Mohon tunggu...
Hanifa Paramitha Siswanti
Hanifa Paramitha Siswanti Mohon Tunggu... Penulis - STORYTELLER

Penikmat kopi pekat ----- MC, TV Host, VO Talent ----- Instagram: @hpsiswanti ----- Podcast Celoteh Ambu

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Iklan Produk Pemutih Wajah Kok Masih Dipercaya?

23 September 2020   23:35 Diperbarui: 24 September 2020   00:53 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi produk perawatan wajah (foto: Thinkstock via lifestyle.kompas.com)

Di sinilah arti pentingnya literasi. Bukan hanya membaca, melainkan juga memahami. Nggak cuma melihat teks, tetapi juga harus mengerti makna dan konteks.

Korban Iklan

Saya adalah korban iklan kecantikan dan perawatan wajah. Sebenarnya sejak kecil, saya tipikal manusia cuek. Sudah tak terhitung jumlah rundungan mengenai kulit gelap saya. Apalagi dulu hobi sekali balap kelereng dan naik pohon. Semakin legamlah saya.

Saya nggak peduli dan malah mencibir kepada para perisak. "Saya item, tapi saya selalu tiga besar lho di kelas!" Hahaha.

Namun pengaruh lingkungan dan terpaan media ketika menginjak remaja perlahan membuat saya jadi nggak percaya diri. Saya kerap membandingkan diri dengan potret artis remaja di televisi dan majalah. Belum lagi dengan kaum siswa borju dan gaul di sekolah yang kulitnya emang kinclong. Mana wajah saya jerawatan  pula. Wah semakin minder deh.

Rupanya hal itu tercium oleh ibu. Ia pun menawarkan untuk melakukan berbagai perawatan di klinik kecantikan yang cukup terkenal di Bandung. Produk yang saya pakai pun merupakan keluaran klinik tersebut. Namun setelah pindah klinik sampai empat kali, wajah saya tetap nggak seputih dan semulus yang saya harapkan.

Kecewa? Tentu saja. Selama periode SMP-SMA itu tak terhitung sekian juta rupiah yang harus dikeluarkan. Ya ampun kesal sendiri deh kalau ingat masa-masa itu. Hahaha.

Harusnya saya sadar bahwa namanya juga hormon remaja ya wajarlah kulit kusam dan jerawatan. Memang masanya seperti itu. Toh buktinya ketika menginjak kelas 12 SMA, kulit wajah saya mulain membaik sendiri. Padahal sejak kelas 11, saya sudah hentikan semua perawatan karena kesal gegara hasilnya nihil.

Ternyata masa  remaja memang rentan ya. Pantas saja segmen ini selalu jadi pasar empuk buat dijadikan sasaran iklan, khususnya perawatan kulit dan wajah.

Geografis yang Berbeda

Ya ya.. memang nggak salah untuk mengampanyekan kulit sehat dan terawat. Namun mengkonstruksikannya itu yang jadi problema. Apakah manusia yang tinggal di negara tropis kayak Indonesia mesti berubah warna kulit seperti mereka yang tinggal di benua Eropa atau kawasan Asia Timur?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun