Karena pekerjaannya bukan menukar uang, sungguhlah bebas dia untuk melakukan atau menolak. Dia sangat boleh menggelengkan kepala atau bilang "tidak ada".
Sebagian kita tidak suka dengan adanya penolakan. Itu yang dihindari dan barangkali kita jadi malu. Sia-sia pula usaha kita pergi ke warungnya. Tidak mendapat apa-apa.
Dia bukan siapa-siapa
Faktor kenalan atau kebiasaan pernah beli di tempatnya juga diperhitungkan. Jika sudah kerap, barangkali dia dengan mudah mempertimbangkan untuk melayani tukar uang.
Jika sama sekali baru (semisal warungnya di sekitar tempat yang kita kunjungi pertama kali), saya rasa sungkan itu malah semakin besar. Siapalah dia sehingga harus melayani tukar uang? Dia bukan siapa-siapa.
Akhirnya...
Mau tidak mau, biar sama-sama enak, seperti cerita di atas, saya beli sesuatu yang sebetulnya tidak perlu-perlu amat (baca: sekotak susu). Pengeluaran yang di luar rencana.
Meskipun tidak perlu dan murah harganya, kalau sering, lumayan juga. Tetapi, tidak apalah, yang penting saya terbebas dari rasa sungkan. Toh, dia juga bukan pemberi jasa tukar uang. Dia adalah seorang pedagang kelontong.
Apakah Anda juga pernah mengalami seperti yang saya rasakan?
...
Jakarta