Intinya, untuk mewujudkan hati dan pikiran seturut dengan firman Tuhan, keluarga mesti menyerahkan hidup, teguh menyembah Tuhan dan menjaga kehidupan yang lebih baik. Marsomba bisa juga diterjemahkan dalam kata sujud, dalam pengertian secara teologis menyerahkan seluruh totalitas hidupnya padaNya. Dulu, kata Marsomba lebih ditekankan kepada pihak hula-hula, artinya seorang pria harus menghormati keluarga pihak istrinya. Dasar utama dari filosofi ini adalah bahwa dari pihak keluarga harus menghargai keluarga dari istrinya.
Kata "Marsomba" sesungguhnya mesti kepada Tuhan saja. Keluarga adalah sekolah pertama seorang anak. Membangun keluarga yang baik dan saling mengasihi itu sulit! Disinilah dibutuhkan tanggung jawab orangtua. Ada ungkapan Batak yang menyebutkan "sian jabu asa tu alaman, sian alaman asa tu balian." Artinya apa? Salah membangun keluarga bisa berakibat fatal pada pengembangan di keluarga, terutama anak-anaknya. Apalagi kita diperhadapkan dengan roh zaman hedon yang materialistis ini.
Kita tentu tak salah membawa anak-anak ke gereja untuk belajar pada guru sekolah minggunya. Kita juga yang dewasa tak salah kita rajin bergereja dan mengikuti komunitas yang ada di gereja. Tetapi, kita tak sadar bahwa kita tak membangun pondasi sendiri terlebih dahulu. Akibatnya, banyak anak tidak mendapatkan contoh yang ideal dari orangtua. Dan tak heran anak setelah dewasa tak mendengar lagi nasihat orangtuanya. Karena apa? Orangtua salah, tak membangun pondasi sesungguhnya pada mental anak. Anak harus terus dilatih Marsomba. Menyerahkan hidup pada Tuhan.
Sebab, kerap kita hanya menunjuk yang terlihat, tak membangun yang tak terlihat. Pondasi iman kita itu ibarat kita membangun rumah, tak terlihat. Rumah sebelum dibangun terlebih dahulu digali pondasinya. Pondasi itu harus kokoh dan kuat. Baru kemudian di atasnya pondasi dibangun, bagunan yang kita rencanakan. Begitu juga rupanya, dalam keberimanan kita. Kita tak boleh bangga sudah rajin beribadah di gereja. Tak salah memang, sebab membangun persekutuan dengan orang lain di gereja itu juga mesti dan harus.
Sebelum itu, mari kita bangun pondasi terutama di dalam rumah. Pondasi yang pertama yang saya maksud hubungan pribadi dengan Tuhan itu harus beres. Saat teduh itu penting membangun pondasi iman. Lalu, ditambah saat teduh keluarga, dan disempurnakan kita ibadah di gereja. Ada orang yang rajin kebaktian di gereja tetapi hatinya masih picik. Masih suka melihat orang menderita. Masih kerap jadi hakim bagi orang lain. Gampang marah. Mudah putus asa. Apa yang membuat demikian? Salah satu indikasinya tak ada pondasi dari bangunan keberimanan dengan Tuhan.
Hubungan pribadinya dengan Tuhan pasti tak terjalin. Dengan mau bersaat teduh pribadi berarti ada ruang mengaca diri. Merenungkan diri. Darinya lahir kerendahan hati. Dalam Alkitab juga disebutkan, hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri. Berarti kuncinya mengutamakan orang lain. Jelas, jika tak ada sikap rendah hati, tanpa kerendahan hati, kita tak akan mampu bersyukur. Ihklas menjalani hari-hari yang ruwet.
Dan kalau kita rendah hati, masih ada harapan, kita masih bisa melihat dan merasakan kuasa Tuhan. Karena itu mari rendah hati untu mengakui dan merasakan mukjizat dari Tuhan. Sudah pasti. Perenungan ini mengajak kita menggali pondasi yang belum sempat kita bangun. Keimanan kita terlihat di kehidupan pribadi kita dengan Tuhan, dan keluarga kita. Jadi jika hubungan di gereja penting, tetapi jauh penting membangun hubungan diri dengan Tuhan dan kelaurga terlebih dahulu. Baru gereja juga menguatkan, selain menguatkan itu juga hanya persekutuan sosial terbangun.
Akhirnya, bahwa rahasia dari pesan judul Maduma-Martabe-Marsomba di atas perlu kerja keras agar bisa makan, menikmati hidup. Lalu terus memperhatikan asal-usul kita, keluarga kita. Dan terakhir tak boleh lupa menyerahkan seluruh kehidupan kita pada yang empunya. Sebab DIAlah yang memiliki otoritas mutlak dari setiap sisi kehidupan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H