Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Fenomena Lawan Arah, Sebuah Pemakluman?

19 Mei 2021   20:50 Diperbarui: 19 Mei 2021   21:07 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Pengendara sepeda motor nekat melawan arah saat berlangsung razia di jalan layang non tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang, Jakarta, Selasa (25/7/2017). Pengendara motor masih nekat memasuki dan melintasi JLNT tersebut baik dari arah Tanah Abang maupun Kampung Melayu. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO(KRISTIANTO PURNOMO)

Seorang lelaki bersepeda dengan santai di tepi jalan. Matanya memandang lurus ke depan. Tiba-tiba, ada sebuah motor berbelok dari sebuah gang. Pengendaranya mengemudikan motor melawan arah.

Lelaki itu sedikit terkejut. Apalagi, lampu motor itu tidak menyala. Tangan si pengendara memegang sebuah ponsel. Secara cepat, lelaki itu minggir ke trotoar. Hampir saja terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Apakah Anda pernah mengalaminya? Apakah Anda sering melihatnya? Apakah Anda merasa kesal atas hal itu? Apakah Anda ingin langsung menegurnya? Atau, Anda biarkan saja, karena sama-sama melakukan?

Tidak dapat dimungkiri, fenomena lawan arah kerap disaksikan, baik di kota besar maupun kota atau kabupaten lain. Terjadi kapan pun, tidak memandang waktu. Bisa dilakukan oleh siapa pun, tanpa memandang orang.

Bagi kita yang terbiasa menghabiskan waktu di jalan -- apalagi orang ibu kota yang banyak waktunya termakan di jalan, fenomena ini serasa menjadi bagian dari keseharian berkendara.

Jalur jalan

Sepengetahuan saya selama berkendara di jalan, ada dua jenis jalan, yaitu jalan dua arah dan searah. Bila dua arah, jalan terdiri dari dua jalur, yaitu jalur menuju dan jalur pulang. Keduanya dipisahkan dengan marka jalan.

Sedangkan untuk jalan searah, hanya punya satu jalur. Jalur menuju atau jalur pulang. Nah, pengendara yang lawan arah, biasanya akan mengemudikan kendaraannya di tepi jalan -- bisa cepat atau lambat -- berhadapan pandang dengan pengendara yang benar. Semisal, jalurnya menuju ke utara. Pengendara lawan arah akan menuju ke selatan di jalur tersebut.

Kecelakaan

Lawan arah bukannya tidak berbahaya. Sangat berbahaya. Di Kompas dituliskan, terjadi kecelakaan yang melibatkan dua pengendara sepeda motor pada Senin, 3 Mei 2021, di daerah Singosari, Malang.

Kronologi kecelakaan diawali dari seorang pengendara yang melaju melawan arah dari selatan ke utara. Kemudian, ada pengendara lain keluar dari gang, hendak menuju u-turn. Kedua pengendara bertabrakan akibat sama-sama tidak bisa menguasai laju kendaraan masing-masing.

Tidak hanya motor ternyata. Dari detik.com, dilaporkan terjadi kecelakaan pada Kamis, 15 April 2021 di daerah Tamansari, Jakarta Barat. Ringkasnya, sebuah mobil melawan arah dari barat ke timur.

Mobil itu menabrak satu motor di depan sebuah rumah makan Padang. Mobil tidak berhenti dan bahkan terus melaju. Kemudian menabrak lagi satu motor lain. Pengendara motor sebagai korban mengalami luka-luka. 

Ada yang mengalami luka memar di kepala dan kedua kaki. Ada pula yang terkena patah tulang kaki kanan. Keduanya segera dirawat di Rumah Sakit Tarakan.

Penyebab lawan arah

Kita tahu bahwa lawan arah berbahaya. Mengerti pula telah memakan korban. Tetapi, mengapa masih kita temui orang berkendara melawan arah? Saya pikir ada lima sebabnya.

Satu di antaranya bisa benar. Mungkin juga ada hal lain yang belum tercatat. Yang pasti, bukan karena tidak tahu cara berkendara yang benar -- patuh pada arah jalur -- di jalan. Itu sudah seharusnya dipahami.

Lebih dekat

Dengan melawan arah, orang merasa jarak yang perlu ditempuh berubah lebih dekat. Ia tidak perlu berputar jauh-jauh. Lima kilometer dapat dihemat menjadi dua kilometer saja. Bensin pun hanya sedikit berkurang.

Tidak melewati lampu lalu lintas

Jika mengikuti arah jalur, ada lampu lalu lintas yang wajib dipatuhi. Ini lumayan memakan waktu. Belum lagi jika di persimpangan besar, yang lampunya banyak sekali di setiap simpang. Kepraktisan tidak harus melewati lampu menjadi pertimbangan.

Menghindari kemacetan

Siapa yang suka macet? Semua pengendara pasti serempak ingin menghindarinya. Mencari jalan-jalan tikus. Menyelinap di sisi-sisi mobil. Bahkan terkadang, menyelip dari sisi kiri kendaraan. Lawan arah termasuk opsinya.

Buru-buru

Ada orang yang tidak punya waktu banyak berkendara di jalan. Ada acara yang harus dihadiri atau jam masuk kantor sebentar lagi tiba. Itu membuatnya tergesa-gesa dan berpikir untuk sebisa mungkin menghemat waktu di jalan.  

Banyak yang melakukan

Bukan hanya saya yang melakukan. Ia juga. Mereka apalagi. Hampir kita semua pernah. Sebuah pemakluman. Kebiasaan salah jika dilakukan banyak orang, lama-kelamaan seakan dipermaklumkan. Sama-sama tahulah.

Sebuah catatan

Akhirnya, semua ingin selamat saat berkendara di jalan. Semua mau sampai di tempat tujuan dengan keluarga lengkap, tanpa kurang suatu apa pun. Sebagian besar pun sadar, tidak ingin merugikan orang lain atas kelakuannya.

Bukankah kita seyogianya mengamankan diri masing-masing dan sesama pengendara? Akankah kebiasaan lawan arah di jalan raya tetap bertahan menjadi sebuah pemakluman, karena tidak hanya kita yang melakukan? Tiap-tiap kitalah yang dapat menjawabnya.

...

Jakarta

19 Mei 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun