Pemicu pencapaian prestasi kerja
Ketika diklat (pendidikan) menghasilkan gelar akademik -- semisal kenaikan dari diploma menjadi sarjana, sarjana menjadi magister, magister menjadi doktor -- pekerja akan tertolong untuk mencapai prestasi kerja.
Kemungkinan menempati jabatan lebih tinggi terbuka lebar. Syarat-syarat dari sisi akademik terpenuhi. Tidak dimungkiri, semakin tinggi jabatan, kemampuan memimpin pekerja dan berfilosofi dalam membentuk gagasan (tidak sebatas teknis) dituntut lebih banyak. Inilah yang biasa dipelajari dalam strata pendidikan yang lebih tinggi.
Suvenir diklat
Bagian ini paling saya suka. Setiap usai diklat, instansi akan membagikan suvenir berupa tas diklat beserta isi-isinya, seperti bolpoin, kaus olahraga, topi, dan sebagainya.
Biasanya dalam setiap peralatan itu, tercantum label perusahaan, baik nama maupun lokasi. Saya punya banyak di lemari. Dari tahun-tahun lalu pun ada. Lumayan, jadi tidak perlu beli pakaian. Hahaha...
Suvenir ini telah menjadi bagian dari keseluruhan biaya diklat selain akomodasi, transportasi, honor pengajar, uang saku pekerja, dan lainnya, serta dicatat sebagai pengeluaran perusahaan. Dalam anggaran pengembangan kompetensi pekerja.
Akhir kata...
Kendati dalam mengikuti diklat mengharuskan belajar dan berpikir ekstra (terkadang kaum senior enggan), atas pertimbangan keempat manfaat di atas, sebagian kita secepat kilat menerima tawaran dari perusahaan.
Bila boleh, mengajukan ke atasan tanpa diminta. Diklat begitu banyak manfaatnya, begitu perlu bagi pekerja. Pekerja yang selamanya dan terus bekerja tanpa diklat, kemungkinan besar akan mudah dilanda kebosanan.
Para pimpinan perusahaan atau instansi tentu tidak menghendaki ini. Pemilihan pekerja dan jadwal rutin diklatnya boleh diatur, agar ritme dan semangat kerja tidak menurun.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!