Hal yang sama juga dialami oleh Pembalap F1 Pertama Indonesia dari tim Manor Racing Rio Haryanto yang juga sedang terancam kelanjutan nasibnya diajang balap paling glamour tersebut. Seperti diberitakan kiprah Rio di F1 akan berakhir pada 24 Juli 2016 saat berlangsungnya GP Hunggaria. Untuk itu Manor Racing sendiri sudah menyiapkan langkah dua pembalap pengganti, yakni Aleksander Rossi dan Jordan King.
Memang seperti diketahui sebagai pembalap Pay Driver, Rio harus membayar mahar 15 juta euro kepada Manor. Dimana semua biaya itu dialokasikan untuk pengembangan mobil. Tapi sayang, Rio Haryanto kesulitan dalam mengumpulkan dannya untuk bisa balapan semusim penuh di Formula 1 ini. Rio sendiri seperti diberitakan baru bisa membayar 8 juta euro kepada Manor Racing masih kurang 7 juta euro lagi (sekitar Rp 106 miliar),
Berbagai pihak dikatakan sudah mencoba untuk ikut membantu Rio mulai dari Kemenpora, Kemenkominfo, Kementerian BUMN, Kementerian Sosial, dan Kementerian Pariwisata sudah berinisiatif membatu Rio dalam mengumpulkan dana seperti dari SMS donasi. Namun Ironisnya jumlah yang didapatkan masih jauh dari harapan.
Dari berita terakhir yang kita dapatkan adalah, Komisi X DPR tidak menyetujui pengajuan angaran oleh Kemenpora untu kekurangan dana Rio tersebut, seperti yang disampaika "Ya, anggaran yang Rp 50 miliar untuk bantuan Rio tak disetujui oleh DPR," kata Menpora Imam Nahrawi. Adapun Alasan penolakan dari DPR adalah karena Kemenpora dinilai masih memerlukan tambahan anggaran untuk Asian Games 2018. "DPR bilang Kemenpora butuh dana besar untuk Asian Games. Sampai saat ini anggaran difokuskan untuk itu. Memang benar anggaran untuk Asian Games masih butuh lebih besar lagi,"
Namun meskipun demikian Kemenpora tetap berupaya salah satunya dengan berkirim surat meminta bantuan kepada Kemenpar agar tidak ak hanya membantu dengan angka Rp 5 miliar, "Kami sudah berkirim surat, tapi belum ada balasan,". Hal yang sama juga disampaikan Ketua Komisi X, Teuku Riefky, yang juga menyoroti minimnya dana yang dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) itu.
Padahal, menurut Ketua Komisi X Teuku Rifky itu ajang F1 ini merupakan kesempatan yang bagus untuk mempromosikan Indonesia di mata internasional. Â Memang dalam pemaparan Kemenpora di hadapan Komisi X di Gedung DPR, Rabu (25/5), Menpora Imam Nahrawi menyatakan bahwa dana bantuan untuk Rio yang diberikan Kemenpar hanya sebesar Rp5 miliar rupiah saja.
"Jangan hanya sebagai wacana di media saja (usaha membantu Rio). Kita punya 'Wonderful Indonesia' yang disosialisasikan dengan dana hampir Rp3 triliun di mancanegara," ujar Riefky di Gedung DPR RI, Rabu (25/5). "F1 saya pikir merupakan salah satu media promosi yang paling banyak dilihat oleh ratusan juta mata di dunia ini. Jadi ya kami menyayangkan Kemenpar hanya membantu 5 miliar."
Teuku Riefky menilai bantuan yang dikeluarkan Kemenpar untuk Rio itu terlalu minim. Karena seperti yang diketahui dana promosi yang dimiliki Kemenpar lebih besar dari keseluruhan dana yang dimiliki oleh Kemenpora.
"Anggaran Kemenpora sendiri tak terlalu banyak jika dibandingkan dengan Kemenpar. Kemenpar itu mempunyai dana promosi mancanegara hingga 3 triliun," ujar Riefky. "Sedangkan Kemenpora untuk keseluruhan direktorat dan deputi tak sampai jumlah itu. Jadi tentunya jika bantuan 5 miliar tak akan banyak membantu Rio."
Pertanyaannya tentu, apakah langkah kedua anak bangsa yang berpotensi dan sudah mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional ini harus terhenti. Hanya karena kegagalan kita dalam mencarikan Dana buat mereka?