Harapannya, setiap teguran dilaksanakan empat mata. Jika ada kesalahan, diutarakan berdua, hanya bos dan bawahan, dalam ruangan tertutup tanpa ada seorang pun tahu.
Itu keinginan sebagian besar bawahan. Tetapi, tidak semua bos seperti itu. Ada yang mempermalukan bawahan dengan memarahinya di depan umum. Semisal, waktu rapat bersama.
Waktu bos presentasi, bawahan tidak mengikuti instruksi dengan benar. Bawahan malah main ponsel dan tidak mendengar perintah. Bisa pula tampilan presentasi yang dibuat tidak menyenangkan bos.
Seketika, bos marah. Bos melantangkan suara sekaligus jika tidak terkendali, mengeluarkan perkataan tidak sopan. Menggebrak meja pun mungkin. Bos merasa saatnya tampil terganggu karena ulah bawahan.
Perasaan sesaat
Jika Anda adalah bawahannya, bagaimana perasaan Anda?Â
Panik nggak, panik nggak? Paniklah, masak enggak! Hahaha...
Kalau Anda bilang biasa-biasa saja (tidak sedih atau jengkel bahkan ingin marah), Anda tidak seperti sebagian besar rekan kerja yang pernah saya lihat. Saya juga ragu Anda manusia. Perasaannya kurang sensitif. Wkakakak...
Secara spontan, sebagian besar kita pasti sebal. Malu tentu, sebab pengungkapan kesalahan dan kebodohan disaksikan oleh banyak rekan kerja. Saat itu, reputasi tercoreng.
Tidak mampu bekerja dengan benar. Mengecewakan tim kerja. Menambah ingatan buruk oleh bos dan rekan seputar ketidakbisaan kita.Â
Dunia serasa suram setelahnya. Kita merasa gagal tampil prima. Apalagi ingat peribahasa: karena nila setitik rusak susu sebelanga. Wah! Itu rasanya ingin tidak masuk kantor saja keesokan hari.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!