Mohon tunggu...
Hotma Siregar
Hotma Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Staf Tim Digital di salah satu penerbitan nasional

Saya tertarik mengamati isu-isu politik & ekoomi global serta mengikuti dinamika politik nasional. Saya juga memantau strategi ciamik klub-klub papan tengah di Liga Primer Inggris.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ini Alasan Partai Golkar Usung Gibran Rakabuming sebagai Cawapres Prabowo Subianto

22 Oktober 2023   10:35 Diperbarui: 23 Oktober 2023   02:40 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada Pilpres 2009, JK yang merasa percaya diri menjadi capres menempati peringkat ke-3 karena hanya mampu meraup 15 juta suara atau 12,41%. Di pilpres 2014, Ketua Umum Golkar saat itu Aburizal Bakrie malah menyerahkan amanat capres-cawapres kepada kader partai lain (Gerindra dan PAN).  Sedangkan di Pilpres 2019, Golkar bergabung dengan koalisi presiden petahana yang merupakan kader PDIP.             

Singkatnya ada dua alasan Golkar kembali mengusung kader partai lain di Pilpres 2024. Pertama dalam kurun waktu 25 tahun sejak 1999 Golkar gagal menghasilkan kader sendiri untuk menjadi capres atau cawapres. Kedua, popularitas dan elektabilitas kader partai lain (Gerindra dan PDIP) melampaui tokoh-tokoh Golkar yang dianggap berpotensi. Dengan demikian, pengurus pusat Partai Golkar berharap penunjukkan Gibran Rakabuming sebagai cawapres memiliki efek kembar: memenangkan Pilpres dan meraih suara yang signifikan di Pileg.

Berbeda dengan Kang Emil, segmen pemilih yang disasar Gibran, 36 tahun, adalah generasi milenial (kelahiran 1981-1996) dan generasi Z (kelahiran 1997-2012). Dari data KPU total pemilih dari kelompok kedua generasi ini lebih dari 113 juta orang atau 56,45% dari total pemilih.

Taktik Prabowo menggaet Gibran Rakabuming sebagai cawapres boleh dibilang cukup jitu dan mengejutkan banyak pihak.  Dikatakan jitu karena hanya KIM yang mengkombinasikan pasangan capres dan cawapres dari lintas generasi (baby boomers hingga generasi Z). Sementara koalisi PDIP yang mengusung Ganjar Pranowo an Mahfud Md, mewakili generasi X dan baby boomers (kelahiran 1946-1964). Sementara pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar  sama-sama berasal dari generasi X.

Keputusan Gibran menerima pinangan Golkar sebagai cawapres pun dapat dibilang mengejutkan karena publik menduga Gibran akan melanjutkan periode kedua sebagai Walikota Solo. Dugaan lainnya publik mengira Gibran akan bertarung untuk pemilihan gubernur entah di Jawa Tengah atau DKI Jakarta. Tenyata kedua dugaan itu kandas. Gibran lebih memilih untuk berkompetisi di tingkat nasional.     

Menjelang 116 hari jadwal pencoblosan pada 14 Februari 2024, publik akan mencermati apakah keputusan Partai Golkar mengusung Gibran Rakabuming sebagai cawapres adalah keputusan yang tepat? Pada saat penghitungan suara, akankah Partai Golkar menjadi pihak yang kalah seperti Pilpres 2014 atau menjadi pemenang?       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun