Jujur, saya bangga bisa pakai dasi sendiri. Pada saat banyak dasi terjual dengan simpul otomatis -- agar mudah memakainya -- saya mampu membuat simpul secara manual.
Dasi kupu-kupu
Selain dasi kebanyakan seperti yang saya punya, ada dasi kecil dan praktis berbentuk kupu-kupu, serupa gambar muka tulisan ini. Dasi ini populer tahun 1890-an. Saya pernah memakainya waktu kecil. Saat hendak tampil bernyanyi di depan banyak orang.
Namanya juga anak kecil. Jika dikenakan dasi panjang, belum cocok rasanya. Hilang penampilan imutnya. Maka dari itu, dasi kupu-kupu mama kenakan pada saya. Berwarna hitam, bersama kemeja putih dan jas hitam saat itu.
Walaupun kecil, itu sanggup menarik perhatian dan memberi nilai tambah akan estetika kemeja. Apalagi warnanya hitam di atas kemeja putih. Betapa menambah percaya diri saya.
Dasi sebagai pelengkap atasan pria
Selain suspender, ikat pinggang, jam tangan, dan topi, dasi telah melengkapi ketampanan penampilan seorang pria. Sebagai pengguna, selain karena suka, ada manfaat lain yang disediakannya.
Menambah modis
Beberapa dasi saya pakai dengan kemeja bernuansa serupa. Bila kemeja cokelat, dasi pun cokelat. Bila kemeja hitam, dasi juga hitam. Celana pun mengikutinya. Jadi enak dilihat, dari atas sampai bawah, ada keseragaman warna. Menambah modis.
Membentuk wibawa
Dasi secara langsung membentuk wibawa saya -- bukan terkesan tua ya, hehehe.... Penampilan resmi sangat terwujud dengan adanya dasi. Kita sesekali serasa menjadi orang penting, yang dinilai membawa pengaruh bagi orang-orang.