Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Imbas Kisruh Freeport, Persipura Terancam Gagal Ikut Liga 1

17 Maret 2017   21:16 Diperbarui: 18 Maret 2017   06:00 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : SportSatu

Persipura Jayapura seperti yang sedang ramai diberitakan kembali menghadapi situasi yang sama seperti yang dialaminya di awal tahun 2016 lalu, dimana ketika itu tim menghadapi kesulitan untuk mendapatkan sponsor guna mengarungi musim kompetisi. Saat itu. Bahkan saat itu Persipura sempat membubarkan tim lantaran belum ada satu pun pihak sponsor yang memberi sinyal untuk mereka tampil mendukung. Hingga akhirnya Bank Papua dan PT Freeport Indonesia lah yang kembali menjadi pahlawan.

Saat ini pun kasus serupa yang sama terulang kembali, Sementara seperti yang sudah diberitakan kompetisi Liga 1 akan digelar kurang sebulan lagi dari sekarang atau tepatnya 15 April 2017 mendatang. Mandeknya permasalahan kontrak karya yang sedang menggelayuti PT Freeport Indonesia tampaknya berimbas pada tim Mutiara Hitam ini.

Manajemen Persipura seperti yang diberitakan, telah mendapat penjelasan resmi dari pihak sponsor utama mereka, yakni PT Freeport Indonesia. Perusahaan asing asal Amerika yang bergerak dalam bisnis tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia tersebut sudah mmemastikan bahwa mereka tak lagi menjadi sponsor utama bagi Persipura. Kabar yang tidak mengenakan itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum Persipura, Benhur Tommy Mano

“Rabu kemarin kami menerima email dari manajemen PT. Freeport Indonesia yang mengkonfirmasi mereka tidak mau mendukung Persipura. Alasan yang disampaikan adalah karena situasi mereka saat ini. Soal izin operasi dari pemerintah Republik Indonesia itu,” kata Benhur dalam rilis, Kamis (16/3).

Sesungguhny hal seperti ini sudah sempat diprediksi sejak awal oleh pihak menejemen karena memang PT Freeport Indonesia tengah menjadi sorotan pemerintah terkait masalah izin tambang mereka, belakangan persoalan bertambah menjadi lebih rumit lagi dengan mundurnya sang Presiden Direktur, Chappy Hakim. Tentu suka atau tidak suka akan berimbas kepada proses negosiasi tahap akhir kerja sama sponsorship bagi Persipura untuk mengarungi musim kompetisi Liga 1 2017 ini.

Padahal untuk bisa berkompetisi di liga 1 musim ini Persipuran membutuhlan dana lebih besar dari tahun lalu (30 M) yang diperkirakan bisa mencapai angka 30-35 M. Selama ini memang dana tersebut dapat tertutupi berkat kehadiran sponsor PT Freeport Indoneia dan Bank Papua. Sementara akibat dari kegagalan Persipura di Piala Presiden 2017 membuat evaluasi tim yang membutuhkan perubahan besar dan berimbas pada peningkatan finansial.

sumber foto : Bola - Liputan6.com
sumber foto : Bola - Liputan6.com
Dilema Klub Profesional di Indonesia.

Sebetulnya apa yang dialami Persipura saat ini, sudah terbaca sejak tahun lalu ketika Bank Papua dan Freeport disaat kritis kembali menjadi mendukung Persipura pada ajang Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu. Hal itu sepertinya sudah memberi sinyal bahwa Persipura sebagai klub professional belum bisa dikatakan mandiri sebagai klub sepakbola Profesional. Karena kalau kita lihat kebelakang kedua penyuplai dana tersebut faktanya memang sudah lama menjadi “langganan” pendukung dana tim Mutiara Hitam ini dalam mengarungi kompetisi (sekitar 4 hingga 5 tahun ke belakang).

Seharusnya Persipura belajar dari pengalaman tersebut (2016) apa lagi saat itu tim sempat dibubarkan. Artinya ketika kedua sponsor ini tak lagi mendukung, Persipura sudah siap dan harus memiliki sponsor lain. Manajemen kala itu harusnya  memutar otak untuk mencari sponsor lain, selain dari Freeport dan Bank Papua.

Kondisi Persipura yang hanya bergantung kepada kedua penyuplai dana tersebut tentu dangat riskan dan menghawatirkan ketika seperti saat ini dimana Freeport mengalami masalah permasalahan dengan Pemerintah Indonesia, kalau itu yang terjadi tentu imbasnya tidak ada lagi kucuran dana untuk Persipura.

Ketika musim lalu saat ajang Torabika Championship (TSC) sedang berjalan, seharusnya kesempatan itu dimamfaatkan tim menejemen (Persipura) untuk mencari sponsor alternative guna menghindari permasalahan serupa terjadi lagi di musim Liga 1 ini. Kalau melihat lepada faktanya Persipura kembali kesulitan dan malah terancam tidak ikut liga 1 ini tentu bisa dikatakan hal itu tidak dilakukan merek. Kalau seandainya itu dilakukan tentu mereka sudah memiliki Sponsor alternative yang siap mendukung jadi sponsor utama.

Persipura terlalu bergantung pada PT Freeport Indonesia dan Bank Papua yang memang secara faktanya harus diakui selama mendukung keberadaan mereka diajang kompetisi, namun tentu pertanyaanya apakah Persipura sudah menjadi Tim Profesional khusunya dalam pengelolaan sumber daya keungan mereka?

Kalau berbicara prestasi, siapa sih di Indonesia yang tak kenal kedigdayaan Tim Mutiara Hitam, Persipura ini? Persipura dilevel kompetisi tingkat internasional Persipura merupakan Tim pertama Indonesia yang pernah lolos menembus babak semifinal Piala AFC 2014 lalu sementar di level kompetisi lokal Persipura langanan Juara, terakhir tahun lalu merek Jurara Torabika Championship penganti kompetisi yang terhenti.

Jadi tentu sayang seribu kali sayang jika seandainya ini benar-benar  terjadi Persipura gagal ikut Liga 1 yang menjadi Liga perdana PSSI di era kepengurusan baru Edy rahmayadi ini. Tentu pertanyaanya adalah apakah tim Mutiara hitam ini sudah dikelolah secara professional dari segala aspeknya?

Salah satunya misalkan pendapatan dari penonton di stadion saat mereka menghadapi tim tamu. Dalam hal ini seperti pengelolaan sumber pendapatan tim dari supporter pendukung fanatiknya dan penonton lainya yang dating di Stadion. Dari apa yang kita ketahui pengelolahan tiket ketika bermain kandang seharusnya tim bisa mendapatkan pendapatan yang maksimal.

Stadion penuh tentu bukan menjamin apakah penonton tersebut memiliki tiket yang sah untuk masuk kestadion atau sebaliknya sepi karena pendukun/penonton kesulitan mendapatkan tiket, tiket lebih banyak ditangan calo yang harganya jauh diatas harga normal. Dalam hal ini kemudahan mendapatkan tiket.

Terlalu banyak penonton gratisan yang selama ini duduk manis di Tribun VIP hingga VVIP tanpa mengeluarkan biaya untuk mendukung tim. Hal ini jelas sangat berdampak kepada keuangan tim yang tidak memadai. Mungkin dalam hal ini Persipura bias mencontoh seperti tim Persib, Arema bermain yang selalu dipadati penonton yang sudah dikelola dengan baik sehingga mereka mendapatkan penghasilan maksimal ketika laga kandang. laga kandang yang selalu ramai dapat memberikan dampak positif untuk keuangan tim.

Pentingnya peran sosial media dalam era tekhnologi seperti sekarang ini, seperti yang di miliki persib.co.id dan aremafc.com. tidak dilakukan oleh Persipura. Kita tidak menemukan Website Persipura di mensin pecari Google. Dengan demikian tentu bias dikatakan Persipura tidak dapat memaksimalkan kemajuan teknologi dengan baik.  Persipura tidak memiliki website yang bagus untuk dapat menarik perhatian calon sponsor yang sekaligus juga berfungsi untuk meningkatkan hubunganya dengan dengan suporternya sebagai pendukung setia.

Ini tentu menjadi masalah serius karena hampir semua tim yang berlaga di Liga 1 ini terutama yang berasal dari wilayah Barat Indonesia sudah dengan baik mengelolah media digital mereka untuk dapat menarik perhatian sponsor. Karenanya memang tentu sponsorship juga membutuhkan sisi keuntungan yang didapatkan mereka ketika perusahaannya sudah mengeluarkan banyak biaya.

Perusahaan tentu sangat menginginkan/membutuhkan  promosi yang sebanyak mungkin dari tim yang disponsorinya lewat sosial media maupun website tim yang dimiliki tim tersebut, sehingga ada simbiosis mutualisme, kerjasama yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak, Jika media digital seperti website dan sosial media saja tidak dimiliki Peripura bagaimana sponsor mau tertarik mendukung Persipura?

Inilah sesungguhnya persoalan klasik klub sepakbola professional di negri ini, sepertinya kalau dilihat dari sekian klub yang ajan belaga di kompetisi liga 1 ini sepertinya hanya klub sekelas Persib atau mungkin Arema, Bali United  lah yang sudah melakukan hal-hal seperti diatas sehingga mereka siap utnuk mengarungi musim kompetisi berikutnya.

Persib bisa menjadi contoh yang baik bagi klub sepakbola di Indonesia. Persib saat ini bisa dikatakan klub paling sehat di Indonesia. kita tidak pernah mendengar berita buruk terkait situasi keuanganya. Persib mendapat sokongan dari konsorsium beberapa perusahaan dan dikelola oleh sebuah badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yakni PT. PBB ( PT. Persib Bandung Bermartabat) yang siap mendukung Persib untuk berlaga di kompetisi. Kono kabarnya Persib disediakan budget fresh sebesar 30 Miliar Rupiah per musim kompetisi!

Apa lagi baru saja Persipura, serta Persebaya, Persija dan Persib Bandung masuk dalam 1000 klub sepakbola bersejarah di dunia di sini yang diangap sevagai klub sarat budaya, gengsi, prestasi dan juga kebanggaan bagi para pendukungnya. Untuk itu perlu rasanya kita berikan apresiasi dan ucapan selamat untuk Persipura Jayapura dan semoga skuat Mutiara Hitam bisa menjadi lebih profesional lagi dan tidak terombang-ambing hanya dengan masalah sponsor saja.

Borneo 17 Maret 2017

Salam Olah Raga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun