Sepertinya memang penderitaan Leicester City musim ini (2016-2017) tak akan ada habis-habinya. Baru saja kemaren The Foxes kembali disingkirkan oleh tim divisi ketiga liga Inggris dari ajang Piala FA musim ini 2016-2017 ini.
Sebagai juara bertahan liga Premier Ingris 2015-2016, Leicester sepertinya memang benar-benar menjalani musim 2016/2017 ini dengan sangat buruk. Mereka bahkan kini terpuruk jauh di posisi ke-17 kelasmen sementara pekan ke 25, hanya berselisih satu poin dari zona degradasi.
Sebetulnya setelah kegagalan dan tersingkir dari ajang Piala Liga Inggris musim 2016-2017 ini, Leicester City masih punya peluang untuk sekedar menutupi kegagalan tersebut yankni di Piala FA dan Liga Champions.
Kalau dilihat dari kedua peluang yang tersisa itu, tentu hanya Piala FA menjadi target atau pilihan yang realistis bagi Leicester. Namun apa mau dikata kalau namanya nasib lagi buruk tentu tidak pernah pernah mengenal siapa, waktu dan tempat. Nah, itulah yang terjadi saat ini pada Leicester City.
Sungguh kekalahan kemaren tentunya mengagetkan sekali bagi segenap pecinta sepakbola khususnya fans the Foxes. Bagaimana tidak Leicester sang juara liga musim lalu "Hanya" sekadar menghadapi klub Milwall yang bermain I “League One” atau setara dengan devisi tiga di babak kelima Piala FA, Sabtu (18/2/2017) malam kemaren, mereka (Leicester) ternyata tak mampu berbuat banyak dan kalah 0-1.
Yang lebih mengejutkan lagi Milwall lawan Leicester pada laga itu hanya bermain dengan 10 pemain?, namun faktanya mereka berhasil memenangi pertandingan walau hanya dengan skor 1-0 di menit-menit akhir (90). Tentu dengan hasil buruk ini semakin menambah penderitaan yang harus diderita sang juara bertahan ‘Leicester’ ini
Kekalahan ini tentu bukan saja menyakitkan bagi Leicester sendiri, melainkan tentu juga bagi sepakbola Inggris secara keseluruhan apa lagi mereka (Leicester) menyandang gelar juara premier League musim 2015-2016. Bagaimana bisa sebuah tim dari League One (kasta ketiga) mengalahkan sang juara Liga Inggris? Tentu pertanyaanya mengapa ini bisa terjadi? sungguh sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab akal sehat.
Praktis peluang berikutnya ada pada ajang piala "Champions" yang bisa dikatakan juga hampir mustahil untuk dapat diraih. Ya, lusa depan (23/2) Leicetser kembali akan berlaga menghadapi tuan rumah Sevilla di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan, Spanyol, pada leg pertama 16 besar Liga Champions. Menghadapi laga itu seperti diberitakan Ranieri mengatakan hanya akan lebih fokus membenahi mental anak asuhnya untuk menghadapi serangkaian jadwal pertandingan di Liga Inggris. “Kami ingin tampil bagus dan dan aman di Liga Premier. Karena, target utama kami adalah untuk bertahan di Liga Premier."
Untuk sekadar catatan memang pada pertandingan kemaren, sang pelatih Leicester, Claudio Ranieri lebih banyak menurukan pemain muda di starting line up mereka. seperti Ron-Robert Zieler yang diturunkan di bawah mistar, lalu empat pemain belakangnya adalah Ben Chilwell, Yohan Benalouane, Molla Wague, dan Daniel Amartey. Di lini tengah mereka meminkan Nampals Mendy dan Andy King. sementara Bartosz Kaputska yang tak pernah dimainkan malah diturunkan sebagai starter dengan Shinji Okazaki dan Ahmed Musa di lini depan.
Meski secara kualitas Milwll berada di bawah Leicester, namun terbukti mereka mampu merepotkan tim tamu (leicester) dengan berhasil membuat tujuh tembakan yang on target dari total 16 peluang yang dimiliki. Sementara itu Leicester sendiri hanya tiga yang mengarah ke gawang dari total 19 peluang yang tercipta
Leicester memang terlihat kesulitan menembus pertahanan Milwall, Bahkan ketika tuan rumah harus bermain dengan 10 orang pun, Leicester tetap saja tak mampu memaksimalkan kesempatan tersebut. Masuknya Jamie Vardy dan Marc Albrighton ternyata juga tidak banyak membantu penyerangan Leicester.
Akhirnya pertaka itu datang juga dimenit ke 90 diakhir babak kedua, Shaun Cummings menjadi pahlawan kemenangan Milwall lewat gol tunggalnya. Menusuk dari sisi kanan, Cummings berhasil mengecoh dua pemain Leicester sebelum menembakan bola ke tiang dekat tanpa bisa diadang Zieler. Gol itu bertahan sampai akhir pertandingan dan Milwall pun menang 1-0 berhak lolos ke perempat final Piala FA.
Sampai pekan ke-25, Leicester City tertahan di peringkat ke-17 atau satu setrip saja di atas zona degradasi. Hanya selisih satu poin di atas Hull City, Kalau saja sampai Leicester benar-benar terdegradasi di akhir musim, tentu ini akan tercatat dalam sejarah sebagai salah satu kemunduran besar dalam dunia sepakbola di Ingris mengingat mereka baru saja mencicipi gelar juara Premier League musim lalu (2015-2016).
Kalau benar itu terjadi maka Leicester, mengulangi tragedi yang juga pernah terjadi di Inggris pada delapan dekade silam menimpa Manchester City. The Citizens kala itu juga finis sebagai kampiun Liga Utama Inggris (ketika itu First Division) 1936-1937. Namun di musim berikutnya mereka justru terdegradasi karena finis di peringkat ke dua terbawah! Kompetisi musim 1937-1938
Dengan melihat fakta yang terjadi saat ini, tentu harus diakui bahwa keberhasilan Leicester City menjadi juara Liga Inggris pada musim lalu itu memang sebagai sebuah keajaiban. Mereka sanggup mengalahkan tim besar Inggris yang selama ini menjadi tim langanan juara seperti Manchester United, Chelsea, Arsenal serta Manchester City. Walau sesungguhny gelar itu menjadi gelar Juara Liga Inggris terburuk jika dilihat dari lima musim terakhir. Hal itu bisa dilihat mulai dari pencapaian poin yang hanya 81 angka, berikutnya produktifitas gol yang juga hanya 68 gol menjadi jumlah gol terrendah atau terburuk kalau dilihat dari pencapaian dalam 5 musim terakhir.
Berdasarkan statistik, memng tidak ada tim juara Liga Inggris khususnya pada lima musim terakhir yang menjadi juara dengan raihan poin dibawah 85 angka. Manchester City yang merebut dua gelar dalam 5 tahun terakhir berhasil mengoleksi 89 angka pada musim 2011-2012 dan 86 angka pada musim 2013-2014.
Begitu juga dengan Manchester United dan Chelsea yang masing-masing berhasil sekali meraih gelar juara dalam lima musim terakhir. Chelsea menjadi juara dengan raihan poin 87 angka sementara Manchester United menjadi kampiun musim 2012-2013 dengan meraih 89 angka.
Berikut data statistik Juara Liga Inggris dalam lima musim terakhir:
Manchester City (2011-2012) 89 angka,28 menang, 5 seri, 5 kalah. G 93, K 29
Manchester United (2012-2013) 89 angka, 28 menang ,5 seri, 5 kalah. G 86 K 43
Manchester City (2013-2014) 86 angka, 27 menang, 5 seri, 6 kalah. G 102 K 37
Chelsea(2014-2015) 87 angka, 26 menang, 9 seri, 3 kalah. G 73 K 32
Leicester City (2015-2016) 81 angka, 23 menang, 12 seri, 3 kalah. G 68 K 36
Dari data diatas Jelas terlihat sisi produktivitas gol, Leicester sebagai tim juara memang paling sedikit. Torehan 68 gol mereka musim ini menjadi yang terendah kedua (sama dengan MU) dalam 5 musim terakhir. Chelsea berada di peringkat kedua dengan hanya mencetak 73 gol musim lalu.
Dari sisi kebobolan, Leicester juga tak mampu melampaui raihan Chelsea. The Blues hanya kebobolan 32 gol musim lalu sementara Leicester menjadi juara dengan kebobolan 36 gol.
Sementara rekor gol terbanyak yang dibuat oleh juara liga Inggris masih dipegang oleh Manchester City yakni pada musim 2014-2015. Mereka saat itu berhasil mencetak 102 gol dalam semusim yang sekaligus menjadi rekor gol terbanyak yang dibuat oleh satu tim dalam sejarah Liga Inggris.
Borneo 20 Februari 2017
Salam Olah Raga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H