Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar dari Keisengan Sunardi dalam Membangun Candi Buatan

22 Oktober 2021   10:27 Diperbarui: 22 Oktober 2021   10:58 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Candi itu tidak akan tersusun seandainya Beliau tidak memberi perhatian lebih kepada lingkungan bekas tambangnya. Sudah menjadi hal umum, daerah-daerah bekas lokasi tambang dibiarkan begitu saja.

Orang-orang sudah mengeruk harta dari sana, lingkungan menjadi buruk tidaklah urusan. Beliau beda. Dalam keisengannya, ada niat merasa perlu untuk mengelola lingkungan bekas tambang agar lebih menarik.

Menjadi menarik dan tidak membosankan tentu berdampak baik pertama bagi Beliau sendiri, karena setiap saat harus ke sana dan itulah yang dilihatnya terus-menerus.

Beliau membuat lingkungan kerjanya menjadi tempat yang nyaman. Siapa sangka, kemenarikan itu memikat orang-orang di luar. Barangkali perlu ditiru, perhatian Beliau terhadap lingkungan, dalam menyikapi lingkungan-lingkungan lain yang habis ditambang.

Membiarkan kreativitas berkembang

KOMPAS.COM/DANI JULIUS
KOMPAS.COM/DANI JULIUS

“Daripada saya bikin yang seperti itu lagi (ditumpuk jadi gundukan), dulu monoton begitu saja. Tapi kali ini agak divariasi. Mudahnya kita bikin seperti itu (bentuk candi),” kata Sunardi di rumahnya, Kamis (21/10/2021).

Saya menangkap setidaknya ada kreativitas yang sedang ingin dikembangkan Beliau terhadap batu-batu sisa bekas tambang yang tidaklah berguna. Tidak semua barang-barang sisa benar-benar tidak bisa dimanfaatkan.

Ada imajinasi bentuk candi dalam benaknya. Kreativitas itu diejawantahkan secara nyata, melalui perbuatannya menyusun candi. Unsur seni dan keindahan tampak.

Ada ketekunan

KOMPAS.COM/DANI JULIUS
KOMPAS.COM/DANI JULIUS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun