Pandai bicara sama bobotnya dengan pandai mendengar. Mendengarlah selama orang bicara dan bicaralah setelah selesai mendengar.
Sejauh pengamatan saya, banyak orang mengajar cara bicara di depan umum. Bagaimana menjelaskan sesuatu dengan baik. Bagaimana tampil menarik dan memikat peserta. Bagaimana menguasai panggung dan mampu mencairkan suasana.
Tentu, itu adalah pelajaran berharga. Kemungkinan terlatih dari kebiasaan bicara di depan seorang demi seorang dan seterusnya jadi berani di depan banyak orang.
Banyak yang ingin kata-katanya didengar. Jika berhasil memberi inspirasi, si pembicara senang. Dapat menjadi manfaat adalah tujuan akhirnya yang mulia.
Pada sisi lain, pembicara tidak ada guna jika tidak ada yang mendengar. Pada contoh kecil, dalam interaksi dengan orang di sekitar, ketika bicara kita selalu ingin didengar.
Mendengar itu tidak mudah
Akhir-akhir ini saya belajar mendengar. Ketika bercakap dengan teman, saya berusaha mendengar. Bukan sembarang mendengar yang hanya menyediakan kuping. Saya catat banyak yang dikorbankan:
mengalahkan ego
Menguasai pembicaraan sehingga terlihat pintar adalah keinginan sebagian orang. "Aku" yang selalu mendapat tempat dan kehormatan untuk bicara terus didambakan.
Secara langsung, "aku" sedang mengaktualisasikan diri. Menunjukkan kebisaan dalam keahlian bicara. Saat mendengar, "aku" sedang diredam. Kita mengendalikan diri untuk tidak menunjukkan keakuan. Â
menyediakan waktu
Mendengar itu bermodalkan waktu. Sampai selama apa dan seberapa banyak yang didengar tergantung kemampuan kita. Meski tidak terlihat, waktu untuk mendengar tentu selalu berharga.
Orang yang mau menyediakan waktu untuk mendengar patut dihargai. Ia telah mengorbankan sekian waktu berharganya demi kita. Apalagi jika mendengar sampai akhir bicara kita.
merelakan konsentrasi
Mendengar tidak hanya bermodal kuping. Pikir harus tetap jalan agar yang didengar diserap baik. Dalam diam, otak mengolah segala informasi dan -- biasanya -- mencoba mencari solusi atas setiap masalah.
Konsentrasi yang dicurahkan untuk seseorang sejalan nilainya dengan waktu yang diberikan. Keduanya sama berharga.
Dari beberapa pengorbanan tersebut...
Saya mendapat manfaat untuk diri saya. Ada yang diberikan, ada pula yang didapat. Saya benar-benar merasakan diri saya sedang belajar soal kehidupan.
Melatih kesabaran
Duduk dalam diam di dekat orang sembari menunggunya selesai bicara itu benar-benar melatih kesabaran. Kesabaran akan berhasil dicapai jika selesai mendengar sampai akhir.
Belajar menghargai orang lain
Membuat senang orang lain dengan tidak menyela bicaranya adalah salah satu cara menghargai. Semua pasti senang jika bicara tidak dipotong. Beberapa ada yang berupaya keras menyusun kembali logika bicara jika disela di tengah-tengah.
Belajar berpikir komprehensif
Dengan mendengar sampai akhir, saya belajar berpikir secara keseluruhan. Tanggapan atas informasi yang setengah-setengah berpotensi menimbulkan kesimpulan yang salah.
Kalimat yang dipotong-potong sangat mudah disalahmengertikan. Jika sudah tahu perkara dari A sampai Z, analisis yang dihasilkan pikir tentu terbaik.
Belajar berkata yang tepat
Apa yang sudah dipikir sebagai tanggapan perlu diutarakan dalam kata-kata yang tepat. Pemilihan kata sebaik mungkin berguna untuk mengurangi kesalahan ucap dan tidak melukai pihak yang ditanggapi. Waktu selama mendengar berguna untuk saya mencari kata-kata yang tepat.
Catatan akhir...
Selama hidup, kebiasaan bicara dan mendengar selalu terjadi. Tidak hanya orang yang mampu bicara dengan baik yang menjadi kesukaan banyak orang. Orang yang bisa mendengar dengan baik -- tidak hanya bermodal kuping -- tidaklah kalah disukai banyak orang.
Banyak pengorbanan dalam mendengar dan hanya orang-orang baik yang rela melakukannya.
...
Jakarta,
22 Desember 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H