Mohon tunggu...
H. Alvy Pongoh
H. Alvy Pongoh Mohon Tunggu... Konsultan - Traveller & Life Learner

I am a very positive person who love to do the challenge things and to meet the new people. I am an aviation specialist who love to learn, share, discuss, write, train and teach about aviation business and air transport management.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mendalami Ilmu Hidup Kartini

21 April 2015   15:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:49 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari sedikit penjelasan arti kata "terima kasih" diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam hidup kita diajarkan tidak hanya menerima saja, namun juga harus memberi. Ini sebagai bentuk ketidak sempurnaan kita sebagai mahluk Tuhan. Dimana dalam menjalani kehidupan ini kita masih membutuhkan orang lain. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milikNYA.

R.A. Kartini juga memahami arti terima kasih, bahkan menyatakannya sebagai kewajiban yang utama melalui tulisannya: “Salah satu daripada cita – cita yang hendak kusebarkan ialah: Hormatilah segala yang hidup, hak-haknya, perasaannya, baik tidak terpaksa baik pun karena terpaksa. Haruslah juga segan menyakiti mahkluk lain, sedikitpun jangan sampai menyakitinya. Segenap cita – citanya kita hendaklah menjaga sedapat – dapat yang kita usahakan.  Supaya semasa mahkluk itu terhindar dari penderitaan, dan dengan jalan demikian menolong memperbagus hidupnya: Dan lagi ada pula suatu kewajiban yang tinggi murni, yaitu “terima kasih” namanya.”

7. Ibu, pendidik manusia yang pertama.

Seorang ibu adalah guru pertama dan utama bagi seorang anak. Sosok ibu semestinya memiliki wawasan keilmuan yang mumpuni agar mampu menjadi pendidik terhebat bagi putra-putrinya. Ibu merupakan figur pertama yang biasanya lebih dekat di hati maupun secara fisik dengan anak-anaknya. Ibu merupakan koridor pengetahuan yang mampu mengantarkan buah hatinya meraih impian, menjadi pemimpin masa depan yang berkualitas.

Ada banyak hal yang dilakukan seorang ibu demi anaknya, dimulai sejak masa kehamilan. Saat ibu hamil, gizi untuk janin diberikan dengan sebaik-baiknya oleh ibunya. Setelah melahirkan, ibu sibuk merawat dan mengasuh si kecil. Masa balita (golden age) merupakan tahun-tahun pertama pertumbuhan yang pasti menjadi waktu terindah untuk menanamkan beragam pengetahuan bagi si pemimpin kecil.

R.A. Kartini yang pernah hamil dan melahirkan anaknya namun tidak sempat mendidik dan membesarkan anaknya karena harus kembali kepada Sang Pencipta (empat hari setelah melahirkan), begitu memahami dan meyakini pentingnya peranan seorang ibu bagi anak-anaknya. R.A. Kartini pun menuliskan: “Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi Ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”

Oleh: Hentje Pongoh, SE, MM (Jakarta, 21 April 2015).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun