Saya sendiri heran, buat apa komentar perihal suka atau tidak suka diperdebatkan? Bukankah itu komentar subjektif, masalah rasa pada tiap-tiap pribadi? Apakah kita harus memaksakan orang lain suka seperti yang kita suka?Â
Secara diam-diam, saya mengamati pelaksanaan sekolah berkomentar itu. Karena saya satu-satunya wisatawan dari luar kota, saya diberi kehormatan untuk menyaksikan bagaimana sekolah berkomentar itu berjalan.
"Kamu tahu apa arti keadilan?" tanya seorang guru pada salah seorang muridnya dalam ruangan sekolah itu. Kamera yang saya bawa akhirnya lebih banyak saya gunakan untuk merekam peristiwa itu daripada berisi foto-foto pemandangan alam. Kali-kali saja, ini bisa jadi berita besar. Saya tahu, baru di kota ini, orang yang berkomentar harus sekolah dulu.
"Tahu," jawab murid itu yang adalah seorang lelaki paruh baya. Oh iya, karena semua orang bebas berkomentar, maka semua orang pun harus sekolah dulu. Begitu aturannya.
"Ada seorang ibu punya uang 500. Ia memiliki lima orang anak. Yang tertua sudah kuliah, sementara termuda baru lahir. Menurut kamu, bagaimana cara membaginya supaya adil?"
Lelaki paruh baya itu tersenyum. "Itu pertanyaan gampang, Pak. Sudah tentu dibagi lima. Masing-masing mendapat 100. Kan kalau sama banyak, tidak ada yang keberatan. Adil, bukan?"
Sang guru membalas dengan senyum. "Kamu memang perlu belajar lagi tentang keadilan."
"Lah, memang jawaban saya salah, Pak?"
"Buat apa si bayi dapat uang 100 sementara ia belum bisa apa-apa? Apakah cukup 100 itu untuk memenuhi kebutuhan anak tertua yang tentu lebih banyak? Kamu kalau mau mengomentari soal keadilan, harus belajar dulu. Tidak selamanya sama rata itu selalu adil."
Lelaki itu terdiam. Ia mengingat kembali, komentar-komentar yang telah dilontarkannya dengan pemahaman tidak tepat itu. Sayang, sudah dibaca banyak orang dan memengaruhi mereka.
Itu baru satu pelajaran yang saya rekam. Masih banyak lagi pertanyaan seputar esensi komentar-komentar yang begitu mudah pernah disebarkan para penduduk, tetapi sekilas mudah pula dipatahkan karena pengertian yang salah.