Dinamika kehidupan telah banyak mendorong kita untuk selalu bersinggungan dengan berbagai macam permasalahan atau isu sosial. Dari masalah sepele hingga yang paling rumit yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Memutuskan suatu hal menjadi masalah sosial tidak hanya bersasal dari keputusan secara lisan sebab menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu, analisis sosial hadir membantu kita untuk memahami dan melihat lebih dalam mengapa suatu fenomena dapat dikatakan sebagai masalah sosial. Analisis sosial membantu kita untuk melihat faktor-faktor dari berbagai aspek terkait.
Apasih analisis sosial itu?
Analisis sosial meruapakan sebuah skema tentang interaksi antar faktor dalam rangka memecahkan masalah sosial, yang secara lebih rinci dilakukan untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap tentang: situasi sosial, hubungan struktural, budaya, dan historis (sejarah) sehingga memungkinkan menangkap dan memahami realitas sosial yang dihadapai untuk kemudian dicari solusi permasalahannya (Raditya, 2020).
Menurut Lembaga Studi & Advokasi Masyarakat (ELSAM), analisis sosial diperlukan untuk:
- Mengidentifikasi dan memahami masalah secara lebih seksama sampai tahap melihat akar masalah dan ranting masalah.
- Untuk mendalami potensi (kekuatan-kelemahan-peluang-tantangan) yang ada dalam suatu komunitas.
- Bermanfaat untuk membangun ukuran dengan lebih baik bagi kelompok yang dirugikan.
- Untuk membangun prediksi berupa tindakan-tindakan sebagai upaya untuk mengubah keadaan (Raditya, 2020).
Fenomena seperti klitih, begal, pelecehan seksual, LGBT, pencopetan, kemiskinan, ketimpangan, kesenjangan, kenaikan harga sembako, gagal panen, banjir, penggrebekan pasangan di penginapan oleh SATPOL PP, pembunuhan, pejabat negara beristri tiga, korupsi, dan segudang fenomena lainnya. Semua ini terjadi dan kita saksikan di lingkungan sekitar kita.
Lalu, apakah kemudian kita melihat semua hal itu sebagai suatu masalah sosial yang harus diberantas?
Mari kita coba untuk memahami secara garis besar bagaimana analisis sosial dapat dipraktikan. Kasus pelecehan seksual menjadi salah satu masalah sosial yang sedari dulu berusaha kita perangi, khususnya bagi kaum perempuan. Pelecehan kerap kali terjadi tanpa mengenal tempat dan waktu. Setiap orang perlu bersikap waspada agar terhindar dari pelecehan. Tanpa analisis sosial, orang hanya akan menyalahkan korban dengan membawa nama agama ataupun mengomentari pakaian korban.
Namun, dengan analisis sosial kita akan didorong untuk menilik lebih dalam sebab akibat dari sebuah fenomena yang terjadi. Kita tidak hanya akan mengomentari apa tertangkap indera mata namun juga berusaha mengungkapkan, hal-hal apa saja yang kemudian mendorong pelaku untuk melakukan kejahatan tersebu serta apa yang mempengaruhi pelaku dan membentuk pikiran bahwa melecehkan seseorang adalah hal yang semata-mata dilakukan demi kepuasan namun mengorbankan orang lain.
Pelecehan seksual terjadi karena banyak faktor yang memengaruhi, tidak hanya berbicara masalah pakaian korban. Dari sisi pelaku, kita bisa mulai menganalisis, latar belakang seperti apa yang dimilikinya. Seperti di lingkungan seperti apa ia tumbuh, bagaimana keluarganya, pergaulan yang dimiliki, apa yang kerap kali ia kerjakan atau informasi semacam apa yang biasanya dikonsumsi, bagaimana ia dikenal masyarakat. Lebih dalam lagi, melihat pelaku pelecehan seksual bisa saja dipengaruhi oleh kondisi psikologis, seperti contohnya fetish apa yang dia miliki.
Kemudian melihat dari aspek hukum. Dengan hukum yang belum memadai seperti sekarang ini, pelecahan seksual menjadi suatu penyakit yang sudah menjamur di lingkungan masyarakat. Tidak ada hukum yang tegas yang mengatur pelecahan seksual. Serta masih banyak keluhan penyintas bahwa ketika melapor kepada kepolisian, justru mereka mendapatkan cemooh seperti menyalahkan pakaian atau memberikan solusi untuk menyelesaikan secara kekeluargaan karena dirasa bukan suatu masalah yang serius. Apabila terdapat payung hukum yang tegas, maka pelecehan seksual dapat dicegah, dan penyintas mendapatkan hak mereka. Oleh sebab itu, pelecehan seksual dapat dikategorikan sebagai masalah sosial sebab hal itu merupakan tindak kejahatan yang mengancam dan merugikan masyarakat.
Bagaimana dengan fenomena penggerebekan yang selalu dilakukan oleh SATPOL PP di hotel, yang dalam laporannya selalu mengunggah foto pasangan dan beberapa potret kondom?
Kita perlu ingat, bahwa tidak mudah menentukan suatu masalah sebagai masalah sosial. Banyak diskusi terbuka yang dapat kita temukan di Twitter perihal tersebut. Terdapat dua tipe netizen, yang pertama mengatakan bahwa penggerebekan memang diperlukan untuk mencegah zina dan tipe kedua adalah mereka berpendapat bahwa kehidupan seksual seseorang bukan urusan orang lain bahkan pemerintah.
Sayangnya, saya dengan senang hati harus bergabung dengan tipe kedua. Mengapa begitu?
Karena, kehidupan atau aktivitas seksual merupakan hal yang privat bagi setiap individu. Orang lain, termasuk pemerintah jelas tidak boleh campur tangan dalam kehidupan seksual seseorang.
Mengatasnamakan zina bukan hal yang tepat jika digunakan sebagai kedok ikut campur. Zina berbicara mengenai aspek spiritual setiap individu. Tentunya, setiap perbuatan zina yang dilakukan bukan masalah umum. Sebab, nantinya hal itu akan dipertanggung jawabkan secara pribadi. Hal lainnya adalah, tidak ada untungnya mengurusi kehidupan seks seseorang hanya demi kepuasan atau bahan gosip saja. Tidak ada dasar hukum pasti yang memandang aktivitas kehidupan seksual seseorang sebagai tindak pidana.
Tentu saja, tanpa analisis sosial, kita akan melihat hal tersebut sebagai suatu masalah perzinaan, apalagi jika ditemukan barang bukti berupa alat kontrasepsi.
Maka dari itu, sekali lagi analisis sosial menjadi penting untuk dilakukan seseorang. Minimnya sex edukasi membuat beberapa orang masih menganggap hal yang sebenarnya penting dipelajari menjadi buta akan pengetahuan. Hal ini menjadi lucu apabila dilakukan penyitaan kontrasepsi sebagai barang bukti. Bukankah hal tersebut patut diapresiasi?
Minimnya pengenalan akan edukasi mengenai seks membuat beberapa orang tidak bertanggung jawab pada apa yang dilakukan dan tidak mempertimbangkan akibat jangka panjang. Namun, ketika ditemukan alat kontrasepsi pada saat penggerebekan, bukankah hal itu menandakan bahwa seorang pasangan paham betul bagaimana melakukan 'safe sex'. Mereka tentu paham dengan resiko yang akan diterima apabila melakukannya dengan tidak bertanggung jawab. Seperti, hamil di luar nikah atau kemungkinan penelantaran anak.
Hal yang paling penting dipahami adalah, kehidupan seks seseorang bukanlah masalah selagi itu dilakukan atas dasar persetujuan dua belah pihak. Seharusnya yang medapat pidana adalah orang yang melakukan kejahatan seksual bukan seseorang yang melakukannya atas dasar 'consent' atau persetujuan.
Dari dua contoh yang sudah disebutkan kita tentu mulai paham bagaimana analisis sosial membantu kita menjadi pribadi yang peka. Analisis sosial diperlukan karena solusi dari masalah sosial hanya akan ditemukan pada saat kita memahami masalah sosial hingga ke akar.
Analisis sosial juga membantu kita menjadi seseorang yang penuh hikmat karena kita mampu melihat sebuah masalah bukan hanya semata-mata sesuai dengan apa yang kita lihat tanpa mempertimbang faktor penting lain yang memengaruhi, sehingga secara langsung menuntut kita untuk menjadi seseorang yang berpikir kritis dan tidak dikuasai oleh perspektif pribadi.
Sumber:
Raditya, Dendy. (2020, Juli 7). Analisis Sosial: Sebuah Pengantar Singkat. Fisipol UGM Creative Hub. Diakses dari sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H