Media sosial sudah menjadi makanan sehari-hari sebagian orang. Apalagi saat sekarang, di mana semua sedikit-sedikit digital dan terjadi pula pembatasan interaksi sementara oleh sebab Corona.
Media sosial semakin giat digunakan. Banyak fungsinya: berkomunikasi, mengabadikan momen, menunjukkan eksistensi diri, sampai berbisnis. Bagian terakhir betapa menolong dan mempercepat pemulihan ekonomi sebagian orang selama Covid-19.
Saya pikir, generasi milenial (lahir tahun 1981-1994), Z (1995-2010), dan Alpha (2010 ke sini) lebih familier bermedia sosial. Kendati tidak menutup kemungkinan, ada generasi sebelum milenial lebih canggih menggunakan.
Beragam unggahan
Banyak konten bebas kita unggah di media sosial. Curhatan cinta sampai omelan pribadi yang tidak penting. Kegiatan sehari-hari selama di rumah atau kantor.
Humor atau video lawak yang diunggah ulang. Testimoni atau pendapat atas suatu kejadian. Jualan produk untuk menambah penghasilan. Unggahan bersifat ajakan kebaikan untuk membantu orang. Berita seputar Covid-19 (entah asli atau hoaks). Ada lagi lainnya, yang tiap-tiap Anda dapat menyebutkan.Â
Kebebasan mengunggah tentu disertai dengan tanggung jawab. Semisal, berita hoaks disebarkan. Akun pengunggah berpotensi diserang warganet dan dituntut pihak berwenang sebagai pembuat huru-hara.Â
Penilaian karakter pribadi sedikit banyak terlihat dari apa yang diunggah di akunnya.
Setidaknya, ada dua media sosial yang menggunakan dua menu ini: Facebook dan Instagram. Baik story maupun feed, keduanya adalah sarana mengunggah.
Ada yang suka mengunggah di story saja. Ada yang lebih suka memakai feed. Ada pula keduanya, agar lebih mantap. Semua orang diharapkan menonton unggahannya.