Perceraian yang terjadi dalam keluarganya saat ia masih kecil, membuat Mason harus teguh dalam menjalani kehidupannya.
Ia bersama kakak perempuannya, memutuskan untuk ikut ibunya dan belajar beradaptasi di lingkungan keluarga yang tidak lengkap.
Menariknya, film Boyhood (2015) tersebut diproduksi selama kurang lebih 12 tahun dengan menggunakan aktor dan aktris yang sama.
Para penonton benar-benar merasakan pertumbuhan tokoh utama yaitu Mason Jr yang semula masih anak-anak kemudian pelan-pelan beranjak ke dewasa.
Dari sinilah kekuatan film ini bekerja karena fokus sebenarnya yang ingin ditunjukkan adalah perubahan sifat dan perilaku dari tokoh utama yakni Mason Jr.
Bagaimana cara tokoh tersebut merespon keadaan buruk yang dialaminya, bisa memengaruhi cara pandang dan psikologis orang yang menonton dalam mengatasi masalah seperti broken home.
Pembahasan terkait tokoh Mason Jr dan dampaknya kepada penonton bisa kita pahami dengan konsep psikoanalisis milik Sigmund Freud.
Psikoanalisis dalam Film
Teori psikoanalisis dari seorang tokoh bernama Sigmund Freud sangat terkenal dengan bagaimana kejiwaan manusia dipahami.
Freud (dalam Ryan, 2012, h. 51) membagi struktur psikologis manusia dalam tiga bagian yakni ID, Ego, dan Superego.
Singkatnya, ID berbicara terkait kepuasan alamiah yang harus kita penuhi, Ego tentang bagaimana cara kita memenuhi ID tetapi harus berkaca pada realita, sedangkan Superego mengarah pada bagaimana perilaku kita harus memperhatikan moralitas