Mohon tunggu...
hotdiana nababan nababan
hotdiana nababan nababan Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang ingin berbagi

Berbagi Hidup Lewat Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siap-siap, Ini yang Harus Bapak Ibu Guru Lakukan saat Pertama Masuk Sekolah

8 Juli 2021   17:56 Diperbarui: 8 Juli 2021   18:07 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi covid 19 telah mengubah dunia pendidikan Indonesia. Beragamnya kondisi sosial ekonomi, akses teknologi dan daerah sebaran covid-19 telah menyebabkan proses belajar siswa menjadi sangat berbeda antara daerah yang mudah diakses dan sulit diakses.

Dampak penutupan sekolah berdampak pada ketidaktercapaian belajar,  kemampuan siswa menurun dan ketimpangan pengetahuan yang semakin melebar antara yang dapat belajar dan tidak belajar. Dampak bagi siswa yaitu perkembangan emosi dan kesehatan psikologis nya terganggu, rentan putus sekolah dan  berdampak pada pendapatan siswa di kemudian hari.

Selama masa pandemi ini sangat penting bagi sekolah untuk melakukan asesmen. Kepala sekolah bertanggung jawab memastikan bahwa semua asesmen diagnosis dilakukan secara berkala di semua kelas selama pandemi.

Kemampuan dan keterampilan siswa di dalam kelas berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. 

Seorang siswa yang cepat paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya. Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian Bapak/ Ibu guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.

Secara umum, sesuai namanya asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa.  Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnostik non-kognitif  dan asesmen diagnosis kognitif. Tujuan dari masing-masing asesmen diagnostik adalah sebagai berikut:

Asesmen diagnostik non kognitif ditujukan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional peserta didik. Asesmen diagnostik non kognitif lebih mengutamakan pada kesejahteraan psikologi dan sosial emosi peserta didik.

Asesmen diagnostik non-kognitif di awal pembelajaran dilakukan untuk menggali  hal-hal berikut: Kesejahteraan psikologis dan sosial emosi sisiwa, Aktivitas siswa selama belajar di rumah, Kondisi keluarga siswa  dan pergaulan siswa, Gaya belajar, karakter, serta minat siswa.

Tahapan melaksanakan asesmen diagnostik non-kognitif adalah:

Persiapan : siapkan alat bantu berupa gambar yang mewakili emosi, siapkan pertanyaan panduan buat daftar pertanyaan kunci mengenai aktivitas siswa

Pelaksanaan : Meminta siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar  serta menjelaskan aktivitasnya dalam bentuk cerita, tulisan ataupun gambar.

Tindak Lanjut : Identifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi empat mata, menentukan tindak lanjut dan mengomunikasikan dengan siswa serta orang tua bila diperlukan ulangi pelaksanaan asesmen non-kognitif pada awal pembelajaran.

Ketrampilan bertanya dan membuat pertanyaan penting pada asesmen ini. Ada pertanyaan tertutup dan terbuka. Guru dapat menggunakan pertanyaan panduan yang telah disusun oleh kemendikbud.

Asesmen diagnostik kognitif bertujuan mendiagnosis kemampuan dasar siswa dalam topik sebuah mata pelajaran. Asesmen diagnostik kognitif dapat dilaksanakan secara rutin yang disebut asesmen diagnostik kognitif berkala, pada awal pembelajaran, akhir setelah guru selesai menjelaskan dan membahas topik, dan waktu lain. Asesmen Diagnostik bisa berupa Asesmen Formatif maupun Asesmen Sumatif.

Berikutnya guru melakukan asesmen kognitif untuk mengidentifikasi capaian kompetensi siswa menyesuaikan pembelajaran dengan kompetensi rata-rata serta memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan bagi siswa di bawah rata-rata.

Sebagai persiapan Melakukan asesmen kognitif guru membuat jadwal pelaksanaan kemudian menyusun materi soal berdasarkan panduan yang telah dilakukan oleh kementerian pendidikan. 

Berdasarkan hasil diagnosis asesmen kognitif ini guru akan membagi siswa menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, siswa dengan rata-rata kelas akan diajar oleh guru kelas, Kelompok kedua, siswa satu semester di bawah rata-rata mendapat pelajaran tambahan dari guru kelas. Kelompok ketiga, siswa yang berada dua semester di bawah rata-rata akan dititipkan ke guru kelas di bawah atau membuat kelompok belajar didampingi orang tua atau pendamping lainnya yang kompeten.

Selama masa pandemi,  kepala sekolah harus memastikan bahwa asesmen ini di lakukan secara berkala sesuai dengan kompetensi siswa. Asesmen nonkognitif dan asesmen kognitif serta tindak lanjut dan evaluasi terus menerus untuk memenuhi target capaian belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun