Benar apa benar? Hehehe...
Reaksi selanjutnya
Pada kenyataan, kita memang tidak punya kendali dan bisa mengatur kapan bos seharusnya marah. Bagaimana pelaksanaan marah itu sebaiknya sehingga tidak mempermalukan.
Bos sesuka hati tentu. Namanya juga bos. Kita adalah bawahan yang bekerja padanya. Saat itu, setelah dimarahi, saatnya kita berefleksi. Memperbaiki hal-hal yang dinilai salah.
Kita tenangkan dulu emosi. Sehari itu jengkel, silakan. Keesokan hari, kurangi intensitas jengkelnya, karena kita bertemu dengan bos yang sama. Rugi di kita sendiri jika terlalu memendam.
Hubungan yang tidak baik sedikit banyak memengaruhi penyelesaian pekerjaan. Kita semakin enggan bekerja maksimal untuk orang yang telah mempermalukan dan melukai hati kita.
Seyogianya, kita koreksi diri akan kelemahan. Kita kembangkan kemampuan, semisal belajar cara menyusun presentasi yang baik, memahami pengolahan data lewat excel secara tepat, dan mencari selera dan kebiasaan yang bos suka. Sehingga ke depan, kemarahan serupa tidak terjadi.
Hubungan kembali terjalin baik. Semoga pula, perbaikan dan penyempurnaan pekerjaan yang bawahan lakukan hari demi hari berikut dapat menghapus ingatan buruk akan kemarahan itu.
Tidak enak lho, diungkit-ungkit saat-saat kita dipermalukan. Hahaha...
Mari kita bekerja lebih profesional dan mengembangkan terus kemampuan kerja. Tidak semata-mata demi menyenangkan bos, tetapi untuk minimalisir terjadinya kemarahan yang tidak diinginkan.
Jadi, pernahkah Anda dimarahi bos di depan umum? Meskipun pernah, semoga hanya sekali dua kali ya. Hehehe...