Seorang wanita bersiap-siap sedari malam. Ia memasukkan beberapa helai pakaian ke dalam tas. Laptop dan alat tulis tidak lupa disertakan. Besok adalah saat yang begitu dinantinya.
Ia tidak ke kantor. Ia telah mendapat penugasan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) di daerah Puncak. Suatu tempat yang lebih menyegarkan daripada lingkungan perusahaannya yang terjepit di keramaian ibu kota.
Berapa lama Anda telah bekerja di perusahaan atau instansi atau lembaga Anda? Berapa banyak kesuksesan pekerjaan yang berasal dari kontribusi Anda? Berapa sering Anda merasakan kejenuhan dalam bekerja?
Perusahaan tempat bekerja pada umumnya menginginkan semangat pekerja tidak turun, guna mencapai target perusahaan. Berbagai fasilitas disediakan. Semisal, lingkungan kerja yang nyaman. Ada taman kantor di sekitar.
Sila baca: Seberapa Besar Taman Kantor Mengurangi Stres Kerja Anda?
Kerja sama tim yang saling membantu. Sesekali, bonus untuk pegawai berprestasi. Tidak terkecuali, kesempatan pendidikan dan pelatihan.
Ada pekerja yang diizinkan melanjutkan pendidikan dan menimba ilmu melalui tugas belajar di salah satu universitas. Ada pula yang secara serempak ditugaskan mengikuti pelatihan pada suatu tempat.
Momen ini begitu dinantikan dan disukai sebagian pegawai.
Penyegaran dari pekerjaan
Setiap pekerja yang ditugaskan diklat akan pergi ke suatu tempat yang ditunjuk dalam beberapa hari dengan anjuran menginap di sana. Ini agar mobilitas dari rumah ke lokasi tidak mengganggu jalannya diklat.
Meskipun pada pelaksanaan, ada yang tetap pergi pulang dari rumah. Kebanyakan lokasi diklat tidak seperti suasana kantor. Lebih sejuk, banyak taman, dan terletak di daerah asri dan lingkungannya masih alami.
Berjibun pepohonan seperti di pegunungan. Ada sungai mengalir di sekitar. Hawa dingin ketika pagi sangat menyegarkan. Situasinya memang dikondisikan nyaman untuk belajar.
Pekerja diizinkan "seperti" berlibur sejenak. Menyingkirkan diri dari rutinitas pekerjaan. Menghindari kemacetan kendaraan di jalan. Udara lebih bersih dan fasilitasnya kerap bagaikan hotel.
Di sana, kita berjumpa dengan beragam orang dari berbagai divisi atau instansi. Semisal, divisi akuntansi bertemu divisi pemasaran. Berbagai pemikiran muncul. Otak jadi segar mendapat masukan ide dari sudut pandang berbeda.
Penambahan kompetensi
Selama diklat, perusahaan atau instansi menghadirkan pengajar yang berkompeten berupa tenaga pendidik dari akademisi atau praktisi yang telah berpengalaman.
Semua bahan ajar jika diterima baik tentu menambah kompetensi pegawai. Sebelum dan setelah diklat, ada perubahan terjadi. Pegawai menjadi lebih pintar, banyak ide, dan mudah memberi masukan untuk perusahaan, sesuai yang telah dipelajari.
Sarana memperbanyak teman
Dalam pertemanan dengan orang antardivisi, kita dilatih berorganisasi. Apalagi diklat terkait manajemen sumber daya manusia. Biasanya, ada permainan yang diciptakan pengajar pada sela mengajar.Â
Kekompakan tim dinilai. Saling mengenal satu sama lain. Ada hubungan kedekatan terjalin. Tidak jarang berlanjut setelah diklat. Bahkan ada yang mengadakan reuni karena diklat. Kita memiliki lebih banyak teman. Tidak sekadar rekan kerja yang setiap hari ditengok dalam ruangan kantor.
Pemicu pencapaian prestasi kerja
Ketika diklat (pendidikan) menghasilkan gelar akademik -- semisal kenaikan dari diploma menjadi sarjana, sarjana menjadi magister, magister menjadi doktor -- pekerja akan tertolong untuk mencapai prestasi kerja.
Kemungkinan menempati jabatan lebih tinggi terbuka lebar. Syarat-syarat dari sisi akademik terpenuhi. Tidak dimungkiri, semakin tinggi jabatan, kemampuan memimpin pekerja dan berfilosofi dalam membentuk gagasan (tidak sebatas teknis) dituntut lebih banyak. Inilah yang biasa dipelajari dalam strata pendidikan yang lebih tinggi.
Suvenir diklat
Bagian ini paling saya suka. Setiap usai diklat, instansi akan membagikan suvenir berupa tas diklat beserta isi-isinya, seperti bolpoin, kaus olahraga, topi, dan sebagainya.
Biasanya dalam setiap peralatan itu, tercantum label perusahaan, baik nama maupun lokasi. Saya punya banyak di lemari. Dari tahun-tahun lalu pun ada. Lumayan, jadi tidak perlu beli pakaian. Hahaha...
Suvenir ini telah menjadi bagian dari keseluruhan biaya diklat selain akomodasi, transportasi, honor pengajar, uang saku pekerja, dan lainnya, serta dicatat sebagai pengeluaran perusahaan. Dalam anggaran pengembangan kompetensi pekerja.
Akhir kata...
Kendati dalam mengikuti diklat mengharuskan belajar dan berpikir ekstra (terkadang kaum senior enggan), atas pertimbangan keempat manfaat di atas, sebagian kita secepat kilat menerima tawaran dari perusahaan.
Bila boleh, mengajukan ke atasan tanpa diminta. Diklat begitu banyak manfaatnya, begitu perlu bagi pekerja. Pekerja yang selamanya dan terus bekerja tanpa diklat, kemungkinan besar akan mudah dilanda kebosanan.
Para pimpinan perusahaan atau instansi tentu tidak menghendaki ini. Pemilihan pekerja dan jadwal rutin diklatnya boleh diatur, agar ritme dan semangat kerja tidak menurun.
Anda, para pekerja, tahun ini sudah diklat, belum? Kemungkinan besar virtual ya, hehehe...
...
Jakarta
20 Juni 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H