Secara gen keturunan aja sudah berbeda lho.. Belum lagi perihal cuaca. Di sini, matahari bersinar sepanjang tahun. Di sana, paling lama juga setengahnya. Terus kita ingin disamakan gitu? Untungnya apa coba? Cuma untuk memenuhi ambisi semu.Â
Seorang teman bahkan kulit wajahnya menjadi  sangat tipis dan sensitif kemerahan. Ini akibat perawatan salon berlebihan yang dilakukannya demi mendapatkan wajah mulus tanpa noda.
Belum lagi teman lain yang berjenis kelamin laki-laki, kulitnya malah bopeng dan abu-abu. Setelah kepo, ternyata doi pakai produk pemutih kulit yang mengandung bahan keras dan berbahaya.
Hmm.. kok jadinya menyiksa ya? Apa iya slogan "beauty is pain" harus selalu diaminkan? Kayaknya nggak juga deh.
Dukungan Teman
Syukurlah ketika kelas 12, pemikiran lebih terbuka dengan mencoba melihat sesuatu dari sisi lain. Termasuk mengulik makna bahasa dalam periklanan.
Saya juga coba lihat teman-teman serta figur publik lain yang jauh dari imej perpaduan kulit putih, tubuh tinggi langsing, dan rambut lurus. Waw ternyata banyak juga yaa.. dan mereka semua berprestasi pula. Nggak mengandalkan fisik semata!
Setelah mengerti, saya hanya ngakak menertawakan kenaifan diri selama ini. Betapa bodohnya diri  ini mau saja menelan propaganda iklan dan representasi tubuh dari media secara  mentah-mentah.
Bersyukur sekali punya teman-teman di lingkungan terdekat yang nggak pernah ngasih penilaian semata dari fisik. Bahkan kami saling mengapresiasi dan malah sengaja mengeksplor warna-warna neon untuk dipadupadankan. Misalnya pakai kuteks, ikat  rambut, warna tas, dll. Selama itu dirasa masih  pantas, ya percaya diri aja dong.
Bahkan salah satu kawan, dia berkulit gelap dan bertubuh mini, sangat percaya diri dengan tubuhnya. Dia selalu bilang, "Gue memang item, tapi gue kayak Beyonce!"
Sayangi Dirimu Seutuhnya