Saya tanya Mama, di mana Beliau beroleh berita itu. Siapa yang mengirimkannya? Apakah sekadar kirim atau dengan memberikan keterangan? Semisal, berita ini dituliskan oleh pakar dan darurat disebarkan.
Jika sumbernya bukan orang yang berkompeten, alangkah baik kita tanamkan ragu akan kebenaran berita. Jika bukan dari tangan pertama atau kedua, boleh pula menjadi pertimbangan untuk sekadar membacanya.Â
Cermati biodata penulis
Pastikan membaca berita sampai habis. Tidak ada yang terlewat, agar kita mampu menemukan siapa penulisnya. Biasanya terletak di akhir artikel. Tidak menutup kemungkinan di awal atau di tengah.
Seperti kita mengecek pengirim, patut pula kita cek penulisnya. Jika tidak ada biodata, tinggal tidur saja itu berita. Abaikan dan hentikan penyebarannya.
Jika ada keterangan, jangan langsung menyebarkan. Perlu kita pastikan sekali lagi, dalam kapasitas apa ia menuliskan. Sebagai wakil pemerintahkah, pengalaman pribadikah, penemu kiat-kiat penyembuhankah, dan seterusnya.
Tidak langsung benar pula isi berita jika terklarifikasi betul penulisnya. Tahan dulu sebelum menyebarkan. Masih ada tahapan yang perlu dilakukan.
Analisis isi berita
Ini bagian terpenting. Mari kita gunakan sebaik-baiknya nalar sehat dan sepeka-pekanya perasaan hati untuk membaca berita. Tiap-tiap orang berbeda-beda memang.
Jika semakin memperburuk suasana, alangkah lebih baik tidak disebarkan. Semua orang sekarang sedang butuh berita positif, yang efektif membangkitkan semangat.
Bila beritanya tidak masuk logika, apalagi semisal kiat-kiat menyembuhkan penderita dari Covid-19 tidak berdasarkan penelitian ilmiah, sudahlah, cukup ditertawakan saja.