Suatu saat kaisar di wilayahnya membuat dekrit kepada setiap keluarga untuk harus menyerahkan satu orang laki-laki guna bergabung saat peperangan nanti melawan bangsa Hun.
Namun, ayah Mulan bernama Hua Zhou hanyalah satu-satunya laki-laki di keluarganya. Dari sini Mulan berinisiatif untuk menggantikan ayahnya menuju ke medan perang.
Melihat lingkungannya yang hanya memperbolehkan kaum laki-laki untuk bisa ikut berperang, Mulan memutuskan untuk merubah penampilannya menjadi laki-laki serta mengganti nama menjadi Hua Jun.
Singkat cerita identitasnya kemudian terungkap dan ia harus dipulangkan. Akan tetapi kegigihan dan bakat yang ia miliki bisa membuat Mulan kembali berjuang dan bertarung.
Berbalut Unsur Feminisme
Kisah Hua Mulan yang diceritakan dalam film Mulan (2020) ternyata tidak hanya berfokus pada sorotan tokoh utamanya yang bergender perempuan saja, melainkan ada maksud tersendiri.
Jika film tersebut dihubungkan dengan teori feminisme, maka ada beberapa poin yang bisa kita dapati bahwa karakter Mulan sebenarnya ingin melawan budaya patriarki.
Cateridge (2015, h. 23) mengatakan bahwa teori film feminis menyoroti cara-cara di mana bahasa visual dari sinema itu sendiri dapat dianggap sebagai gender, dan sebagai bagian dari sistem patriarki (dominasi laki-laki).
Kajian feminisme dalam film pada akhirnya ingin membawa isu soal representasi perempuan menuju ke ranah yang lebih baik dan lebih diperhatikan.
Di dalam film Mulan (2020), kehadiran Mulan sebagai satu-satunya prajurit perempuan di antara prajurit lainnya sebenarnya telah menunjukkan bahwa perempuan juga bisa ambil bagian.