Samar-samar motor bebek itu dan keluarga itu terlihat semakin kecil dan menjauh, saat kepalaku menoleh ke sebelah kiri. Ketika bulan sudah bersinar tepat di tengah langit, masih ada saja orang pulang kantor. Ya, kupastikan mereka habis kerja lantaran lelaki itu memakai kemeja batik berlogo di sebelah kiri lengannya, pun wanitanya masih berpakaian rapi dengan tas pinggang yang talinya terselempang di bahu kanan. Sebegitu ya orang bekerja untuk memuaskan keinginan? Sampai tengah malam masih saja bekerja.
"Kau gak usah heran," katamu mendadak mengagetkanku, seolah-seolah kau tahu pertanyaan apa yang tebersit di pikiranku. Aku menoleh ke kanan. Kau masih menggaruk pantat?
Di dunia ini, katamu dengan suara berat, banyak orang berlomba-lomba memuaskan rasa inginnya. Mau pagi kek, mau siang kek, sore sampai malam, orang-orang sibuk semuanya. Rasa-rasanya kalau mereka lihat kita yang duduk berdua di tepi jalan ini dari matahari terbit sampai tenggelam, kita mesti dicap pengangguran.
"Bukankah kita sama dengan mereka, sahabatku yang paling jorok? Kita kan sama-sama punya keinginan. Cuma, cara memuaskannya saja yang beda."
"Ah, bisa-bisanya kau jawab seperti itu. Dasar pengangguran!"
Aku tertawa. Tiba-tiba kau mengayunkan tangan kirimu hendak menepuk pundakku. Bauk goblokkkkk!
Sekarang melintas di depan kami sebuah truk berwarna cokelat dengan kaca jendela pintu yang terbuka. Supirnya bertelanjang dada, agak berewokan, dengan banyak tumpukan minuman penambah energi di dashboard-nya. Tak sampai satu menit, tiba-tiba kau terbahak. Matamu melihat bagian belakang truk itu, dan di situ bertuliskan "Mertuamu adalah istriku", dengan gambar seorang perempuan hampir tua yang masih meninggalkan sisa-sisa kemolekan tubuhnya lewat masih besarnya buah dada yang tampak dan pinggul yang -- bisa dibilang -- masih pula bahenol di antara perempuan seusianya. Wajahnya pun tak tampak ada kerutan.
"Makin ada-ada saja keinginan orang akhir-akhir ini," katamu di sisa-sisa akhir tawamu.
Oh, iya, soal orang kaya tadi. Berhasil ia dapatkan yang dia inginkan?
Aku menggeleng. Dia sudah mencobanya, tapi masih sulit dia dapatkan. Coba bayangkan, sesaat sebelum dia ingin minum sesuatu entah apa di gelasnya, salah seorang istrinya datang dan secepat kilat memukul tangannya, sampai-sampai gelasnya jatuh dan kacanya pecah terserak di lantai.
Masih ada lagi. Waktu itu, dia berusaha tidak makan berhari-hari dengan maksud ingin membuat perutnya kelaparan, terus lapar sampai tak bertenaga, tapi apa daya, waktu dia pingsan, istrinya yang lain lagi malah membawanya ke rumah sakit. Di sana, dokter memberinya infus dan lewat infus itulah kau tahu, ada makanan cair lewat selang masuk ke mulutnya.