Ya, pada sebuah lemari yang khusus ia beli untuk barang-barang pribadi -- terletak di sudut belakang ruangan, di situlah ia menghabiskan segala rindu dan perasaannya. Motif ia tinggal dalam dunia dan menikmati sisa-sisa masa tuanya juga tersimpan di sana.Â
Lemari itu berupa kotak-kotak bertingkat -- ada empat kotak -- berwarna abu-abu, dengan tiap-tiap kotak menyimpan kenangan yang betapa sulit ia lupakan, tetapi itulah yang membuat ia tetap bertahan, terus mencuci dan melempit pakaian, serapi-rapinya.
Kotak paling atas adalah kotak yang pertama kali ia buka. Ia menarik tutup kotak itu perlahan-lahan, mengeluarkan setumpuk pakaian di dalamnya, lantas mengambil setrika dan melempitnya.
Pakaian itu bukanlah pakaian kotor atau pakaian yang berantakan, tetapi dari sananya, entah sejak kapan -- ia bahkan lupa kapan pertama kali melempitnya -- sudah tertata rapi sekaligus berbau wangi.
Ada satu kaus putih dengan bercak-bercak berwarna merah terciprat di sana-sini. Tidak tahu mengapa, hanya bercak itu yang tidak bisa dibersihkan sepanjang ia mencuci. Ia sudah menggunakan berbagai detergen dari merek-merek terbaik, tetap saja, bercak merah itu masih ada.
Bercak yang selalu mengingatkannya akan anak pertamanya, yang terjatuh dari dalam mobil karena kecelakaan, terlempar jauh ke tengah jalan, tertabrak truk hingga terlindas setengah badan. Darah itu merembes pada kaus putih. Perempuan itu selalu tidak bisa menahan air matanya jatuh. Anaknya tewas di tempat.
Ia sama sekali tidak mengira, anak lelaki yang merupakan kebanggaan dan harapannya sebagai pengganti seorang bapak untuk adik-adiknya, mengalami kejadian setragis itu. Ketika ia melempit kembali kaus putih kemerah-merahan itu, ia merasa dirinya sangat dekat dengan arwah anaknya.
"Kamu kenapa cepat pergi, Nak?" bisiknya dalam hati. Siang itu, kembali lagi, tetesan air jatuh membasahi kaus. Belum selesai ia merenungi kesedihan, terdengar suara seorang pelanggan.
"Bu, saya mau ambil."
Lekas-lekas perempuan itu menyeka air mata. Ia mengambil sebuah bungkusan plastik di atas lemari lain. Ia mengambil kacamata, mengenakannya, lantas memastikan benar nama yang tertera pada nota yang menempel di bungkusan itu.
"Ini, ya, Nak," katanya pada seorang anak gadis seraya menyerahkan bungkusan.