Mohon tunggu...
Tan Howie Arifianto
Tan Howie Arifianto Mohon Tunggu... -

SMA Kolese Loyola Semarang XI I-26

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kanker Karena Transplan Organ, Mungkinkah?

23 September 2017   21:11 Diperbarui: 23 September 2017   23:03 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, banyak orang yang mendonorkan atau mentransplantasi organ tubuh ke orang lain. Tentunya, hal ini biasanya dilakukan saat orang yang mau mendonor sudah meninggal dan orang yang akan didonorkan masih hidup, mungkin sakit atau salah satu bagian organnya tidak berfungsi sehingga mereka butuh seseorang untuk mentransplantasi organ.

 Jadi, biasanya orang yang sudah meninggal, tetapi organnya masih segar dan masih bekerja dengan baik, biasanya mereka berbuat baik untuk terakhir kalinya dan kemudian mau mendonorkan organ mereka untuk orang - orang yang membutuhkan dan mereka bisa menyelamatkan nyawa orang lain. Meskipun begitu, tetapi ada juga beberapa pendonor yang memang ingin mendonorkan organnya untuk orang lain dimasa hidupnya. Tapi, jika misalnya ada salah perhitungan, kemudian ternyata organ yang didonorkan tidak sehat, maka hal ini akan memungkinkan malah menjadi sarana untuk mentransfer penyakit, Kanker misalnya. Nah, apakah kanker bisa menular kepada orang yang menerima organ dari orang lain?

Pertama - tama, kita lihat dulu bagaimana kanker bisa menyebar. Penyebaran sel kanker di dalam tubuh dikenal dengan istilah "metastasis". Biasanya, kanker dimulai dari satu bagian tubuh tertentu, kemudian baru menyebar bisa sampai seluruh tubuh jika parah. Penyebaran kanker dimulai ketika sel - sel kanker memisahkan diri dari tumor awal, kemudian mereka menyerang jaringan normal yang ada di sekitarnya. 

Dari sini, sel kanker kemudian berkembang biak dan mungkin bisa memproduksi senyawa - senyawa tertentu yang mulai merangsang pergerakan sel kanker ke tempat - tempat lainnya. Sel-sel kanker dapat menyebar melalui satu dari beberapa rute umum metastasis untuk menuju ke bagian - bagian tubuh yang lainnya. Dari perjalanan ini, hanya sedikit sel kanker yang dapat lolos, atau bahkan tidak ada, karena sel - sel kanker akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh manusia. Hanya sedikit yang dapat selamat dan kemudian membentuk sel baru. 

Setelah berhasil sampai di tempat yang baru, barulah sel - sel kanker ini mulai berkembang biak dan membentuk tumor - tumor kecil yang sering disebut micrometastases. Kelompok tumor - tumor kecil ini kemudian bergabung dan bertumbuh menjadi sel tumor "dewasa", dan kemudian menyelesaikan proses siklus metastatik. 

Ternyata, sel - sel kanker metastatik membawa karakteristik (sifat) yang mirip dengan sifat sel induk, bukannya menyerupai ciri sel - sel di tempat baru dimana kanker metastatik ditemukan. Dokter biasanya bisa mengerti apakah kanker telah menyebar dari sel induk atau sel kanker yang ditemukan benar - benar baru adalah dari pengamatan yang dilakukan ini. 

Dalam perkembangan sel kanker, metastasis adalah faktor paling utama, atau bisa disebut kanker metastatik adalah kanker yang lebih banyak membunuh manusia dibanding kanker dengan tumor lokal. Seorang pembedah inggris, Stephen Paget berteori, bahwa sel kanker hanya menyebar ke lokasi yang memiliki karakteristik yang mirip dengan sel induk. Sel kanker sulit bertahan di lingkungan yang benar - benar baru. Lalu, orang seperti apa yang lebih mudah menderita kanker? 

Orang dengan riwayat kanker atau kanker aktif biasanya lebih mudah terkena kanker, tetapi tingkat kemampuan penyebaran sel kanker berbeda satu sama lain. Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dari metastasis sel kanker ini, yaitu Sifat - sifat dari sel kanker, perubahan genetik tertentu, dan juga sistem kekebalan tubuh dalam menghilangkan sel-sel kanker. Ke mana sel kanker akan menyebar juga tergantung pada jenis, ukuran, dan di mana awal mula sel kanker berkembang dalam tubuh.

Dengan teori perpindahan sel kanker diatas, penulis akan berpendapat bahwa, jika seseorang mentransplantasi organnya, dan penerima kemudian terkena kanker, hal itu mungkin dan bisa saja terjadi. Tetapi semestinya, hal ini akan sangat jarang terjadi, karena pasti, sebelum organ akan di transplan atau di pindahkan dari satu orang ke orang lain, pasti organ orang ini akan di cek terlebih dahulu. 

Tidak mungkin begini: semisal ada orang yang akan memindahkan organnya ke orang lain, tetapi ia memiliki penyakit yang menyerang organ tersebut. Semisal jantung. Maka, pihak kedokteran tidak mungkin tetap memindahkan organ yang tidak sehat tersebut ke orang lain, karena organ tersebut bisa jadi malah menambah penyakit penerima. Jadi, seharusnya jika seseorang terkena penyakit setelah menerima organ, pastinya bukan dari kesalahan dari pihak medis. 

Jika semisal seseorang ingin mendonor organnya kepada orang lain dan menyelamatkan orang lain, tetapi ia memiliki penyakit semisal diabetes, maka hal itu juga akan membatalkan niatannya untuk mendonorkan organnya, karena sudah pasti, di pihak kedokteran tidak akan menyetujuinya. Jadi, kemungkinan kedua ini juga tidak mungkin terjadi. Tapi, kedua kemungkinan tersebut masih tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang yang mendapatkan transplan organ bisa terkena penyakit setelah mendapatkan transplantasi organ dari orang lain. Orang yang mendapatkan transplantasi organ dari orang lain tetap masih ada kemungkinan bisa terkena penyakit baru atau bahkan kanker. 

Nah, biasanya, sebelum seseorang akan ditransplantasi organ, penerima organ akan diberi obat yang akan menekan sistem kekebalan tubuhnya. Obat ini namanya Imunosupresan. Mengapa penerima organ diberikan obat ini sebelum dioperasi atau ditransplantasi? Ya, karena fungsi utama obat ini adalah untuk menekan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh manusia berguna agar manusia tidak terserang sebuah penyakit, atau sistem kekebalan tubuh manusia juga berguna untuk menjaga tubuh kita dari benda - benda asing dari luar. 

Mengapa para penerima butuh obat ini sebelum mereka menerima organ dari pendonor? Salah satu alasannya adalah, saat mereka, para penerima menerima organ baru dari pendonor, tubuh mereka (penerima) akan mendeteksi organ baru ini sebagai benda asing. Maka, jika semisal organ lama para penerima atau tubuh mereka menolak organ transplantasi dari luar, maka organ transplantasi itu tidak akan berguna atau dengan kata lain percuma. Jadi, setelah diberikan dan diterima oleh si penerima, organ tersebut tidak akan berfungsi. Jika hal itu terjadi, maka transplantasi organ akan gagal atau percuma. Maka dari itulah, dibuat obat Imunosupresan ini dan diberikan kepada orang yang akan menjadi penerima organ transplan. 

Supaya tubuh penerima tidak menolak organ baru dari pendonor, dan organ baru bisa berfungsi secara maksimal. Nah, karena ada obat ini, dan diberikan kepada penerima, maka sistem kekebalan tubuh penerima akan menurun. Nah, apa yang akan terjadi jika sistem kekebalan tubuh seseorang menurun? Tentu saja, orang yang sistem kekebalan tubuhnya menurun akan mudah mendapatkan penyakit atau terserang sebuah penyakit. Meskipun organ baru dari hasil transplantasi yang didapat dapat bekerja dengan baik, dan tidak ditolak oleh sistem kekebalan tubuh sendiri, tetapi orang akan lebih mudah terserang penyakit karena ini. 

Para penerima organ baru juga akan lebih rentan terserang infeksi, penyakit jantung dan juga yang paling parah, kanker. Apalagi, karena untuk mencegah kegagalan fungsi dari organ transplantasi atau dengan kata lain penolakan organ transplantasi setelah masuk kedalam tubuh penerima, maka penerima organ transplantasi harus terus mengkonsumsi obat imunosupresan ini. 

Dengan begitu, maka sistem kekebalan tubuh penerima akan terus ditekan supaya organ transplantasi bisa bekerja dengan baik dan tidak dihancurkan atau ditolak oleh tubuh. Dengan begitu pula, maka sistem imun atau kekebalan tubuh penerima akan berkurang dan tidak akan kembali lagi seperti semula. Hal ini akan semakin memudahkan penyakit - penyakit seperti diabetes, infeksi, kanker, dan berbagai penyakit lain untuk masuk kedalam tubuh penerima. Kemudian, masalah ketahanan dari organ transplantasi ini. Organ transplantasi bukanlah merupakan organ asli dari seseorang. 

Organ transplantasi diberikan dari orang lain untuk penerima. Maka dari itu, organ - organ yang di transplantasi oleh pendonor tidak bisa hidup selamanya di dalam tubuh penerima. Organ - organ yang didonorkan oleh pendonor hanya bisa hidup beberapa jangka waktu saja pada tubuh penerima. Mungkin bisa sampai bertahun - tahun, mungkin hanya beberapa tahun saja, atau mungkin juga hanya sampai beberapa bulan saja, mungkin karena organ hasil transplantasi ditolak oleh sistem kekebalan tubuh penerima. 

Menurut penulis, Umur atau jangka waktu ketahanan dari organ transplantasi juga tergantung pada pola hidup dari penerima. Menurut penulis juga, organ hasil transplantasi dari orang lain memiliki sistem ketahanan yang berbeda dari organ lama kita. Bisa jadi, organ hasil transplantasi lebih kuat, atau mungkin bahkan juga bisa lebih lemah dari organ lama penerima. 

Maka dari itu, pola kehidupan penerima juga berpengaruh pada umur atau lama ketahanan organ hasil transplantasi. Nah, karena organ yang sudah tertransplantasi tidak dapat hidup selamanya, dan juga manusia tidak mungkin hidup tanpa sebuah organ penting seperti jantung, paru - paru, atau ginjal, maka setelah organ yang tertransplantasi pertama sudah tidak dapat digunakan atau istilahnya "Expired", maka si penerima organ akan mencoba untuk mencari organ baru lagi untuk ditransplantasi. Biasanya, organ yang ditransplan kedua akan lebih berbahaya dibandingkan yang pertama. 

Mengapa bisa seperti itu? Karena pada transplan organ pertama, penerima organ sudah diberikan obat imunosupresan. Maka kekebalan tubuh si penerima sudah berkurang, kemudian ia akan melakukan transplantasi lagi. Maka ia akan mendapatkan imunosupresan lagi, dan sistem kekebalan tubuhnya akan semakin berkurang lagi. Maka orang ini akan jauh lebih mudah terserang kanker. Ada faktor lain yang bisa memicu kanker pada penerima organ transplantasi dari pendonor, yaitu yang sudah penulis sebutkan di awal, adalah kesalahan dari pemeriksaan organ yang akan di donor. Meskipun sudah diperiksa secara seksama oleh pihak medis (para dokter), 

tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan untuk terjadi sebuah kesalahan dan pada akhirnya, ada sel kanker yang terlewat, kemudian karena sebelum tubuh penerima akan menerima organ dari pendonor, tubuh penerima diberi obat imunosupresan, maka sistem kekebalan tubuh sudah menurun, maka sel kanker yang masih terkandung dalam organ transplantasi ini bisa dengan mudah masuk kedalam tubuh penerima. Maka dari itu, tubuh penerima juga akan mendapatkan kanker yang diderita oleh organ baru dari orang lain.

Jadi, kesimpulan yang penulis dapatkan setelah mengemukakan pendapat mengenai kanker yang disebabkan oleh transplan organ, penulis menyimpulkan bahwa transplantasi organ dari orang lain dapat memicu atau bahkan menyebabkan kanker. Penulis dapat menyimpulkan hal ini karena berdasar pada dasar teori yang penulis sajikan, juga faktor - faktor yang telah penulis berikan, seperti obat imunosupresan, lalu juga alasan - alasan mengapa kanker bisa masuk ke tubuh penerima melalui organ transplantasi.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah menyempatkan waktu untuk membaca artikel ini. Mohon maaf juga apabila ada kesalahan dalam penulisan kata - kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun