Boleh saya simpulkan, penyair dan pengarang adalah bagian dari pujangga. Penyair fokus menciptakan sajak atau puisi, sementara pengarang menulis cerita, pendek atau panjang, cerpen atau novel dan sebagainya.
Memahami konotasi negatif sematan
Bila saya pahami benar arti kata pengarang, barangkali pengertian pertama yang membuat sebagian orang melihatnya terkesan negatif. Orang yang mengarang cerita, berita, buku, dan sebagainya.
Saya sempitkan lagi bagian "orang yang mengarang cerita". "Mengarang" sendiri salah satu artinya: menulis dan menyusun sebuah cerita, buku, sajak, dan sebagainya.
Kata "mengarang" bisa merujuk ke hal benar atau salah, baik atau buruk, pantas atau tidak untuk ditiru, dalam segala karangannya. Kalau secara lisan, orang mengarang wajib dipertanyakan keaslian dan kebenarannya.
"Ngomong yang benar! Jangan ngarang kamu!"
Apakah orang ini berbicara seperti begitu adanya? Tidak menambah atau mengurangi? Apakah orang yakin, omongannya dapat dipegang? Orang yang suka mengarang ketika berbicara barangkali memang sulit dipercaya. Bagaimana ketika menulis?
Konteks mengarang dalam menulis tentu beda
Yang namanya karya fiksi, pengarang bebas menulis apa saja. Kisah baik atau buruk, hal benar atau tipuan, dalam peran tiap-tiap tokoh.
Pengarang hanya mencurahkan isi pikiran sebagai karya. Tentu, cerita kuranglah menarik jika isinya hanya yang benar dan baik saja. Tidak seperti itu, kenyataan yang dialami manusia.
Pasti, ada yang tidak mengenakkan. Wajar muncul konflik, bahkan ada yang tidak masuk akal. Penipu, penjahat, pembohong, ada pada kenyataan. Menuliskan itu sebagai salah satu unsur cerita sah-sah saja.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!