Sungguh, wawasan saya tentang pembangunan berkelanjutan terbuka lebar melalui informasi-informasi yang saya peroleh dari penjelasan (yang disampaikan begitu ramah) oleh Pak Bowo.
Bersama komunitas Sebumi yang juga menggalakkan prinsip berkelanjutan, kami, 10 anggota Kopaja71, boleh mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Taman Literasi Christina Martha Tiahahu menggunakan bus elektrik Transjakarta.
Di sini, konsep lingkungan lestari dijaga betul dengan tampaknya keasrian pepohonan, wahana bermain anak-anak yang bersih, dan fasilitas penyandang disabilitas yang lengkap (contoh: penggunaan toilet serta selasar khusus).
Ngomong-ngomong soal fasilitas untuk penyandang disabilitas, Transjakarta pun menyediakan. Program berkelanjutan ketiga (Bestari) diejawantahkan berupa penyediaan ruang inklusif untuk seluruh lapisan masyarakat bermobilisasi melalui Transjakarta Cares.Â
Ini gratis, tidak berbayar bagi para penyandang disabilitas. Selain itu, bebas biaya juga diberikan kepada pengguna Transjakarta dari 15 kategori, antara lain lansia, marbot, hingga jumatik (juru pemantau jentik).
Selepas kami menikmati pemandangan di Taman Literasi juga keasyikan bermain bersama komunitas Sebumi, kami menuju ke M Bloc Space. Kami tinggal berjalan kaki karena lokasinya tidak jauh.
Dalam perbincangan di tengah perjalanan, kami melihat bukti nyata kepedulian terhadap kebersihan lingkungan melalui pembangunan bank sampah. Di sini, masyarakat disilakan menyetorkan sampahnya untuk kemudian dipilih, dipilah, dan sebagiannya didaur ulang.
Saya pribadi sesampainya di M Bloc Space, baru tahu bahwa lokasi ini adalah bekas bangunan Peruri, perusahaan yang mencetak uang negara itu. Komunitas anak muda telah menyulapnya menjadi bangunan ikonik yang modern dan apik untuk mengabadikan momen.
Masih perihal bagaimana kita mendukung kehidupan yang minim emisi karbon, komunitas Sebumi mengajak kami mempraktikkan teknik pounding dalam pembuatan tas yang ramah lingkungan.