapa pemain pilar. Jadi tidak heran, kalau mereka tak terlalu difavoritkan untuk dapat memetik angka penuh.
Laga baru berjalan lima menit Leroy Sane berhasil mencetak gol perdana City ke gawang Arsenal. Menerima umpan Kevin De Bruyne dari daerah permainan City, Sane bergerak dari sisi kanan pertahanan Arsenal ke tengah pertahanan Arsenal. Daerah tengah pertahanan Arsenal yang kosong pun ditembus oleh Sane. Bek kanan Arsenal, Hector Bellerin, gagal menghalau umpan yang diberikan oleh De Bruyne ke arah Sane, ia juga gagal memenangi perebutan ketika bola sudah dibawa oleh Sane.
Disinilah letak kepiawaian Guardiola melihat sisi lemah Bellerin. Guardiola seakan paham bahwa kelebihan Bellerin adalah salah satu yang juga menjadi titik lemah Arsenal ketika memasuki putaran kedua musim ini. Bellerin amat rajin naik membantu serangan, tapi justru dari sisi tempat dia beradalah Arsenal sering dihajar oleh lawan.
Beruntung Arsenal masih memiliki Alexis Sanchez (isunya musim depan pindah ke Chesea) kembali membuktikan dirinya adalah salah satu pemain yang memiliki peran terbesar untuk Arsenal musim ini. Meski ia tidak menciptkan gol maupun assist, namun ia trbukti mampu menjadi pemain Arsenal dengan kontribusi terbesar dalam pertandingan kemaren itu.
Hebatnya lagi Guardiola pun paham terlihat paham betul tampilnya Alexis dan pengaruhnya bagi city. Tak ingin dibombardir Sanchez ia memainkan Jesus Navas sebagai bek kanan. Hal itu terbuti walau beberapa kali gerakan Sanchez mampu ditutupi Navas, namun tetap saja Alexis mampu membuat tekanan pada di lini belakang City.
Taktik Wenger memainkan dua gelandang bertahan, Granit Xhaka dan Francis Coquelin agar dapat mengimbangi kekuatan City terbukti dalam beberapa kasus dapat dikatkan ampuh. Namun, dalam kasus lainnya ternyata strategi ini justru membuat Arsenal sering terlihat kebingungan sendiri ketika mereka sudah memasuki daerah permainan City.
Situasi itu membuat Mesut Oezil terpaksa harus bekerja keras. Statusnya sebagai pengatur serangan membuatnya ia harus turun ke dalam demi mendapatkan bola. Sebaliknya situasi berbeda didapati David Silva di City, ia diuntungkan dengan keberadaan De Bruyne yang tampil sebagai gelandang tengah.
Keberadaan De Bruyne di lini tengah City tampak sekali memberikan keuntungan bagi City. Sementara Arsenal sepertinya tidak ada pemain dengan tipe yang sama. Membuat De Bruyne mendominasi lini tengah lapangan dengan mudah.
Jadi sekali lagi harus diakui keberadaan Alexis Sanchez dan Mesut Oezil pada laga kemaren memberi pengaruh besar bagi Arsenal. Bukan hanya membuat Arsenal dapat memberikan tekanan balik kepada City, tetapi para pemain Arsenal lainya pun juga mampu menciptakan gol balasan.
Arsenal kini tertinggal tujuh poin dari penguasa empat besar, The Citizens, yang bahkan masih memegang satu pertandingan yang siap dimainkan. Sementara, The Gunners masih harus menghadapi laga-laga berat kontra Tottenham Hotspur dan Manchester United -- yang juga tengah berjuang keras merebut empat besar -- dalam perjalanan menuju akhir musim.
Katakanlah hasil positif menyertai Arsenal di seluruh sisa laga musim ini dan spot terakhir UCL sukses disegel, hal itu sepertinya tidak akan mengurangi tuntutan fans agar petinggi klub segera melengserkan Wenger. Bahkan, boleh jadi para loyalis bakal "memberontak" dengan meminta sang juru taktik didepak sebelum musim berakhir bilamana di sembilan partai tersisa laju Arsenal compang-camping.
Apa pun keputusan klub dan Wenger, harus diakui Arsenal terancam gagal tampil di Liga Champions musim depan untuk pertama kalinya sejak 1997. Kecuali, manajemen tiba-tiba mendengar suara fans dengan memecat Wenger sebelum musim berakhir, setidaknya demi mengangkat kembali gairah para pemain dan suporter.
Arsene Wenger terus dihujat dan diminta turun oleh fans Arsenal. Wenger tidak membuat awal yang baik untuk mencari simpati fans Arsenal Arsenal dinilai masih menyuguhkan permainan yang enak untuk disaksikan, Tapi, ada satu hal dalam diri The Gunners yang hilang hingga susah juara.
Tak dimungkiri, karier Wenger bersama Arsenal memang tengah berada di ujung tanduk setelah mengalami rangkaian hasil minor musim ini, tak terkecuali kala diluluhlantakkan Bayern Munich 10-2 secara agregat di Liga Champions. Badai kecaman, sejak hasil pahit itu, terus mengalir deras dengan menyuarakan 'Wenger Out' di sekitaran Emirates sebelum kick-off laga City.
Gelombang protes suporter, ketidakpastian manajerial dan enam kekalahan dalam sembilan pertandingan di seluruh kompetisi membuat bentrokan antara Arsenal dan Manchester City terlihat lesu bagi tim London, terlepas dari spirit dan karakter yang ditunjukkan mereka dengan dua kali bangkit mengejar ketertinggalan dari klub Manchester Biru untuk memaksakan laga berakhir sama kuat, 2-2.
Penantian panjang untuk kembali menjadi yang terbaik di Inggris tak kunjung tiba. Setiap musim Arsenal hanya menjadi penantang serius juara. Ibarat kendaraan, The Gunners cepat panas dan kencang pada awal musim sehingga berada di barisan terdepan, tetapi kehabisan bensin menjelang finis.
Ini membuat mereka hanya konsisten dalam jajaran empat besar, termasuk pada musim lalu, ketika berada di belakang Leicester City sebagai juara baru. Di ambang pemecatan. Sejatinya, kontrak Wenger di Arsenal berakhir pada 30 Juni 2017 nanti. Meskipun demikian, manajemen masih memberi sinyal akan menyodorkan kontrak baru berdurasi dua tahun.
Jika melihat hasil sepanjang bulan Maret, rasanya manajemen akan mempertimbangkan kembali rencana tersebut. bulan April ini mungkin menjadi deadline bagi Wenger. Ada rangkaian pertandingan krusial untuk mengangkat kembali posisiArsenal, minimal menembus zona Liga Champions.
Setelah liga istirahat selama dua pekan karena ada pertandingan internasional, kini kompetisi domestik mulai bergulir lagi. Arsenalmengawali bulan krusial ini dengan bigmatch di Emirates Stadium ketika menjamu Manchester City pada 2 April.
Empat hari berselang mereka menjamu West Ham United, sebelum menyambangi markas Crystal Palace pada 10 April, dilanjutkan tandang ke Middlesbrough (18 April), menjamu Leicester City (27 April) dan ditutup derbi London di White Hart Lane, kandang Tottenham Hotspur, pada 30 April.
Gejolak fans Arsenal kian memanas menuntut Arsene Wenger segera dipecat lantaran klub terancam gagal ke Liga Champions, pertama kalinya sejak 1997.
Secara hitung-hitungan matematis, hasil ini merugikan The Gunners mengingat April akan menjadi periode membara bagi mereka. Meski demikian, manajer yang posisinya semakin goyah di kursi kepelatihan Emirates Stadium, Arsene Wenger, mengaku tetap bangga dengan perjuangan anak-anak didiknya, bagaimana pun situasi Arsenal saat ini.
Meninjau dari sisi pertandingan , sekali lagi, kerapuhan pertahanan Arsenal tampak masih menjadi isu utama di tubuh klub. Arsenal sepertinya tak belajar betapa Sane menjadi ancaman serius di Etihad Stadium saat keduanya berlaga di paruh pertama musim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H