Sependektahuan saya, sekiranya tidak ada aturan baku yang mengharuskan ini dan itu kepada cerpenis dalam menentukan judul cerpen. Yang ada, hanya bagi-bagi tip dari pengalaman menulis cerpen oleh para cerpenis terdahulu.
Namanya juga tulisan fiksi, ada kebebasan luas diberikan bagi cerpenis. Itu hak prerogatif. Saya tergerak untuk sedikit membahas beberapa judul cerpen yang pernah dianggit baik oleh pengarang besar maupun saya.
Jujur, saya sering kali "tertipu" oleh ulah sebagian pengarang besar dalam pengagihan judul cerpen mereka. Saya ambil contoh tiga buah: "Menjelang Lebaran" karya Umar Kayam, "Paduan Suara" karya Jujur Prananto, dan "Namanya Massa" karya Ratna Indraswari Ibrahim.
Catatan: saya tidak akan menceritakan satu demi satu isi cerpen, karena akan panjang sekali tulisan ini.
Saya ajak Anda untuk menilai. Apakah menarik ketiga judul itu? Seberapa inginkah Anda melanjutkan untuk membaca isi cerpennya? Seberapa besar pula keinginan Anda untuk sekadar tahu dan cepat-cepat menutup buku?
Bolehkah saya simpulkan, judul-judul itu biasa saja? Tidak punya daya pikat. Jika saya tidak tahu siapa pengarangnya, saya langsung lewat saja. Gairah saya membaca tidak terpancing.
Namun, setelah saya baca, isinya berkebalikan dengan judul. Seratus delapan puluh derajat. Saya bisa menghabiskan cerita itu dan membacanya berulang.Â
Saya kira, para pengarangnya tidak terlalu memusingkan diri menciptakan judul yang menarik. Mereka sudah terkenal, sudah pula banyak penggemar. Setiap goresan pena telah teruji apik. Mau biasa saja pun judulnya, pasti ada yang baca.
Sebagian pengarang besar tetap memilih menyajikan judul yang lebih menarik.
Di lain pihak, saya sudah membaca cerpen "Ziarah Arwah-arwah Bayi" karya Indra Tranggono, "Laki-laki yang Menusuk Bola Matanya" karya Yanusa Nugroho, "Wanita yang Ditelan Malam" karya Bre Redana, dan "Kang Sarpin Minta Dikebiri" karya Ahmad Tohari.
Mari kita bandingkan keempat judul itu dengan ketiga judul sebelumnya! Lebih memikat mana? Lebih aneh mana? Mana yang lebih memancing Anda untuk membaca isinya?
Keingintahuan kita kemungkinan besar lebih tergugah dengan bagaimana cara menziarahi arwah bayi, mengapa lelaki itu sampai menusuk bola mata sendiri, bisakah malam menghilangkan seorang wanita, dan kali-kali saja Kang Sarpin berbeda dengan pria kebanyakan (yang sangat menjaga kemaluan).
Lantas, apa poinnya?
Seperti sebagian tulisan lain, judul adalah salah satu poin utama yang menentukan ketertarikan pembaca. Ada beberapa pertimbangan yang dapat saya bagikan untuk membantu Anda jika bingung menentukan judul cerpen.
Sadari seberapa terkenal Anda
Seperti saya ulas di atas, jika kita bukan pengarang terkenal, yang sudah punya nama, banyak penggemar, bahkan ada media massa yang setia menjadikan kita sebagai kontributor utama, lebih baik jangan biasa-biasa mengagihkan judul.
Apalagi penulis pemula. Orang-orang belum tahu sejauh mana kualitas cerita kita. Jika judulnya tidak menarik dan kita bukan siapa-siapa -- meskipun isi cerita apik, kecil kemungkinan cerita akan dibaca lebih lanjut.
Tentukan di akhir
Sebaiknya kita tidak menghabiskan waktu untuk menentukan judul di awal. Lebih baik waktu digunakan untuk menggarap isi cerita sebaik-baiknya. Pikirkan penokohan, alur, konflik, mungkin plot twist, sampai penutup yang memikat.
Nanti, seiring penyelesaian cerita, kita akan temukan bagian-bagian mana yang sekiranya paling menarik untuk dijadikan judul. Waktu lebih efektif digunakan.
Jujur dengan judul
Click bait tidak hanya berlaku untuk tulisan opini. Dalam cerpen, ada etika pula seperti itu. Kita tidak boleh membohongi pembaca dengan menampilkan judul yang tidak sesuai isi cerita.
Judul terlalu fantastis, tetapi ceritanya biasa saja, bahkan ngalor-ngidul. Ini akan berkelanjutan membentuk reputasi kita. Orang akan mengenal, seperti apa kita dalam mengarang. Jika pembaca kecewa, kecil kemungkinan cerita berikutnya akan dibaca.
Boleh disajikan seaneh mungkin
Terakhir, seperti keempat judul di atas, silakan sebisa mungkin, kreasikan keanehan judul yang memikat. Menendang dan menggairahkan nafsu membaca.Â
Paling aneh pun tidak apa. Di luar nalar dan belum pernah terjadi. Catatannya, kualitas cerita harus mengikuti. Saya pernah buat sebuah cerpen fiksi seram yang judulnya seperti berikut. Silakan Anda baca.
Akhirnya, keputusan pemilihan judul ada di tangan Anda. Pikirkan baik, jangan sampai kualitas cerita yang apik tidak jadi dibaca gegara judul kurang menarik.
Puaskan pula nafsu Anda untuk mengarang judul seaneh mungkin. Ingat! Orang akan membaca isi cerita setelah mengetahui seberapa menarik judulnya. Jika kita bukan pengarang terkenal, mungkin membuat judul yang memikat menjadi opsi utama.
...
Jakarta
9 September 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H