Hari ini tanggal 21 April 2015 seluruh bangsa Indonesia memperingatinya sebagai "Hari Kartini". Oleh karena salah seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional bernama Raden Ajeng Kartini dilahirkan di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Selama 25 tahun masa hidupnya, R.A. Kartini banyak memperjuangkan hak-hak kaum wanita melalui berbagai tulisan & pemikirannya. Selain banyak digunakan sebagai nama jalan, pantai dan gedung di Indonesia, nama R.A Kartini juga diabadikan sebagai nama empat jalan raya di Belanda: Kota Amsterdam, Utretch, Veerlo, dan Harleem.
R.A. Kartini (1879 – 1904) adalah salah seorang pahlawan wanita yang paling dikenang di Indonesia karena jasa mulianya akan perjuangan dan cita – citanya dalam memajukan derajat wanita pribumi yang berada dalam taraf yang rendah pada masa itu. Meskipun hanya mengenyam pendidikan formal hingga usia 12 tahun, R.A. Kartini banyak belajar ilmu pengetahuan, sosial dan kebudayaan melalui kebiasaannya membaca buku dan surat kabar pada masa itu. Melalui kebiasaannya tersebut (ditambah dengan kemampuannya berbahasa Belanda) membuat R.A. Kartini turut aktif dalam korespondensi dengan menyumbangkan ide pikiran, opini melalui surat kabar lokal yang sebagian besar masih berbahasa Belanda pada masa itu.
Berikut ini rangkaian ilmu hidup KARTINI yang merupakan rangkuman dari beberapa hasil pemikiran dan karya tulis dari R.A. Kartini yang dikumpulkan dari surat – suratnya dengan teman korespondensi maupun artikel yang ditulisnya di surat kabar. Semoga ilmu hidup KARTINI ini dapat memberikan pencerahan kepada kita seluruh bangsa Indonesia.
1. Kasih sayang
Menurut Wikipedia, cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.
R.A. Kartini begitu memahami arti cinta tersebut, khususnya bagi orang-orang yang dicintainya, sehingga ia pun menuliskan: “Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang kita cintai.” Bahkan R.A. Kartini berani menyatakan bahwa: “Saat suatu hubungan berakhir, bukan berarti dua orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti.”
Berkaitan dengan makna universal dari kasih sayang, seorang R.A. Kartini menyatakan pemikirannya bahwa: “Sepanjang hemat kami, agama yang paling indah dan paling suci ialah Kasih Sayang. Dan untuk dapat hidup menurut perintah luhur ini, haruskah seorang mutlak menjadi Kristen? Orang Buddha, Brahma, Yahudi, Islam, bahkan orang kafir pun dapat hidup dengan kasih sayang yang murni.” (dalam salah satu kalimat isi suratnya kepada sahabatnya Ny. Abendanon di Belanda, tahun 1902)
2. Aku mau
Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Jadi, pada kemauan itu ada kebijaksanaan akal dan wawasan, di samping itu juga ada kontrol dan persetujuan dari pusat kepribadian. Oleh kemauan, timbullah dinamika dan aktivitas manusia yang diarahkan pada pencapaian tujuan hidup tertentu.
R.A. Kartini begitu memahami dan meyakini bahwa kemauan itu merupakan pembuka jalan hidup, dengan mengatakan: “Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2 patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata “Aku tiada dapat!” melenyapkan rasa berani. Kalimat “Aku mau!” membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”
3. Resistensi sikap negatif
Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Selain itu, sikap atau attitude adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi sosial. R.A. Kartini pun mengerti bahwa sikap seseorang akan menentukan jalan hidupnya, dengan menyatakan bahwa: “Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu – satunya hal yang benar – benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.”
R.A. Kartini melakukan resistensi terhadap sikap-sikap yang negatif, dengan mengatakan bahwa: “Saat membicarakan orang lain Anda boleh saja menambahkan bumbu, tapi pastikan bumbu yang baik.” Selain itu ia juga mengatakan: “Jangan mengeluhkan hal – hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang.”
4. Teruslah bermimpi
Pernyataan “Keberhasilan Berawal dari Impian” bukanlah sesuatu yang baru bagi kita. Sebagian besar dari kita mungkin sudah tahu. Namun, meskipun sudah tahu bagaimana kekuatan mimpi itu, tidak banyak yang menggunakannya sebagai awal dari semua keinginan kita.
Banyak orang yang takut untuk bermimpi karena mereka kuatir tidak dapat mewujudkannya, mereka takut gagal. Banyak orang yang takut untuk bermimpi karena mereka kuatir akan ditertawakan oleh orang-orang di sekitar mereka. Karena mungkin impian mereka kelihatannya tidak masuk akal untuk saat ini.
R.A. Kartini mengajak kita untuk bermimpi dan terus bermimpi dengan mengatakan: “Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam.” R.A. Kartini menegaskan bahwa: “Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula dalam hidup manusia. Karena ada angan – angan muda mati, kadang – kadang timbullah angan – angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah.”
5. Ikhtiar selama hidup
Kata ikhtiar diambil dari bahasa Arab, yakni 'ikhtaara' yang artinya memilih. Sementara dalam bentuk kata kerja, ikhtiar berarti pilihan atau memilih hal yang baik (khair). Sedangkan menurut istilah, ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya dalam usaha mendapatkan yang terbaik, agar tujuan hidupnya selamat sejahtera di dunia dan di akhirat. R.A. Kartini menyatakan bahwa dengan ikhtiar akan dapat membantu diri sendiri dan orang lain, melalui tulisannya: “Ikhtiar! Berjuanglah membebaskan diri. Jika engkau sudah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah dapat engkau tolong orang lain.”
Dalam melaksanakan ikhtiar tersebut tidaklah selalu mudah, R.A. Kartini pun memahaminya dengan menuliskan: “Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu.” Namun R.A. Kartini juga memberi semangat dalam tulisannya: “Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang.”
6. Nyatakan terima kasih
Ungkapan terima kasih memiliki arti yang begitu mendalam, karena mengajarkan sebuah pesan moral, penuh akan makna kehidupan yang sesungguhnya. Tidak sekedar mengajarkan sebuah kesopanan ataupun ahlakul karimah saja. Namun memiliki arti sebuah keseimbangan hidup. Dengan melihat arti kata terima kasih itu saja, sudah dapat kita ketahui makna di dalamnya. Kata terima kasih ini memang terdiri dari dua kata yaitu kata "terima" dan kata "kasih". Kata "terima" yang berarti menerima atau dapat kita artikan juga dengan mendapat. Adapun kata "kasih" dapat kita artikan dengan berbagi atau memberi.
Dari sedikit penjelasan arti kata "terima kasih" diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam hidup kita diajarkan tidak hanya menerima saja, namun juga harus memberi. Ini sebagai bentuk ketidak sempurnaan kita sebagai mahluk Tuhan. Dimana dalam menjalani kehidupan ini kita masih membutuhkan orang lain. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milikNYA.
R.A. Kartini juga memahami arti terima kasih, bahkan menyatakannya sebagai kewajiban yang utama melalui tulisannya: “Salah satu daripada cita – cita yang hendak kusebarkan ialah: Hormatilah segala yang hidup, hak-haknya, perasaannya, baik tidak terpaksa baik pun karena terpaksa. Haruslah juga segan menyakiti mahkluk lain, sedikitpun jangan sampai menyakitinya. Segenap cita – citanya kita hendaklah menjaga sedapat – dapat yang kita usahakan. Supaya semasa mahkluk itu terhindar dari penderitaan, dan dengan jalan demikian menolong memperbagus hidupnya: Dan lagi ada pula suatu kewajiban yang tinggi murni, yaitu “terima kasih” namanya.”
7. Ibu, pendidik manusia yang pertama.
Seorang ibu adalah guru pertama dan utama bagi seorang anak. Sosok ibu semestinya memiliki wawasan keilmuan yang mumpuni agar mampu menjadi pendidik terhebat bagi putra-putrinya. Ibu merupakan figur pertama yang biasanya lebih dekat di hati maupun secara fisik dengan anak-anaknya. Ibu merupakan koridor pengetahuan yang mampu mengantarkan buah hatinya meraih impian, menjadi pemimpin masa depan yang berkualitas.
Ada banyak hal yang dilakukan seorang ibu demi anaknya, dimulai sejak masa kehamilan. Saat ibu hamil, gizi untuk janin diberikan dengan sebaik-baiknya oleh ibunya. Setelah melahirkan, ibu sibuk merawat dan mengasuh si kecil. Masa balita (golden age) merupakan tahun-tahun pertama pertumbuhan yang pasti menjadi waktu terindah untuk menanamkan beragam pengetahuan bagi si pemimpin kecil.
R.A. Kartini yang pernah hamil dan melahirkan anaknya namun tidak sempat mendidik dan membesarkan anaknya karena harus kembali kepada Sang Pencipta (empat hari setelah melahirkan), begitu memahami dan meyakini pentingnya peranan seorang ibu bagi anak-anaknya. R.A. Kartini pun menuliskan: “Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi Ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”
Oleh: Hentje Pongoh, SE, MM (Jakarta, 21 April 2015).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H