DUARR!! Asap hitam, pekat, dan berbabu menyengat membumbung sangat tinggi. Tami menangis dalam diam. Air matanya meleleh. Â Tak kuat lagi dengan yang dialaminya.
***
"Bunda, aku mau kita pindah rumah aja! Tami nggak kuat dapat mimpi aneh terus berturut-turut. Semuanya berasap," Tami menangis meraung di ruang tengah pada pagi hari.
Bunda yang sedang menonton TV membelai kepala Tami. Tersenyum penuh arti.
"Pindah ke mana, Sayang? Ini rumah peninggalan almarhum ayahmu. Semua kenangan tentang keluarga kita hanya ada di sini," ujar Bunda.
"Tapi apa arti mimpi-mimpiku, Bunda? Kenapa hanya aku yang mengalami? Kenapa Bunda nggak mimpi yang sama?" tanya Tami sesenggukan.
Bunda hanya mengangkat bahu. Ia memeluk Tami agar  lebih tenang.
Tok..tok..tok.
Bunda melepaskan pelukannya dari Tami. Terdengar pintu diketuk. Bunda berjalan ke ruang depan dan membuka pintu. Tampak Bu Sabeni, satpam komplek, tengah tersenyum dan membawa secarik kertas.
"Selamat pagi, Bu. Apakah benar ini rumah keluarga Darmono?" tanyanya.
"Betul sekali, Ibu. Ada apa ya?" jawab Bunda sopan.