Kata "marah-marah" dapat diganti dengan "sulit mengendalikan emosi". Silakan Anda berpetualang mencari kata yang lebih dekat maknanya, kendati sudah berubah wujud.
Ingatlah, bahasa adalah soal rasa. Kita tidak bisa menebak bagaimana tingkat kebaperan pembaca. Ada yang menganggap masa bodoh. Ada pula yang gampang tersinggung. Sebaiknya, minimkan masalah saja.
Pastikan niat menulis baik
Terakhir tetapi paling utama dan mendasar (karena harus dipastikan di awal), coba cek niat menulis kita. Apakah kita memang ingin menjatuhkan? Apakah ada dendam yang hendak dicurahkan?
Apakah kita berniat menyerang satu sosok? Nanti, ketika niat buruk, eksekusinya kemungkinan besar juga buruk. Kita lebih menyalah-nyalahkan orang. Kita lebih menguliti masalah dan mempermalukan.
Tanpa kita sadari, lupa memberi solusi. Kita jadi buta atas segala kebaikannya. Tidak ada pertimbangan lagi untuk mengolah rasa dalam tulisan sebaik-baiknya.
Akhir kata...
Kelima kiat itu saya terapkan pribadi. Menulis bagi saya adalah soal bahagia. Jangan sampai stres setelah menulis. Masih banyak perkara di kehidupan nyata yang lebih rumit untuk diselesaikan.
Semoga kita semua aman dari segala masalah dan tuntutan. Semakin hari, terciptalah tulisan yang cenderung menginspirasi dan memberi banyak manfaat.
...
Jakarta