Tentunya kita semua pecinta sepakbola masih ingat dengan sosok si bocah ajaib Tristan Alif Naufal bukan? Ya Alif di tahun 2012 lalu sempat mengundang perhatian masyarakat. Dimana dalam sebuah acara salah satu stasiun televisi swasta Tristan tampil memperlihatkan kemampuannya yang menawan di atas rata-rata dari kemampuan anak seusianya. Hal itu sempat membuat pelatih sepakbola kelas dunia Josep Guardiola takjub dan terkagum-kagum melihatnya dan Alif pun ketika itu dijuluki "Messi dari Indonesia"
Dari pemberitaan terakhir dikabarkan bahwa Alif diterima oleh Akademi Getafe, klub Laliga Spanyol untuk bergabung dengan tim usia dini (U-13), Ini merupakan untuk yang kedua kalinya Alif mendapat kesempatan memperkuat akademi sepak bola di Eropa. Yang pertama yaitu ketika Ajax Amsterdam menawarkannya untuk menimba ilmu masuk akademi sepakbolany, namun gagal karena masalah izin tinggal orangtuanya.
Padahal kala itu Alif sudah sempat mengharumkan nama Indonesia dengan terpilih lolos tampa tes bergabung dengan Ajax Football Academy. Bahkan ketika itu ia juga sempat mendapatkan penghargaan sebagai Most Valuable Player di Ajax Internasional Camp 2014, Best Player pada 1V1 category, dan Coerver Netherlands Master Skillz 2014. Selama di Belanda, Alif juga mendapatkan julukan sebagai Messi-nya Asia.
Sesuai rencana Alif seharusnya sudah berada di Spanyol sejak Mei 2016 ini. Namun seperti yang diberitakan, Alif masih terganjal oleh beberapa persyaratan yang harus dipenuhinya dimana ia harus membayar 175.000 euro atau setara Rp 2,5 miliar untuk program izin tinggal yang mengharuskan Alif mengajak keluarganya pindah ke Spanyol sesuai dengan regulasi FIFA terkait pemain usia muda.
"Ya, kami butuh dana sekitar Rp 2,5 miliar. Itu untuk program izin tinggal selama setahun. Seharusnya, kami wajib melunasinya pada bulan ini. Tapi, pihak Getafe memberikan kelonggaran waktu hingga bulan depan," kata Irma Lansano, ibunda Alif
Jika saja Alif tidak ak bisa menyelesaikannya hingga Juni 2016 nanti, Maka Alif tidak bisa ikut dalam kompetisi liga U-13 musim 2016 ini dan harus menunggu hingga tahun depan musim kompetisi 2017 nanti. Selama menunggu itu, Alif tetap terdaftar sebagai salah satu penghuni Akademi Getafe.
"Kita sudah berkomunikasi dengan kedutaan di sana, kemudian beberapa BUMN yang memiliki cabang di sana. Nah peluang ini harus dimanfaatkan," Dikatakan Kemenpora hanya tinggal menunggu orang tua Alif untuk mengajukan dana yang dibutuhkan "Mungkin saja kita mencari model lain, bukan sekadar mendesak agar Alif segera diberangkatkan dengan segala biaya. Silakan nanti ajukan dananya berapa, kalau tidak di Kemenpora mungkin di Kementerian lain," ujar Imam.
Hal senada juga disampaikan Gatot Dewabroto Deputi IV sekaligus juru bicara Kemenpora yang mengatakan bahwa pemerintah siap membantu permasalahan yang dihadapi oleh Alif dan keluarganya. “Pada dasarnya kami ingin membantu masalah yang dihadapi Tristan, di Spanyol. Namun sejauh ini kami belum mengetahui konkritnya seperti apa,”ujar Gatot. Dan menambahkan Pemerintah akan membantu Alif seperti halnya Rio Haryanto yang berkompetisi di ajang Formula One (F1). “Kami akan membantu Tristan, seperti halnya Rio. Pak Menteri tidak memandang bulu untuk atlet yang berpotensi,”
Yang menarik tentunya apa yang dilakukan dua akademisi, Rhenald Kasali dan Andrinof Chaniago, dengan membuat gerakan di kitabisa.com. Dimana masyarakat diminta memberikan bantuan untuk memberangkatkan Alif seperti yang disampaikan dalam promonya "Saya Prof Rhenald Kasali dan DR Andrinof Chaniago, mohon support partisipasi donasi via kitabisa.com/tristanalif dan atau menyebarkan berita baik ini. Bagi sahabat yang terpanggil bisa ikut menyumbang mulai dari Rp 100.000,"
Sementara dana yang sudah berhasil dikumpulkan pihak Tristan baru mencapai Rp 500 juta yang merupakan sumbangan dari Kemendikbud, Pertamina, dan program penggalangan dana lewat Kitabisa.com. Untuk itu bagi yang ingin menyalurkan bantuan agar Alif bisa segera berangkat ke Spanyol dapat membuka tautan berikut ini: https://kitabisa.com/tristanalif.
Hal yang sama juga dialami oleh Pembalap F1 Pertama Indonesia dari tim Manor Racing Rio Haryanto yang juga sedang terancam kelanjutan nasibnya diajang balap paling glamour tersebut. Seperti diberitakan kiprah Rio di F1 akan berakhir pada 24 Juli 2016 saat berlangsungnya GP Hunggaria. Untuk itu Manor Racing sendiri sudah menyiapkan langkah dua pembalap pengganti, yakni Aleksander Rossi dan Jordan King.
Memang seperti diketahui sebagai pembalap Pay Driver, Rio harus membayar mahar 15 juta euro kepada Manor. Dimana semua biaya itu dialokasikan untuk pengembangan mobil. Tapi sayang, Rio Haryanto kesulitan dalam mengumpulkan dannya untuk bisa balapan semusim penuh di Formula 1 ini. Rio sendiri seperti diberitakan baru bisa membayar 8 juta euro kepada Manor Racing masih kurang 7 juta euro lagi (sekitar Rp 106 miliar),
Berbagai pihak dikatakan sudah mencoba untuk ikut membantu Rio mulai dari Kemenpora, Kemenkominfo, Kementerian BUMN, Kementerian Sosial, dan Kementerian Pariwisata sudah berinisiatif membatu Rio dalam mengumpulkan dana seperti dari SMS donasi. Namun Ironisnya jumlah yang didapatkan masih jauh dari harapan.
Dari berita terakhir yang kita dapatkan adalah, Komisi X DPR tidak menyetujui pengajuan angaran oleh Kemenpora untu kekurangan dana Rio tersebut, seperti yang disampaika "Ya, anggaran yang Rp 50 miliar untuk bantuan Rio tak disetujui oleh DPR," kata Menpora Imam Nahrawi. Adapun Alasan penolakan dari DPR adalah karena Kemenpora dinilai masih memerlukan tambahan anggaran untuk Asian Games 2018. "DPR bilang Kemenpora butuh dana besar untuk Asian Games. Sampai saat ini anggaran difokuskan untuk itu. Memang benar anggaran untuk Asian Games masih butuh lebih besar lagi,"
Namun meskipun demikian Kemenpora tetap berupaya salah satunya dengan berkirim surat meminta bantuan kepada Kemenpar agar tidak ak hanya membantu dengan angka Rp 5 miliar, "Kami sudah berkirim surat, tapi belum ada balasan,". Hal yang sama juga disampaikan Ketua Komisi X, Teuku Riefky, yang juga menyoroti minimnya dana yang dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) itu.
Padahal, menurut Ketua Komisi X Teuku Rifky itu ajang F1 ini merupakan kesempatan yang bagus untuk mempromosikan Indonesia di mata internasional. Memang dalam pemaparan Kemenpora di hadapan Komisi X di Gedung DPR, Rabu (25/5), Menpora Imam Nahrawi menyatakan bahwa dana bantuan untuk Rio yang diberikan Kemenpar hanya sebesar Rp5 miliar rupiah saja.
"Jangan hanya sebagai wacana di media saja (usaha membantu Rio). Kita punya 'Wonderful Indonesia' yang disosialisasikan dengan dana hampir Rp3 triliun di mancanegara," ujar Riefky di Gedung DPR RI, Rabu (25/5). "F1 saya pikir merupakan salah satu media promosi yang paling banyak dilihat oleh ratusan juta mata di dunia ini. Jadi ya kami menyayangkan Kemenpar hanya membantu 5 miliar."
Teuku Riefky menilai bantuan yang dikeluarkan Kemenpar untuk Rio itu terlalu minim. Karena seperti yang diketahui dana promosi yang dimiliki Kemenpar lebih besar dari keseluruhan dana yang dimiliki oleh Kemenpora.
"Anggaran Kemenpora sendiri tak terlalu banyak jika dibandingkan dengan Kemenpar. Kemenpar itu mempunyai dana promosi mancanegara hingga 3 triliun," ujar Riefky. "Sedangkan Kemenpora untuk keseluruhan direktorat dan deputi tak sampai jumlah itu. Jadi tentunya jika bantuan 5 miliar tak akan banyak membantu Rio."
Pertanyaannya tentu, apakah langkah kedua anak bangsa yang berpotensi dan sudah mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional ini harus terhenti. Hanya karena kegagalan kita dalam mencarikan Dana buat mereka?
Tanyalah pada rumput yang bergoyang kata Ebit G.Ade...
Borneo 26 Mei 2016
Salam Olah Raga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H