Tulisan ini tercipta dari rasa mi ayam yang begitu enak malam ini. Sekadar goresan tentang kehidupan, seusai saya tahu bahwa rasa mi ayam langganan saya, yang sudah lama tidak saya kunjungi, tetap sama, tidak berubah. Selalu enak.
Apa informasi yang baru Anda tahu hari ini? Apa berita yang sengaja Anda cari tahu hari ini? Apa cerita yang sama sekali tidak ingin Anda tahu? Apa yang sudah Anda lakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu itu? Mengapa pula kita suka jika rasa ingin tahu telah terjawab?
Hahaha.... Anda ingin tahu jawabannya? Semoga beberapa di antara ulasan di bawah, bisa mencerahkan.
Hidup kita digerakkan oleh rasa ingin tahu
Anda percaya atau tidak? Saya sangat percaya. Saya ambil contoh. Kita ingin tahu bagaimana kondisi bunga Mawar kesayangan kita, yang tertanam pada sebuah pot di rumah orangtua di kampung. Bunga Mawar itu terpaksa kita tinggalkan karena bekerja di perantauan.
Sebelum bergerak, berjibun pertanyaan mungkin melintas di benak kita.Â
Bagaimana ya, penampakan bunga itu sekarang?Â
Siapa ya, yang telah rutin menyiramnya?
Apa masih di tempat dahulu posisi potnya, atau sudah dipindah?Â
Apakah pupuk yang kita beli, diingat betul oleh saudara di kampung, sehingga teratur ditaburkan pada tanah dalam pot?Â
Apakah bunga itu masih terkena sinar matahari dengan leluasa?Â
Dan seterusnya. Untuk menjawab itu semua, kita akan menggerakkan tubuh kita, melakukan segala hal. Yang termudah dan tercepat adalah kita menelepon saudara di kampung. Kita meminta ia mengabadikan bunga Mawar lewat foto dan mengirimkannya ke kita.
Bagi sebagian kita, ada yang tidak mudah percaya jika tidak menyaksikan langsung. Maka, kita pun memutuskan untuk pulang kampung. Tiket transportasi dibeli. Uang di tabungan sebagian diambil untuk keperluan di jalan.
Baju dan celana dirapikan dalam koper. Rumah di perantauan dimatikan semua lampunya. Aliran air dari PAM juga dihentikan. Kita berpesan pada tetangga, untuk sesekali mengecek rumah.
Kita bergerak ke terminal atau stasiun atau bandara. Sesampai di kampung, kita lekas pergi ke halaman. Melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana kondisi bunga Mawar itu.
Kemudian, kita akan mencari jawaban dari saudara di rumah, seputar pertanyaan-pertanyaan di atas. Tanpa kita sadari, hidup kita telah bergerak jauh sekali. Melampaui ruang dan waktu. Hanya dari rasa ingin tahu, bagaimana kondisi bunga Mawar itu sekarang.
Sudah tahu, ingin melengkapi ketahuannya
Setelah semua pertanyaan terjawab, kita akan terdorong untuk mencari lagi jawaban akan rasa ingin tahu tentang bunga Mawar itu di masa depan. Jika seandainya orangtua meninggal, saudara sudah menikah, siapa yang bisa merawat bunga Mawar itu? Apalagi, bunga Mawar itu sudah menemani kita beberapa tahun dan punya kenangan yang begitu manis sehingga sayang untuk dilupakan.
Kita akan lanjut bergerak. Mungkin, kita akan memindahkan bunga Mawar itu dari pot besar ke pot kecil, menaruhnya dalam plastik, lalu membawanya ke perantauan, untuk tinggal bersama kita.
Kita beri pesan kepada asisten rumah tangga, untuk merawatnya jika kita sedang di kantor dan anak-anak bersekolah. Kita minta tolong supaya dijaga dari sentuhan kucing liar.Â
Setidaknya, untuk rasa ingin tahu beberapa bulan dan tahun ke depan, terkait nasib bunga itu, kita telah ditenangkan dengan kepastian pergerakan kita.
Tidak tahu, sesekali dianggap malas atau bodoh
Pada satu sisi, ada rasa malu jika ditanya, kita jawab tidak tahu. Contoh lagi. Salah satu tangkai bunga itu patah dan beberapa helai daun berguguran. Asisten rumah tangga kita tanyai sebabnya. Kita sudah meletakkan tanggung jawab padanya.
Ia berujar, "Tidak tahu, Pak." Bukankah sekilas kita geram? Seseorang yang tidak bisa bertanggung jawab atas kepercayaan kita, tentu mengecewakan. Ia pun dapat dicap malas mengamatinya dengan rutin. Malas menjaganya dari serangan kucing. Tinggal melihat dan merawatnya, tidak mampu. Padahal, itu pesan utama kita.
Lain cerita, ketika di sekolah. Anak yang tidak tahu menjawab saat ditanya guru, satu dua kemungkinan karena dia bodoh. Bisa pula, karena belum belajar. Atau, dia tidak tertarik sama sekali. Sedangkan yang piawai menjawab, dilabel pintar.
Jika malu tidak ingin dialami, kita akan melakukan pergerakan, untuk mencoba belajar sebisa mungkin, sehingga berhasil tahu dan kita jadi bisa menjawab berbagai pertanyaan.
Kebanyakan ingin tahu, bisa stres
Bagaimana nasib bunga Mawar itu jika kita tiba-tiba tidak ada? Siapa yang masih mau merawatnya? Apakah asisten rumah tangga ikhlas mengerjakannya? Semasa kita hidup saja, ia sering abai.
Lagi dan lagi kita memikirkan bunga Mawar itu. Jika itu hal penting dan dihitung material, bisa kita asuransikan keberadaannya ke perusahaan asuransi. Atau, kita berikan ke penjual tanaman, untuk diikutkan dirawat olehnya.
Pikiran-pikiran yang timbul karena kebanyakan rasa ingin tahu, sesekali membuat kita overthinking. Bila bijak, beberapa pergerakan tepat dilakukan untuk memenuhinya. Jika ceroboh, ada hal yang tidak penting, yang terjadi karena emosi lelah, bukan dari hasil pikir yang tepat.
Kita pun terancam sakit karena terlalu lelah berpikir. Mencari jawaban terus-menerus atas rasa ingin tahu, telah menimbulkan pergerakan hidup yang begitu banyak, melewati berbagai ruang dan melalui sekian waktu. Rasa ingin tahu jika selalu ditanggapi, tidak pernah usai hadir. Makanya ada istilah, cukup tahu!
...
Jakarta
14 Mei 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H