Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Apakah Punya Banyak Pengikut Mampu Memperkuat Penjenamaan Diri?

21 Oktober 2021   10:48 Diperbarui: 23 Oktober 2021   09:30 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi punya banyak pengikut. (sumber: pixabay.com/ijmaki)

Zaman sekarang, sebagian interaksi antarorang aktif dilakukan di media sosial. Barangkali setiap orang yang punya ponsel, punya media sosial minimal satu. Tidak pula memandang umur. Dari anak-anak sampai orangtua, ada.

Sekali waktu saya pernah terpukau dengan akun seseorang di salah satu media sosial yang punya banyak pengikut. Hitungannya puluh ribuan. Pemikiran sejenak saya, boleh jadi ia seorang ternama.

Saya cari di media peramban (Google) tentangnya. Tidak banyak data ditemukan. Prestasi yang terbilang menjulang dan patut dibanggakan nihil.

Tetapi, mengapa bisa punya banyak pengikut? Saya telusurlah lagi ke beberapa unggahannya di media sosial itu. Sama, biasa saja. Standar, seperti tampilan kehidupan sehari-hari kebanyakan orang.

Bisnis jual pengikut

Pada sisi lain, belum berapa lama, saya berbincang dengan seorang teman ketika makan siang. Saya lontarkan pertanyaan yang selama ini membuat saya ragu, apakah benar begitu adanya atau hanya tipuan.

Entah kenapa, teman itu bisa menjawab. Barangkali memang saatnya sedang tepat. Saya agak sangsi soal bisnis jual pengikut di beberapa media sosial.

Akun itu mengunggah iklan dengan memberi komentar di akun orang lain -- kebanyakan di akun yang punya banyak pengikut -- agar terlihat lebih banyak orang. Tidak jarang, banyak pula yang memencet tombol suka atas komentar itu.

Akun itu menjual sekian banyak pengikut dengan menetapkan harga jual pada setiap intervalnya. Untuk jumlah tertentu, sekian Rupiah. Semakin banyak, semakin mahal.

Apakah itu benar? Teman saya menjawab iya. Ia menjelaskan dengan lengkap -- berdasarkan cerita temannya yang menjalankan bisnis itu, bahwa ada dua jenis pengikut yang dijual, berupa mesin atau akun bodong dan akun aktif.

Bisa dilihat dari akun yang membeli. Jika pengikutnya banyak, tetapi yang memberi suka atau komentar atas unggahannya hanya segelintir orang, berarti pengikutnya mesin.

Sebaliknya, bila selaras jumlah pengikut dengan banyaknya suka dan komentar, berarti pengikutnya akun aktif. Saya coba memahami, apa sebab akun penjual pengikut bisa muncul?

Memperkuat penjenamaan diri

Apakah punya banyak pengikut ada manfaatnya? Seberapa berguna jumlah pengikut dalam membentuk penjenamaan diri? Bagaimana pandangan kita ketika mengetahuinya?

Pertanyaan alamiah saya -- barangkali juga Anda -- ketika melihat seseorang punya banyak pengikut: apa yang telah dia perbuat, prestasi menakjubkan apa yang berhasil menggaet sekian orang hingga memutuskan mengikutinya? Apakah ia seorang pemengaruh (influencer)?

Dengan terjawabnya kebenaran bisnis jual pengikut, saya jadi yakin, tidak semua orang yang punya banyak pengikut itu berprestasi atau adalah seorang pemengaruh.

Orang biasa pun bisa, yang tentu mau merogoh kocek membeli pengikut. Memang, secara langsung, punya pengikut banyak memperkuat penjenamaan dirinya.

Terlihat seperti -- saya bilang seperti karena akun bodong bukanlah orang -- banyak orang suka padanya. Pastilah, orang jadi pengikut karena ada sesuatu.

Semakin banyak, semakin terasa ngartis. Lantas, potensi promosi iklan dari usaha-usaha mulai berdatangan. Ia bisa mendapat penghasilan dari hasil mengiklan. Belum lagi dari usaha sendiri, yang tentu seperti terlihat banyak orang.

Tidak jarang, ia menuliskan nomor ponsel di profil untuk komunikasi lebih lanjut, barangkali ada yang ingin mengajak relasi bisnis. Entah, penentuan akun menjadi biru atau terverifikasi (tepercaya) terpengaruh atau tidak dengan banyaknya jumlah pengikut.

Pandangan tentang pengikut

Saya sendiri tidak tertarik dengan bisnis itu. Pengikut saya pandang sebagai teman. Saya sebisa mungkin kenal mereka. Beberapa unggahan pribadi saya harap hanya diketahui mereka.

Saya tidak membiasakan seluruh kebiasaan dan aktivitas diketahui orang-orang. Barangkali pun tidak menjadi guna, ketika hal-hal sepele dibaca orang.

Akhir kata...

Sesuatu muncul tentu ada sebab. Orang jual pengikut karena ada yang mencari. Punya banyak pengikut secara langsung seperti menaikkan derajat di media sosial.

Fenomena yang semakin biasa terlihat dan barangkali memang salah satu upaya penjenamaan diri, sehingga bisa dengan rela merogoh kocek untuk memperolehnya.

Apakah Anda ingin dan bangga punya banyak pengikut?

...

Jakarta,
21 Oktober 2021
Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun