Mohon tunggu...
Nada Bilhaqi
Nada Bilhaqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

people pleaser

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dikontinuitas dan Kontinuitas dalam Psikologi Perkembangan

31 Juli 2023   10:34 Diperbarui: 31 Juli 2023   10:39 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kontinuitas atau Diskontinuitas Dalam perkembangan

Nada Bilhaqi

Kata kunci: Kontinuitas, diskontinuitas dan perkembangan

Psikologi perkembangan ialah salah satu cabang dari psikologi. Kata Psikologi sendiri di ambil dari istilah bahasa Inggris yakni "psychology". Istilah ini berasal dari kata Yunani "psyche", yang mempunyai arti roh atau jiwa, dan "logos" yang bermakna ilmu. Jadi secara harfiah, "psikologi" berarti ilmu tentang kejiwaan. Istilah perkembangan dalam ilmu psikologi sudah lumrah, akan tetapi konsep tersebut agak membingungkan dan kompleks. Konsep membahas pertumbuhan dalam psikologi tidak akan sejauh membahas pertumbuhan, kedewasaan, dan perubahan. Ada sejumlah rumor dalam ilmu psikologi perkembangan yang menjadi rumor multipihak. Pada buku psikologi perkembangan Desmita (2019) menjelaskan bahwa ada 4 persoalan yang menimbulkan masalah, antara lain sifat manusia, perkembangan secara kualitatif dan kuantitatif, kontribusi nature andnurture untuk perkembangan dan sifat perkembangan.

Kontinuitas dalam perkembangan mengacu pada perubahan yang sering terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Suatu hal yang berubah yang awalnya sederhana menjadi suatu yang mana menjadi lebih kompleks sehingga mengindikasikan adanya perubahan kualitatif. Sedangkan perubahan terus-menerus yang terjadi pada fase perkembangan selanjutnya, dengan upaya yang sama disebut kontinuitas.

Jika perubahan yang berkaitan dengan masalah kuantitatif terus terjadi pada periode berikutnya, maka disebut kontinuitas kuantitatif. Namun biasanya hal ini tidak berlanjut pada perkembangan tubuh, misalnya untuk tinggi dan berat badan, karena pada usia tertentu akan terjadi jeda. H. Werner (1957) disebut "emergent" atau "epigenetik". Ini berarti bahwa perubahan kualitatif selalu terputus-putus karena tidak ada aspek atau elemen yang "ditransmisikan". Sebanding dengan itu, perubahan ke arah aspek tertata dan terpadu menunjukkan kesinambungan. Ketika terjadi pergeseran ke arah diferensiasi, munculnya sifat yang belum ada kemudian muncul dari sesuatu yang universal sebelumnya adalah diskontinuitas. Perkembangan merupakan perpaduan keduanya, yaitu pemisahan yang terputus-putus dan proses tingkatan yang berkesinambungan.

Kontinuitas dan diskontinuitas juga terjadi dalam proses belajar mengajar baik secara filogenetik maupun ontologis. Di prasekolah dan taman kanak-kanak ada diskontinuitas, sedangkan kelompok usia yang lebih luas hingga mahasiswa menunjukkan kontinuitas. Pada awal kehidupan, proses perubahan berlangsung cepat dalam satuan waktu dengan penambahan yang terjadi. Perubahan tersebut umumnya terlihat pada bayi, anak-anak, dan remaja. Itu juga dapat terjadi selama periode yang relatif tenang, dengan pengisian yang relatif sedikit, seperti di masa dewasa.


Perubahan tersebut meliputi beberapa aspek dan dikategorikan sebagai:

1. Perubahan tinggi badan ini menyebabkan bertambahnya tinggi dan berat badan. Organ dalam tubuh juga berubah ukuran, seperti daya tampung otak yang berubah akibat perubahan kapasitas.

2. Perubahan Komparatif Secara fisik terjadi pada perubahan proporsi kepala, anggota gerak dan anggota badan. Misalnya analogi antara ukuran besarnya kepala dan anggota badan. Perubahan yang sesuai akan terjadi selama perkembangan mental. Analogi antara yang tidak nyata, yang maya dan yang masuk akal semakin besar. Artinya, para anak masih memiliki berbagai imajinasi dan kecil kemungkinan realitas di dalamnya. Bahkan dalam proses perkembangan sosial, anak berangsur-angsur beralih yang awalnya bermain sendiri menjadi bermain bersama kerabat, lalu lingkungan sekitar dan kemudian dengan anak tidak dikenal.

3. Ganti untuk menggantikan benda lama pada bayi yang kelenjarnya tersumbat disebut gl. Kelenjar timus di area dada berangsur-angsur berhenti berkembang (menyusut) dan menghilang pada saat dewasa. Pada bayi akan terjadi kerontokan dengan sendirinya.

4. Berubah untuk yang baru Dalam proses perkembangan, manusia selalu menyerap hal-hal baru, terutama yang berkaitan dengan kehidupan spiritual. Contohnya termasuk berita, surat kabar, majalah dan pengalaman baru. Pembelajaran di sekolah juga mencakup kegiatan penemuan, menyerap hal-hal baru secara bertahap dan terencana.

Secara umum, para profesional pembangunan yang berfokus pada unsur-unsur pembangunan menggambarkan pembangunan sebagai suatu metode yang berkelanjutan. seperti tumbuhan yang berubah semakin besar. Para ahli dalam bidang perkembangan yang menekankan faktor nature, sering mengibaratkan perkembangan sebagai rangkaian hierarki perkembangan, seperti tumbuh dari jentik-jentik menjadi nyamuk.

Ahli Teoretisi mekanik melihat pertumbuhan sebagai suatu hal yang terus menerus, serupa dengan orang berlari atau berjalan menuruni bukit. Mereka mengibaratkan perkembangan yang dibangun melalui tahapan yang setara, sehingga memungkinkan untuk memprediksi perilaku masa depan dari perilaku masa lalu. Serta telah lebih fokus pada perubahan kuantitatif, termasuk perubahan kuantitatif seperti ukuran tinggi badan, berat badan, kosa kata atau frekuensi komunikasi. Contohnya, ukuran bayi baru lahir sampai 6 bulan bervariasi. Pada umumnya pendekatan kuantitatif bersifat kontinyu. 

Sedangkan para ahli teori biologi meniti beratkan pada perubahan kualitatif, yaitu perubahan macam, struktur atau organisasi. Mereka menilai bahwa perkembangan terjadi dalam berbagai jenjang, seperti orang melangkah menaiki tangga. Perubahan kualitatif berbentuk putus-putus, seperti halnya perubahan cara berpikir dari konkrit ke abstrak. Pada setiap tahap, orang menghadapi kesulitan yang berbeda dan menggapai keterampilan yang berbeda. Setiap tahap dibangun di atas tahap sebelumnya dan hal itu merupakan ke siapan untuk tahap berikutnya.

Referensi :

Gunarsa, Singgih. (2011). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Libri

Hildayani, rini dkk (2014). Psikologi Perkembangan Anak. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun