Mohon tunggu...
Hanifa Paramitha Siswanti
Hanifa Paramitha Siswanti Mohon Tunggu... Penulis - STORYTELLER

Penikmat kopi pekat ----- MC, TV Host, VO Talent ----- Instagram: @hpsiswanti ----- Podcast Celoteh Ambu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lesti Kejora dan Tuntutan Good Girl Syndrome sebagai Figur Publik

14 Januari 2023   00:01 Diperbarui: 14 Januari 2023   22:32 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "Good Girl Syndrome" (Sumber gambar: are-allhere.blogspot.com)

Dalam mencapai tujuan tersebut, menurut konsep dramaturgi, manusia akan mengembangkan prilaku-prilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan tersebut antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunaan kata-kata atau dialog dan tindakan nonverbal lainnya, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. 

Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah "impression management". Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (front stage) dan di belakang panggung (back stage) drama kehidupan.

Melihat sepak terjang Lesti Kejora sejak dirinya dikenal sebagai pemenang kontes dangdut nasional di Indosiar, nyaris tak ada berita miring yang melanda Lesti. Bahkan Indosiar kerap membawa Lesti dalam berbagai kesempatan pertunjukan musik dangdut. Dalam hal ini, citra Lesti sebagai gadis lugu muda berbakat dari kampung di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang berjuang merantau ke Jakarta pun terbentuk. 

Tingkah pola khas remaja yang polos dan apa adanya adalah gambaran awal citra Lesti. Ketika berbagai perisakan menghampiri Lesti dari wujud fisik, asal daerah, hingga riwayat keluarga, tanggapan Lesti semakin menguatkan citra dirinya di mata publik sebagai gadis yang ramah, supel, mudah tersenyum, sabar, kuat, dan tegar. Gambaran di mata publik (front stage) ini pun dianggap sama dengan kehidupan di balik layar (back stage), termasuk ketika Lesti sudah menikah.

Goffman adalah seorang ahli dramaturgis yang menggunakan metafor teater dalam membedah masalah sosial. Menurut Goffman, setiap individu terlibat dalam proses produksi kesan dengan keputusan sadarnya untuk menampilkan dirinya dengan cara tertentu yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa citra dirinya telah terbentuk. Ia kemudian membagi kehidupan sosial ke dalam dua wilayah, yaitu wilayah depan dan wilayah belakang. 

Wilayah depan, yang dalam teater disebut panggung depan (front stage) adalah tempat peristiwa sosial yang memungkinkan individu menampilkan peran formalnya, dimana ia bermanuver layaknya aktor yang sedang melakonkan peran. Perannya tersebut kemudian ditonton dihadapan khalayak.

Wilayah belakang atau panggung belakang (back stage) merupakan tempat untuk mempersiapkan perannya para aktor di wilayah depan. Di sana tersedia kamar rias, dimana para pemain bisa bersantai menanti giliran tampil, sembari menghapal naskah, sekaligus mematangkan latihan akting. Di panggung belakang inilah bercokol sang sutradara yang senantiasa mengingatkan para aktor tentang perannya, ketika tampil di panggung depan. Sang sutradara tak lupa mewanti-wanti segenap pemain, agar nantinya bertindak sesuai dengan skenario. Di panggung belakang inilah (sebagai panggung yang tak terlihat oleh khalayak di halaman panggung depan), sering terjadi negosiasi dan transaksi antar aktor.

Kehidupan Laksana Panggung Sandiwara

Di balik seorang artis, berdiri sebuah manajemen yang menaungi. Fungsi dari manajemen ini adalah mempersiapkan tampilan seorang figur publik di depan khalayak/ penonton (front stage) dan bagaimana mempersiapkan atau mengelola kesan (impression management) yang dibentuk, sehingga dari interaksi yang dilakukannya di bagian front stage terciptalah sebuah makna. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada bagaimana pengelolaan kesan yang dilakukan di back stage tersebut.

Selain penampilan di televisi, Lesti juga aktif sebagai selebgram di Instagram dengan membuka endorsement, membuat lini fashion dan peralatan make up, kreator konten dengan lebih dari 5 juta subscriber di Youtube, hingga membuat produk digital di bawah nama Leslar Metaverse. Semua hal tersebut, terutama konten di Youtube, merupakan front stage dimana Lesti menampilkan sosok dirinya yang serba bisa dengan karakter apa adanya khas perempuan baik seperti yang diidolakan oleh para fansnya.

Selain manajemen, fans Lesti yang dikenal militan pun bisa dianggap sebagai 'sutradara' yang mengarahkan agar Lesti bertindak sesuai skenario yang diharapkan bersama, yaitu tampil sebagai perempuan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun