Tetapi, bisakah pengarang dan pembaca menjadi suka pada saat bersamaan?
Tidak menutup kemungkinan, ini bisa terjadi. Pengarang puas dengan cerpennya lewat imajinasi yang tidak terbatasi, sebagian pembaca bereaksi positif dengan memberi nilai dan komentar.
Ya, sebagian. Tidak bisa seluruhnya. Kembali ke pendapat awal, setiap pembaca punya selera masing-masing. Suka-suka mereka, ingin memilih cerpen mana untuk dibaca. Janganlah pengarang terlalu memikirkan.
Ada baiknya...
Pengarang lebih fokus mengembangkan kemampuan mengarang dengan belajar. Lebih leluasa tanpa sekat, bayangan, dan beban dalam meluaskan imajinasi.
Lebih sering mengarang tanpa melihat ada apresiasi atau tidak. Saya selalu yakin, semakin bagus kualitas cerpen, pembaca perlahan datang dan memberi apresiasi.
Jadi...
Mengarang cerpen itu untuk siapa sebetulnya? Untuk kepuasan pengarangkah atau kepentingan pembaca? Tiap-tiap pengarang yang bisa menjawab.
Jika bisa terjadi sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, puji syukur. Jika tidak, pengarang jangan sampai kecewa. Yang penting, pengarang mendapat kepuasan karena telah berhasil menyelesaikan cerpen.Â
Sulit lho menyelesaikan sebuah cerpen! Seiring berjalan waktu, seiring seringnya mengarang dan banyak membaca sehingga membuat kualitas cerpen semakin baik, pembaca akan datang sendiri. Tidak perlu terlalu dipikirkan.
...