Beberapa lelaki keluar dari rumah rekan kerja. Mereka habis menilik seorang teman yang sedang istirahat, karena baru melahirkan. Sebagiannya masih muda. Satu pemuda mengambil kaus kaki dari dalam sepatunya.
Pemuda lain sedikit tersenyum. Ada yang tertawa terbahak-bahak. "Kaus kakimu bolong, Bro?" goda pemuda lain itu. Pemuda itu hanya tertawa. Ia lekas memakai kaus kaki bolong itu.
Halo, para lelaki! Apakah Anda punya kaus kaki bolong? Apakah Anda suka memakainya? Apakah Anda malah mengoleksinya? Wakakaka.... Saya juga punya. Apa warnanya? Hitamkah? Cokelatkah? Belang-belangkah?
Kaus kaki, dari segala tingkatan harga, ada. Di pedagang kaki lima, sepuluh ribu rupiah dapat tiga buah. Puluhan atau ratusan ribu gampang ditemukan di mal. Tergantung isi dompet kita.
Kalau bolong, ada yang di bagian jempol seperti pada gambar muka tulisan. Ada yang di jari-jari kecil lainnya. Mungkin pula di tempat telapak kaki. Intinya, kulit kaki terlihat saat kita mengenakan kaus kaki tersebut.
Sejarah Kaus Kaki
Kaus kaki tidak serta merta ada. Ada sejarahnya ternyata. Diketahui dari pabrikkaoskaki.com:
Kaus kaki sudah dikenal oleh orang Yunani sejak abad ke 8 sebelum masehi (SM). Orang Yunani kuno mulai menggunakan kaus kaki dengan bahan dari berbagai bulu binatang. Sedangkan bangsa Roma mulai memakai kulit binatang dan kain katun sebagai bahan untuk membuat kaus kaki yang cukup sederhana dengan sistem rajut menggunakan tangan.
Dalam Bahasa Inggris, kaus kaki dikenal dengan kata “Sock”. Bangsa Inggris Tengah menyebutnya dengan istilah “Socke”. Orang Yunani dan Roma menyebut kaus kaki dengan sebutan “Soccus”. "Soccus" sendiri berasal dari Bahasa Latin atau Yunani Kuno yang memiliki arti Sepatu Fragia.
Perkembangan sejarah kaus kaki modern dimulai pada pertengahan tahun 1589, di mana seorang asal inggris yang bernama William Lee (seorang pendeta) berhasil menciptakan mesin rajut pertama pada tahun itu. Ia terus mengembangkan mesin rajut untuk memproduksi kaus kaki agar lebih modern dan dapat diterima oleh bangsa lain. Alhasil, berkat kerja kerasnya itu, mesin rajut tersebut bisa diterima dan dipakai hampir di seluruh Benua Eropa.
Selengkapnya, baca di sini.
Kondisi wajar
Seharusnya, bila kaus kaki bolong, kita segera pergi ke tukang jahit untuk menambalnya. Atau, mencari persediaan kaus kaki lain di lemari. Atau pula, belanja kaus kaki baru ke mal.
Tidak ditemukan juga penyebab pasti mengapa kaus kaki bisa bolong. Apakah karena terlalu sering dipakai? Apakah sebab digigit tikus? Atau rusak lantaran lembap terkena hujan?
Lantas, mengapa sebagian lelaki masih memakainya dan tidak menggantinya?
Mungkin bagi sebagian orang, terlihat aneh memakai kaus kaki bolong. Apa tidak punya uang untuk membeli? Apa begitu sayangnya sehingga tidak mau mengganti? Sementara pemakainya, cuek saja. Tidak terlalu ambil pusing. Mungkin ini penyebabnya:
Tidak sempat membeli
Faktor kesibukan bekerja atau mengurus kegiatan perkuliahan, terkadang membuat sebagian lelaki tidak punya waktu untuk sengaja pergi ke toko, membeli kaus kaki pengganti.
Belum lagi yang tipe tidak suka belanja. Kalau belum rusak betul itu barang, malas mencari yang baru. Hanya bolong-bolong di ujung, tidak terlalu masalah. Masih bisa kaus kakinya membungkus sebagian besar telapak kaki.
Ada kenangan tersendiri
Kaus kaki itu telah menemani sebagian lelaki ke mana saja dan melakukan apa saja. Sudah bertahun-tahun bersama dan punya kenangan tersendiri, yang sayang jika diganti oleh kaus kaki baru.
Ada yang mungkin beroleh dari kado ulang tahun. Ada yang dibelikan oleh kekasih. Ada yang suka motifnya yang unik dan sulit dicari. Kaus kaki itu punya sejarah.
Bahannya nyaman di kulit kaki
Meskipun terbuka pada ujung, bagian kaki lainnya begitu nyaman dengan bahannya. Kendati pula kainnya lapuk, masih lembut dalam membungkus kaki. Tekstur kainnya tidak kaku, karena sudah berulang kali dipakai.
Buat apa pula harus bagus
Kaus kaki untuk apa bagus-bagus. Kan di dalam dan tertutup sepatu ini. Tidak banyak orang yang melihat. Hanya diinjak-injak pula. Cukuplah seadanya saja.
Semilir angin
Yang terakhir ini, ada sensasi yang tidak tergantikan. Ketika kaki terbungkus kaus bolong dikeluarkan dari sepatu, ada rasa pengap seketika. Saat yang bolong terkena angin, terasa ada sedikit kesegaran karena semilirnya.
Bolong atau tidak sebetulnya tidak terlalu penting. Yang lebih utama, asal jangan bau saja. Itu bisa mengganggu orang di sekitar. Apalagi kalau baunya tertiup angin, bisa pusing kepala. Wkakakaka...
Jadi, kaus kaki Anda, bolong tidak?
...
Jakarta
20 Mei 2021
Sang Babu Rakyat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI