Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bebas dari Sanksi Pemerintah & FIFA, Duka Sepakbola (PSSI) Itu Kembali Ada!

25 Mei 2016   08:54 Diperbarui: 25 Mei 2016   09:34 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
digital.jawapos.co.id

Dosa Siapa? Ini Dosa Siapa?

oleh: Ebiet G. Ade

Kudengar suara jerit tangismu

Sesepi gunung

Kulihat bening bola matamu

Sesejuk gunung

Oh, engkau anakku

yang menanggungkan noda

Sedang engkau terlahir

mestinya sebening kaca

Apa yang dapat kubanggakan?

Kata maafku pun belum kau mengerti

Dosa siapa? Ini dosa siapa?

Salah siapa? Ini salah siapa?

Mestinya aku tak bertanya lagi

Note:  untuk lengkapnya silahkan klik https://www.youtube.com/watch?v=iono_Jxd8_0

Sengaja potongan lagu dari Ebit G.Ade diatas ditampilkan tak lain adalah karena apa yang terjadi dalam dunia sepakbola tanah air belakangan ini memang pantas kita pertanyakan ini menjadi Dosa siapa?, Ini dosa siapa?, Salah siapa?, Ini salah siapa? 

Kalau kita mengikuti ikuti apa yang terjadi pada sepakbola Nasional, khususnya terkait dengan induk organisasinya (PSSI) . Memamng membuat kita miris setelah mengalami kisruh pajang sejak tahun 2011 lalu, berbagai persoalan mendera federasi sepakbola Nasional itu, terakhir mereka disanksi oleh Pemerintah (dibekukan/tidak diakui segala aktifitasnya) ) kemudian hal yang sama juga dilakukan oleh FIFA sehingga sepakbola tanah air benar-benar terasingkan dari dunia internasional.

Berikutnya setelah lebih setahun dibekukan (Pemerintah & FIFA), Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga mencabut sanksi tersebut terhitung sejak Selasa 10 Mei 2016 lalu, dua hari kemudian tgl 13 Mei 2016 FIFA pun juga secara resmi mencabut sanksi terhadap Indonesia tersebut.  Dimana hal itu disampaikan langsung oleh Presiden FIFA Gianni Infantino pada saat berlangsungnya kongres tahunan FIFA ke-66 di Meksiko Jum’at (13/5/2016). "Beberapa saat lalu sebelum kongres, kami (anggota komite eksekutif FIFA) sudah melakukan pertemuan, dan memutuskan sanksi penangguhan terhadap Indonesia dicabut,"


Setelah lepas dari kedua sanksi diatas, ternyata permasalahan tidak berhenti sampai disitu muncul persoalan baru yaitu permintaan KLB dari para angotanyda (Voters) padahal sesungguhnya hal itu sudah pernah diusulkan pemerintah beberapa waktu yang lallu tapi di tolak oleh klub dan Voters, Tapi anehnya sekarang malah bolanya berbalik para pemilik klub dan pemilik suara tersebut dengan menamakan dirinya ‘Kelompok 85’ justru ngotot meminta PSSI untuk segera menengadakan KLB.

Bahkan sampai-sampai mereka mengancam jika keinginan mereka tidak direspons oleh PSSI, maka ‘Kelompok 85’ ini akan menyelenggarakan sendiri KLB PSSI guna memilih ketua umumnya. Menurut pemberitaan terakhir ancaman itu berlaku sampai tanggal 18 Juni 2016 nanti kalau tidak mendapat persetujuan dari PSSI untuk menggelar KLB, maka mereka akan berkirim surat kepada FIFA.

Dengan demikian kalau kita cermati apa yang terjadi belakangan ini khususnya sejak induk oraganisasi sepakbola Nasional itu (PSSI) terbebas sanksi baik dari Pemerintah maupun FIFA. mungkin dapat dikatakan bahwa petaka/duka yang terjadi seperti judul tulisan diatas yaitu Bebas Dari Sanksi Pemerintah & FIFA, Duka Sepakbola (PSSI) itu Kembali Ada!”

Adapun yang dimaksud duka disini adalah, terkait dengan apa yang terjadi pada salah seorang suporter Persija Jakarta Muhammad Fahreza, yang menjadi korban dari kerusuhan saat polisi terlibat bentrok dengan para Jakmania yang memang maksa masuk stadion tampa memiliki tiket masuk ketika akan berlangsungnya pertandingan antara Persija melawan Persela Lamongan di Stadion GBK Senayan (15/6).

Korban berikutnya terjadi seusai laga antara PSS Sleman Vs PSIM Jokjakarta Minggu (22/5) dimana salah seorang supporter PSS Sleman Stanislaus Gandhang Deswara yang baru berusia 16 tahun, diberitakan tewas saat terjadi bentrok antara suporter PSS Sleman dengan PSIM Jogjakarta dimana ketika itu meraka baru saja pulang dari lawatan ISC B di Semarang. Sementara enam korban lainnya juga diberitakan mengalami luka-luka dalam bentrok di Jalan Magelang Km 14 Sleman.

Setelah itu kegaduhan juga terjadi di Gresik, terjadi bentrok antara suporter Persegres dengan pendukung PS TNI, Suporter PS TNI yang mayoritas anggota TNI itu seperti diberitakan tersulut emosinya sehingga terjadilah adu fisik dengan supporter Persegres Gresik. sembilan suporter Gresik harus dilarikan ke rumah sakit karena menderita luka serius, sementara belasan lainnya juga mengalami luka-luka. Dari data yang ada tercatat sebanyak 52 orang yang menjadi korban luka berat dan ringan atas kejadian saat itu.

Dari sekian banyak jumlah korban itu dikabarkan 29 korban dirawat di RS Petrokimia Gresik dan 26 orang di RSUD Ibnu Sina Gresik sementara satu korban lainya dirawat di rumah sakit Ibnu Sina, Gresik. Para korban yang dilarikan ke rumah sakit itu mayoritas sesuai pemberitaan mengalami luka akibat lemparan batu oleh para suporter PS TNI, bahkan diberitakan juga ada korban yang terdiri dari anak-anak dan seorang ibu-ibu,

Dengan berbagai peristiwa tersebut diatas khususnya kegaduhan/bentrok supporter ini tentu yang menjadi pertanyaan adalah dimana sikap profesionalitas dari pihak penyelengara yang kebetulan pada turnamen TSC ini diselengarakan oleh Operator kompetisi baru yaitu PT Gelora Trisula Semesta (PT GTS) yang tak lain sesungguhnya dibentuk atas inisiatif independen oleh klub-klub liga ISL dan sekaligus menjadi saudara kandung dari operator Liga kompetisi liga sepakbola nasional selama ini yaitu PT Liga Indonesi dengan direktur utama yang sama yaitu Djoko Driyono.

Tentu menjadi jelas bahwa jaminan keamanan dan keselamatan supporter dalam menonton pertandingan merupakan bagian dari tanggung jawab operator penyelenggara (PT GTS)  apa lagi insiden yang menimpa Fahreza dan kerusuhan supporter PS TNI dan Persegres itu sangat jelas menjadi tanggung jawab operator kompetisi. Beda dengan kejadian di Sleman musibah itu bisa dikategorikan tindakan Kriminal murni karena terjadinya diluar arena sepakbola. Padahala sesunggunya seperti yang sudah ditulis diatas operator sepakbola baru itu juga masih dibawah kendali seorang Joko Driyono yang sangat berpengalaman dan juga pengendali utama dari PT Liga Indonesia yang selama ‘katanya’ sukses menangani kompetisi resmi di lingkungan PSSI.

Apa lagi hal ini sesungguhnya sudah pernah diingatkan BOPI seperti yang pernah diberitakan dimana sebelumnya sekjen BOPI Heru Nugroho pernah mengingatkan bahwa PT GTS harus memberikan pengawalan terhadap suporter dari tim-tim yang membawa nama besar institusi negara. Yaitu, PS TNI dan Bhayangkara Surabaya United.

Menurut Heru, suporter dari kedua tim tersebut belum terbiasa dengan atmosfer tribun penonton yang sarat provokasi, akhirnya apa yang dikatakannya tersebut menjadi kenyataan seperti yang disampaikanya ”Dan, kekhawatiran kami itu pun terjadi. Tapi, kalau sudah seperti ini kami segera membicarakannya dengan operator dalam waktu dekat,”  untuk diketahui turnamen TSC ini langsung mendapat rekomendasi dari Presiden Joko Widodo, bukan melalui BOPI.

Selain itu tentu yang juga menarik untuk diketahui kedepanya adalah kalau sudah begini apa yang akan dilakukan KOMNAS HAM yang sebelum ini ngotot minta sanksi PSSI di cabut? Karena melanggar hak azazi manusia (pemain sepakbola) Apakah KOMNAS HAM akan minta PSSI di sanksi lagi? Karena ini menyangkut nyawa manusia (hak penonton sepakbola) …he….he….walahualam!

Ada satu pesan menarik dari Pemain PSS Sleman Tri Handoko yang memberikan tribut kepada Stanislaus Gandhang Deswara korban kesrusuhan dan supporter PSS Sleman yang mengatakan "Jika sepak bola lebih mahal dari pada nyawa, maka kami lebih memilih hidup tanpa sepak bola. #RIP Fans Indonesia. TH10"

Borneo 25 Mei 2016

Salam Olah Raga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun