Seorang siswa terduduk lesu. Ujian hari itu sangat gagal. Ia tidak menyangka, soal Bahasa Indonesia begitu rumit. Ia sadar, terlalu menganggap enteng sehingga belajar sekenanya.
Keluar dari ruang kelas, ia terus menundukkan kepala. Ia kesal terhadap dirinya. Ingin sekali ia mengulang hari kemarin dan belajar lebih keras. Bagaimana nanti reaksi orangtuanya saat mendapati nilainya buruk?
Anda pasti tahu apa itu tanda titik. Selama belajar (minimal sekolah dasar), waktu mengikuti Bahasa Indonesia -- terutama penyusunan kalimat --, kita diajari meletakkan titik di akhir kalimat.
Itu pertanda satu kalimat telah selesai dan kita berlanjut pada kalimat berikutnya. Berbeda dengan koma, yang mengartikan kalimat itu belum selesai dan masih ada terusannya.
Dalam kehidupan, bisa kita analogikan tanda titik sebagai saat mengakhiri sesuatu dan berpindah ke fase kehidupan berikutnya. Kita telah melewatinya, belajar darinya, lalu memutuskan untuk lanjut.
Tanda titik sangat diperlukan agar kehidupan kita dapat berlangsung lancar dan baik. Tidak terkendala berbagai masalah yang bisa mengurangi motivasi dan merusak diri. Berikut momen-momen tepatnya:
Memaafkan kesalahan orang
Ketika kita mantap memutuskan untuk memaafkan kesalahan orang pada kita, tanda titik wajib disematkan. Saat itu, sebaiknya diikuti dengan kemauan penuh melupakan kesalahannya.
Mengungkit kesalahannya dalam pikiran hanya menyakitkan hati. Menceritakan kesalahannya pada orang hanya merusak citra diri. Selain itu, kita jadi susah menjalin hubungan baik kembali dengannya.
Kesusahan sehari