Dengan demikian kalau kita cermati apa yang terjadi belakangan ini khususnya sejak induk oraganisasi sepakbola Nasional itu (PSSI) terbebas sanksi baik dari Pemerintah maupun FIFA. mungkin dapat dikatakan bahwa petaka/duka yang terjadi seperti judul tulisan diatas yaitu ”Bebas Dari Sanksi Pemerintah & FIFA, Duka Sepakbola (PSSI) itu Kembali Ada!”
Adapun yang dimaksud duka disini adalah, terkait dengan apa yang terjadi pada salah seorang suporter Persija Jakarta Muhammad Fahreza, yang menjadi korban dari kerusuhan saat polisi terlibat bentrok dengan para Jakmania yang memang maksa masuk stadion tampa memiliki tiket masuk ketika akan berlangsungnya pertandingan antara Persija melawan Persela Lamongan di Stadion GBK Senayan (15/6).
Korban berikutnya terjadi seusai laga antara PSS Sleman Vs PSIM Jokjakarta Minggu (22/5) dimana salah seorang supporter PSS Sleman Stanislaus Gandhang Deswara yang baru berusia 16 tahun, diberitakan tewas saat terjadi bentrok antara suporter PSS Sleman dengan PSIM Jogjakarta dimana ketika itu meraka baru saja pulang dari lawatan ISC B di Semarang. Sementara enam korban lainnya juga diberitakan mengalami luka-luka dalam bentrok di Jalan Magelang Km 14 Sleman.
Setelah itu kegaduhan juga terjadi di Gresik, terjadi bentrok antara suporter Persegres dengan pendukung PS TNI, Suporter PS TNI yang mayoritas anggota TNI itu seperti diberitakan tersulut emosinya sehingga terjadilah adu fisik dengan supporter Persegres Gresik. sembilan suporter Gresik harus dilarikan ke rumah sakit karena menderita luka serius, sementara belasan lainnya juga mengalami luka-luka. Dari data yang ada tercatat sebanyak 52 orang yang menjadi korban luka berat dan ringan atas kejadian saat itu.
Dari sekian banyak jumlah korban itu dikabarkan 29 korban dirawat di RS Petrokimia Gresik dan 26 orang di RSUD Ibnu Sina Gresik sementara satu korban lainya dirawat di rumah sakit Ibnu Sina, Gresik. Para korban yang dilarikan ke rumah sakit itu mayoritas sesuai pemberitaan mengalami luka akibat lemparan batu oleh para suporter PS TNI, bahkan diberitakan juga ada korban yang terdiri dari anak-anak dan seorang ibu-ibu,
Dengan berbagai peristiwa tersebut diatas khususnya kegaduhan/bentrok supporter ini tentu yang menjadi pertanyaan adalah dimana sikap profesionalitas dari pihak penyelengara yang kebetulan pada turnamen TSC ini diselengarakan oleh Operator kompetisi baru yaitu PT Gelora Trisula Semesta (PT GTS) yang tak lain sesungguhnya dibentuk atas inisiatif independen oleh klub-klub liga ISL dan sekaligus menjadi saudara kandung dari operator Liga kompetisi liga sepakbola nasional selama ini yaitu PT Liga Indonesi dengan direktur utama yang sama yaitu Djoko Driyono.
Tentu menjadi jelas bahwa jaminan keamanan dan keselamatan supporter dalam menonton pertandingan merupakan bagian dari tanggung jawab operator penyelenggara (PT GTS) apa lagi insiden yang menimpa Fahreza dan kerusuhan supporter PS TNI dan Persegres itu sangat jelas menjadi tanggung jawab operator kompetisi. Beda dengan kejadian di Sleman musibah itu bisa dikategorikan tindakan Kriminal murni karena terjadinya diluar arena sepakbola. Padahala sesunggunya seperti yang sudah ditulis diatas operator sepakbola baru itu juga masih dibawah kendali seorang Joko Driyono yang sangat berpengalaman dan juga pengendali utama dari PT Liga Indonesia yang selama ‘katanya’ sukses menangani kompetisi resmi di lingkungan PSSI.
Apa lagi hal ini sesungguhnya sudah pernah diingatkan BOPI seperti yang pernah diberitakan dimana sebelumnya sekjen BOPI Heru Nugroho pernah mengingatkan bahwa PT GTS harus memberikan pengawalan terhadap suporter dari tim-tim yang membawa nama besar institusi negara. Yaitu, PS TNI dan Bhayangkara Surabaya United.
Menurut Heru, suporter dari kedua tim tersebut belum terbiasa dengan atmosfer tribun penonton yang sarat provokasi, akhirnya apa yang dikatakannya tersebut menjadi kenyataan seperti yang disampaikanya ”Dan, kekhawatiran kami itu pun terjadi. Tapi, kalau sudah seperti ini kami segera membicarakannya dengan operator dalam waktu dekat,” untuk diketahui turnamen TSC ini langsung mendapat rekomendasi dari Presiden Joko Widodo, bukan melalui BOPI.
Selain itu tentu yang juga menarik untuk diketahui kedepanya adalah kalau sudah begini apa yang akan dilakukan KOMNAS HAM yang sebelum ini ngotot minta sanksi PSSI di cabut? Karena melanggar hak azazi manusia (pemain sepakbola) Apakah KOMNAS HAM akan minta PSSI di sanksi lagi? Karena ini menyangkut nyawa manusia (hak penonton sepakbola) …he….he….walahualam!
Ada satu pesan menarik dari Pemain PSS Sleman Tri Handoko yang memberikan tribut kepada Stanislaus Gandhang Deswara korban kesrusuhan dan supporter PSS Sleman yang mengatakan "Jika sepak bola lebih mahal dari pada nyawa, maka kami lebih memilih hidup tanpa sepak bola. #RIP Fans Indonesia. TH10"