Konflik internal dan berkurangnya jumlah kursi di DPR dalam dua pileg terakhir (2014 dan 2019) menjadi masalah serius bagi Golkar. Sedangkan kasus korupsi massal di jajaran pengurus pusat membuat Demokrat yang pernah meraih 148 kursi DPR di Pileg 2009, babak belur lima tahun berikutnya karena kehilangan 87 kursi dan menyisakan 54 kursi di Pileg 2019. Tren penurunan kursi Golkar dan Demokrat ini menjadi peluang bagi partai nonparlemen seperti PSI dan Perindo untuk mengambil alih ceruk pemilih yang bosan dengan partai DLDL ("dia lagi dia lagi"). Â Â
Alasan ketiga, Jokowi tak perlu repot-repot membentuk partai baru untuk memulai keberlangsungan sebuah dinasti politik. Sebagai pengusaha mebel, kekayaan Jokowi tak akan mampu menandingi Prabowo dan Surya Paloh untuk mendirikan parpol baru yang menurut ketentuan KPU harus memiliki kepengurusan di dua per tiga dari total 38 provinsi dan dua per tiga dari total 416 kabupaten/98kota. Pilihan yang bijak adalah "menitipkan" Kaesang kepada parpol baru yang relatif belum dikenal publik secara nasional, namun berpotensi menjadi parpol menengah di parlemen.Â
Sementara PSI didirikan oleh sejumlah anak muda dari kalangan profesional di industri penyiaran dan tokoh pemuda Muhammadiyah. Ketua Dewan Pembina PSI Jeffrie Geovani yang pernah menjadi cagub Sumatera Barat diduga memiliki hubungan pertemanan yang dekat dengan dua bersaudara Jusuf Wanandi, eksaktivis mahasiswa di era Orde Lama dan Sofjan Wanandi, pendiri CSIS. Keduanya juga dikenal sebagai pengusaha nasional. Â Â
Lantas apa yang diharapkan PSI dengan bergabungnya Kaesang? Untuk jangka pendek, popularitas Kaesang akan dimanfaatkan Giring dkk. untuk mendongkrak perolehan suara nasional PSI dari 2,6 juta (1,89%) di Pileg 2019 menjadi 4% atau memenuhi ambang batas parlemen di Pileg 2024. Harapannya PSI akan memiliki wakil di DPR Pusat.Â
Jika PSI bisa tembus ke Senayan atau DPR Pusat, sebagai balasannya PSI akan menjadi partai pendukung Kaesang untuk berlaga di Pilwakot Depok atau Solo. Sebagai partai yang baru dua kali ikut Pileg, wakil PSI di DPRD Depok dan DPRD Solo sangat minim, hanya 1 kursi.Â
Untuk mengusung Kaesang sebagai calon walikota, PSI harus membentuk koalisi dengan parpol-parpol lainnya. Jika PKS mendominasi kursi (12) di DPRD Depok, sedangkan PDIP menguasai 30 kursi di DPRD Solo, PSI harus mampu membujuk fraksi Gerindra-Golkar-PAN baik di Depok atau Solo untuk mengusung Kaesang. Â Â Â
Bila Kaesang sukses di pilkada Depok sementara Gibran Rakabuming menjadi Gubernur DKI Jakarta atau Jawa Tengah dan Bobby Nasution berhasil terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara, ini artinya Jokowi memiliki tiga penerus sebagai kepala daerah. Apakah poros Gibran-Bobby-Kaesang menjadi indikasi kuat terciptanya dinasti politik Jokowi? Kiprah keluarga Jokowi itu sebagai sebuah Dinasti Politik yang baru akan teruji oleh berjalannya waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H