Zaman sekarang, sebagian interaksi antarorang aktif dilakukan di media sosial. Barangkali setiap orang yang punya ponsel, punya media sosial minimal satu. Tidak pula memandang umur. Dari anak-anak sampai orangtua, ada.
Sekali waktu saya pernah terpukau dengan akun seseorang di salah satu media sosial yang punya banyak pengikut. Hitungannya puluh ribuan. Pemikiran sejenak saya, boleh jadi ia seorang ternama.
Saya cari di media peramban (Google) tentangnya. Tidak banyak data ditemukan. Prestasi yang terbilang menjulang dan patut dibanggakan nihil.
Tetapi, mengapa bisa punya banyak pengikut? Saya telusurlah lagi ke beberapa unggahannya di media sosial itu. Sama, biasa saja. Standar, seperti tampilan kehidupan sehari-hari kebanyakan orang.
Bisnis jual pengikut
Pada sisi lain, belum berapa lama, saya berbincang dengan seorang teman ketika makan siang. Saya lontarkan pertanyaan yang selama ini membuat saya ragu, apakah benar begitu adanya atau hanya tipuan.
Entah kenapa, teman itu bisa menjawab. Barangkali memang saatnya sedang tepat. Saya agak sangsi soal bisnis jual pengikut di beberapa media sosial.
Akun itu mengunggah iklan dengan memberi komentar di akun orang lain -- kebanyakan di akun yang punya banyak pengikut -- agar terlihat lebih banyak orang. Tidak jarang, banyak pula yang memencet tombol suka atas komentar itu.
Akun itu menjual sekian banyak pengikut dengan menetapkan harga jual pada setiap intervalnya. Untuk jumlah tertentu, sekian Rupiah. Semakin banyak, semakin mahal.
Apakah itu benar? Teman saya menjawab iya. Ia menjelaskan dengan lengkap -- berdasarkan cerita temannya yang menjalankan bisnis itu, bahwa ada dua jenis pengikut yang dijual, berupa mesin atau akun bodong dan akun aktif.