Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

4 Nilai Perjuangan Para Pahlawan yang Sangat Relevan Semasa Covid-19

28 Juni 2021   15:25 Diperbarui: 28 Juni 2021   15:49 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meneladani semangat juang pahlawan, sumber: istimewa

Saya bukan guru Sejarah. Tidak terlalu tertarik pula belajar Sejarah. Hanya seorang mantan murid sekolah yang pernah mengenyam pendidikan Sejarah.

Saya masih ingat, guru Sejarah SMP saya begitu hafal saat menjelaskan cerita-cerita perjuangan para pahlawan. Tanpa melihat buku, beliau dengan tepat mengulas. Saya pribadi menyimak sambil membaca buku pelajaran.

Selalu ada kisah heroik yang memukau. Selalu ada nilai-nilai perjuangan yang sangat berharga untuk diteladani. Ketika pelajaran berlangsung, para murid semakin mudah memahami, karena ada ilustrasi foto wajah pahlawan yang tersemat di dinding ruang kelas.

Sebagian pahlawan nasional, baik pria maupun wanita, dari seluruh penjuru daerah, terpampang jelas. Kita bisa melihat kapan masa perjuangannya, apa gelar pahlawannya, dan tentu kisah kepahlawanannya.

Tidak terkecuali pahlawan pada masa pergerakan nasional. Beliau-beliau membentuk organisasi yang menjadi cikal bakal semangat perjuangan meraih kemerdekaan.

Jika dipandang sekarang, beberapa nilai dari para pahlawan masih sangat relevan, dan bila tiap-tiap kita mengaplikasikannya, masalah bangsa terutama Covid-19 dapat teratasi.

Kesamaan visi

Organisasi semasa pergerakan nasional boleh dibentuk tentu karena ada kesamaan visi tiap-tiap anggotanya, baik tingkatan pimpinan maupun anggota biasa.

Ada kesamaan tujuan yang hendak dicapai, dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan tiap-tiap anggota. Ada yang pandai berorasi membakar semangat, ada yang pintar berpolitik, ada yang lihai menulis dan meracik berita untuk mengumpulkan massa, ada pula yang mengatur strategi di balik layar.

Semuanya guna mencapai tujuan perjuangan yang ditetapkan sejak awal organisasi didirikan. Kesamaan visi harus ada agar arah perjuangan jelas.

Semasa Covid-19, saya kira visi sebagian besar pemimpin, baik di keluarga, kantor, organisasi, maupun sampai negara, adalah untuk memberantasnya. 

Meminimalisir penderita dan mengurangi dampaknya di berbagai sisi kehidupan. Semua pemimpin ingin hidup semakin baik dan berhasil melewati serangan "penjajah" Covid-19.

Kita sebagai anggota harus punya kesamaan visi. Kita dukung visi pimpinan dengan mengejawantahkannya dalam perbuatan di tataran teknis. 

Contoh nyata: sebisa mungkin di rumah saja, mengenakan masker ganda, menjaga jarak, tidak membuat kerumunan, rajin mencuci tangan, dan penerapan berbagai protokol kesehatan lain.

Pantang menyerah

Gelar pahlawan disematkan kepada orang-orang yang pantang menyerah, berjuang demi kebaikan bangsa. Sampai titik darah penghabisan, beliau-beliau tetap percaya, tujuan perjuangan bukan hal mustahil untuk dicapai.

Covid-19? Apakah kita telah lelah berjuang menghadapinya? Apakah semangat mulai pudar karena seakan-akan tidak selesai, bahkan mungkin dianggap semakin parah?

Kita harus pantang menyerah. Masa sulit sewaktu Covid-19 pasti suatu waktu terlewati, jika kita terus bertahan dan tetap berjuang. Lakukan hal-hal terbaik yang telah diarahkan pimpinan. Kita tidak boleh kalah.

Simpati dan empati yang melimpah

Semangat perjuangan yang begitu membara yang tersemat di dada para pahlawan sangat terpantik karena melihat keadaan di sekitar yang menyedihkan. 

Ada penjajahan yang merugikan. Ada pembodohan dan ketidakadilan dialami masyarakat. Simpati dan empati beliau-beliau sangat peka, sehingga begitu ingin mengubahnya.

Kita seyogianya membuka mata dan hati terhadap lingkungan sekitar. Kita hidup bukan sendiri di dunia. Sudah berapa tenaga kesehatan yang mulai kecapaian bahkan mangkat sebagai pahlawan? 

Mereka berjuang menyembuhkan para penderita, yang seperti tidak ada habisnya. Pernahkah kita bayangkan, mereka kerap kerja lembur dan hanya punya sedikit waktu -- bahkan mungkin tidak ada -- untuk keluarga? Adakah perasaan kita tersentuh sebagai sesama manusia?

Pada sisi lain, seberapa sadarkah kita sekarang ini, sebagian masyarakat kebingungan dan memerlukan berita benar seputar Covid-19 dan vaksinnya? Jika kita paham betul, tentu tidak akan tersebar berita hoaks yang menyesatkan.

Semua bersatu padu, ingin segera masalah Covid-19 selesai. Bermodalkan simpati dan empati yang seyogianya meningkat karena rasa kemanusiaan, kita melakukan hal-hal yang membantu sekitar, bukan malah merugikan.

Kerelaan untuk mengorbankan kepentingan pribadi

Tidak perlu ditanyakan lagi, bagaimana para pahlawan mengorbankan dirinya untuk negara ini. Tenaga, pikiran, semangat, kehidupan pribadi, bahkan nyawanya, direlakan.

Kita pun dapat meneladaninya. Keinginan-keinginan pribadi untuk bertemu, berkumpul, dan berkerumun dengan orang-orang yang disayangi dapat ditunda sementara waktu.

Keluar rumah sebisa mungkin untuk pemenuhan kebutuhan primer saja, yang tidak dapat dilakukan melalui transaksi elektronik secara daring. Sekarang saatnya, masing-masing ikhlas mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan sesama.

Semua ingin Covid-19 cepat selesai, bukan? Mari, bersikaplah seperti pahlawan dan terapkan nilai-nilainya. Jika semua serempak, saya begitu yakin, kita akan bertahan dan menang melawan Covid-19.

...

Jakarta

28 Juni 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun