Mohon tunggu...
Geraldo Horios
Geraldo Horios Mohon Tunggu... Lainnya - 没有人 v ホセ

menulis saat banyak pikiran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Merger Bank Milik MNC dan Lippo Eksentrik?

28 Februari 2023   20:08 Diperbarui: 2 Maret 2023   09:53 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabar merger Bank MNC (BABP) dan Bank Nobu (NOBU) milik Lippo Group mengantarkan kedua saham tersebut naik lebih dari 10 persen.

Merger dua bank tersebut cukup mengejutkan karena dua bank konglomerat ini merger untuk memenuhi modal inti sebesar Rp3 triliun. Konglomerat menggabungkan bank demi memenuhi modal inti menjadi pertanyaan yang menarik. 

Kabar ini sudah lama berhembus. Namun pemberitaan resmi oleh OJK baru dikonfirmasi hari ini.

Merger ini menarik karena dua grup ini menjadi grup yang masuk list investor retail Indonesia. Mengapa kedua konglomerat ini ingin banknya merger? Mengapa merger keduanya termasuk eksentrik?

Modal Inti dan Sinergi

Sesuai aturan Otoritas Jasa Keuangan, minimum modal inti bank sebesar Rp 3 triliun. Per Agustus 2022, modal inti Bank MNC sebesar Rp2,37 triliun, sedangkan modal inti Bank Nobu hanya Rp1,59 triliun per september 2022. Dari kedua bank tersebut, modal inti Bank MNC lebih mendekati syarat OJK dibanding Bank Nobu.

Memenuhi modal inti seharusnya bukan menjadi masalah bagi kedua bank ini. Meskipun melihat dari segi finansial, kedua grup mungkin memiliki kesulitan masing-masing.

Analis melihat merger ini bukan untuk memenuhi modal inti tetapi untuk menguatkan posisi bank. Kedua bank masing-masing memiliki kelebihan tetapi persaingan perbankan sangat ketat. 

Gabungan bank ini kelak akan bersaing dengan Bank Amar (ditopang investree), Bank Neo Commerce (ditopang Akulaku), Bank Oke (ditopang APRO Financial), Bank Maspion (ditopang KVF), Bank J Trust, dan lainnya.

Jika dilihat dari pesaingnya, wajar MNC dan Lippo grup ketar ketir karena mayoritas pesaing bermain di digital bank. Memenuhi modal inti Rp3 triliun saja saat ini tidak menjamin mereka menang bersaing.

Delisting dan Potensi Pasca Merger

Menurut penyampaian Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana, Bank MNC akan bergabung ke Nobu Bank. Total aset Bank MNC sebesar Rp16,98 triliun, sedangkan Bank Nobu sebesar Rp21 trilliun. Aset bank merger mencapai Rp37,98 triliun. 

Kedua bank tersebut merupakan perusahaan terbuka, pertanyaannya siapa yang akan delisting? Penulis berspekulasi bahwa Bank MNC (BABP) akan delisting jika merger ini selesai dilakukan.

Setidaknya ada beberapa alasan BABP yang akan delisting, yaitu:

1. Aset Bank MNC lebih kecil dibanding Bank Nobu.
2. Harga saham Bank MNC lebih rendah dibanding Bank Nobu.
3. Ada dua perusahaan finansial status tbk yaitu BABP dan BCAP.
4. Pernyataan Dian yang mengatakan Bank MNC bergabung ke Bank Nobu.

Meskipun ini masih spekulasi penulis tetapi besar kemungkinan terjadi mengingat terlalu banyak saham mnc yang tercatat dan membingungkan.

Jika membahas merger perusahaan pasti akan membahas prospek ke depannya. Meskipun ditopang oleh dua konglomerat, tantangan bank ini masih akan rumit.

Belum diketahui bagaimana rencana konsolidasi motion milik MNC dan Nobuneo milik Nobu. Belum lagi runtutan permasalahan yang mengiri kedua bank tersebut.

Kredit Meikarta

bisnis.com/abdurachman
bisnis.com/abdurachman
Mungkin beberapa investor mencoba melupakan bahwa Bank Nobu milik lippo merupakan salah satu bank yang memberi kredit untuk apartemen Meikarta. OJK menyebut tidak ada pelanggaran yang dilakukan Bank Nobu karena tugas mereka hanya memberi kredit (finansial). Masalah properti dan bangunan berurusan dengan PT Mahkota Sentosa Utama (MSU). 

Sedikit membingungkan, tetapi penulis yakin semua yang ada di dunia bisnis memahami bagaimana kasus ini berjalan. Merger Bank MNC dan Bank Nobu menjadi langkah baru untuk kredit ini. Bank Nobu yang selama ini tidak dapat mengembalikan uang konsumen, bisa saja mengembalikannya jika bersama Bank MNC. Spekulasi terbesar Lippo bisa saja menggandeng MNC untuk menyelesaikan meikarta. 

Jalan berliku bank hasil merger ini masih panjang. Selama belum termasuk Bank Buku IV, bank ini masih perlu bersaing dengan banyak bank lainnya.

Penulis sendiri tidak yakin untuk menulis "skala ekonomi siapa yang akan paling meningkat". Keduanya masing-masing mencoba bertahan di tengah kondisi finansial yang ketat. Meskipun dalam hati penulis "grup ini yang pasti diuntungkan". Dimana eksentriknya? penulis serahkan ke pengamatan pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun