Saya termasuk setia dalam membaca. Maksud saya, menikmati bacaan sampai selesai. Jarang saya berhenti di tengah, jika bukan karena ada keperluan mendesak. Sesudah membuka sebuah artikel, saya pasti akan gulir terus ke bawah, hingga saya mendapat sesuatu dari bacaan.
Di Kompasiana, saya balas itu dengan nilai. Kalau benar-benar bagus, saya beri apresiasi lewat komentar sebagai pertanda ucapan terima kasih. Kendati saya lebih fokus ke cerpen dan artikel tentangnya, bukan berarti saya tidak membaca artikel lain.
Tidak ada tanda nilai dari saya pun, bukan berarti pula saya tidak membacanya. Ketika artikel itu berbobot, saya tidak segan memberi dukungan dan mendoakan agar menyabet sematan Artikel Utama.
Ya, di Kompasiana, tolok ukurnya ada dua, sebuah artikel dinyatakan layak baca bahkan bermutu tinggi sehingga nongol dan terpampang besar di beranda. Artikel Pilihan atau Artikel Utama.Â
Tentu, imbasnya akan semakin banyak pembaca artikel itu. Sedikit jauh, bisa menambah potensi K-Rewards. Paling jauh, membuat nama penulis jadi terkenal.
Sebagai pembaca, saya secara tidak langsung menilai artikel itu berbobot atau tidak. Karena terbiasa membaca dan barangkali ada intuisi, sekali waktu tebakan saya benar.
Adakala setelah membaca, saya menduga suatu artikel bisa AU dan beberapa waktu setelahnya benar-benar AU. Saya pribadi menilai sebuah artikel bermutu atau tidak berdasarkan empat kriteria, di luar artikel itu asli atau plagiat. Saya sulit menentukannya (sebetulnya bisa) karena repot harus memakai aplikasi.
Barangkali kriteria berikut dapat membantu Anda jika sedikit bingung tentang bagaimana cara menyajikan artikel berbobot di Kompasiana.
Tulis sesuai keahlian
Di Kompasiana, banyak Kompasianer dengan berbagai latar belakang. Mengerucut ke keilmuan yang pernah ditimba, juga banyak sekali. Sebagian menerakan keahliannya di profil.
Menulis sesuai keahlian tentu gampang terbaca dari tulisannya. Penguasaan materi lebih kuat. Dia tahu apa yang sedang ditulis, bagaimana cara membahasnya, dan rasa percaya diri tecermin dari setiap pilihan katanya.
Kanal di Kompasiana banyak. Pilihlah sesuai keahlian dan menulislah di sana. Tentu, disajikan secara artikel populer, lebih luwes daripada jurnal ilmiah. Kemungkinan besar ternilai berbobot.
Sertakan contoh atau pengalaman
Bagian ini selalu saya lakukan. Setiap membahas teori -- kalau saya, pemahaman -- lengkapi dengan contoh yang mudah dimengerti dan ilustrasi yang mendukung.Â
Bila tulisan humaniora atau gaya hidup yang membahas seputar manusia, buat saja karangan fiksi sekilas dengan tokoh bernama samaran, lantas gambarkan masalah secara jelas dalam perilaku-perilakunya.
Ini sudah terbukti menolong pembaca memahami teori. Selain contoh, pengalaman pribadi dari penulis juga ternilai sebagai artikel berbobot, karena langsung dari sumber utama. Apalagi disertai dokumentasi milik pribadi. Lebih mantap!
Beri analisis
Ada artikel yang berupa deskripsi tentang suatu hal atau pengumpulan bukti-bukti pengalaman dari berbagai sumber. Itu dituliskan dengan pilihan kata yang cermat dan mampu menerangkan selengkapnya.
Ini adalah baik. Lebih baik lagi, jika atas penggambaran dan penyajian bukti itu, disertakan analisis penulis. Dimulai dengan pertanyaan dugaan dan bisa dijawab dengan logika masuk akal dari penulis.
Beri analisis atasnya. Ringan, sedang, atau mendalam, terserah, sesuai daya analisis masing-masing. Artikel terasa lebih berbobot.
Lengkapi dengan literatur pendukung
Bagian terakhir barangkali kebiasaan para akademisi -- tidak menutup kemungkinan yang lain -- yang gemar dan biasa menganalisis dengan menyertakan teori dari seseorang yang sudah tertulis dalam bukunya.
Pada bagian akhir artikel, literatur pendukung yang digunakan adalah sangat bagus jika dituliskan. Hal ini guna menghormati penemu teori tersebut dan juga mengartikan keterbatasan penulis, yang memang butuh bantuan orang lain melalui teorinya untuk menganalisis.
Dari keempat itu, bisa satu unsur saja. Bisa pula dua. Tidak menutup kemungkinan tiga. Keempat-empatnya lebih bagus. Tetapi, penilaian berbobot atau tidak, tentu kembali ke pihak Admin.
Dialah yang berhak dan itu memang prerogatifnya, tidak bisa diganggu gugat. Barangkali ada sebagian yang berpendapat menulis ya menulis saja, tidak perlu ada target. Itu terserah dan tentu sangat boleh.
Barangkali pula, ada yang ingin semakin hari kualitas tulisannya semakin bagus karena berbobot. Sekiranya empat kriteria itu bisa menjadi pertimbangan.Â
Saya sudah alami dan terus saya jadikan standar dalam penulisan artikel saya di Kompasiana.
...
Jakarta
3 Oktober 2021
Sang Babu Rakyat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI